Kencan Pertama di Perpustakaan

6 1 1
                                    


.

.

.

.

.


Adit dan Lina menyadari bahwa hubungan mereka telah berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam dan lebih bermakna. Mereka berdua ingin melanjutkan momentum ini, tetapi dengan cara yang sesuai dengan bagaimana hubungan mereka berkembang: melalui buku, sastra, dan ruang penuh kenangan di mana semuanya bermula, perpustakaan.

Adit, ingin membalas semua usaha dan perhatian Lina, mengusulkan ide untuk kencan pertama mereka: menghabiskan malam di perpustakaan setelah jam tutup, dikelilingi oleh buku-buku yang telah menjadi saksi bisu pertumbuhan perasaan mereka. Lina, terpesona dengan ide tersebut, setuju tanpa ragu.

"Malam di perpustakaan? Itu terdengar sempurna," Lina berkata, matanya berbinar.

"Ya, aku pikir itu akan menjadi cara yang indah untuk merayakan kita," Adit menjawab, tersenyum lebar.

Pada malam yang ditentukan, mereka berdua bertemu di pintu perpustakaan yang sudah gelap. Adit membawa kunci yang telah dia pinjam khusus untuk kesempatan ini. "Siap untuk petualangan malam ini?" tanya Adit, sambil memasukkan kunci ke dalam gembok.

"Sangat siap!" jawab Lina dengan antusiasme.

Mereka memasuki perpustakaan yang sepi, hanya diterangi oleh beberapa lampu yang memberikan suasana hangat dan akrab. Saat mereka melangkah masuk, Lina tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Wow, ini lebih ajaib dari yang aku bayangkan."

Adit telah menyiapkan area khusus di sudut favorit mereka, sebuah ruangan kecil yang dikelilingi oleh rak-rak buku sastra klasik. Di tengah ruangan, sebuah karpet kecil dengan bantal-bantal lembut telah disiapkan, lengkap dengan selimut untuk mengusir dingin malam. "Aku harap kamu suka setup ini," kata Adit, sambil menunjuk ke sudut yang telah disiapkan.

"Ini luar biasa, Adit. Kamu membuat ini terasa seperti sebuah dongeng," Lina mengungkapkan, jelas terharu.

Di sisi lain, sebuah gramofon tua memainkan musik jazz klasik yang lembut, melengkapi suasana romantis yang mereka ciptakan bersama. "Musiknya sempurna," komentar Lina, mendengarkan nada-nada lembut yang mengalun.

"Saya pikir jazz akan menambah suasana," Adit menjelaskan, menyesuaikan volume sedikit.

Makan malam mereka adalah piknik indoor yang sederhana namun penuh arti: beberapa kotak makanan ringan favorit mereka, cokelat hitam, dan anggur untuk merayakan malam spesial tersebut. Mereka duduk bersama di karpet, makan, berbicara, dan sesekali membaca kutipan favorit mereka dari buku-buku yang berada di sekitar mereka.

"Saya suka bagian ini," kata Lina, membacakan sebuah kutipan dari buku yang baru saja dia ambil.

"Aku juga. Itu salah satu favoritku," Adit menyahut, mendengarkan dengan penuh perhatian.

Di antara percakapan dan tawa, Adit dan Lina juga mengambil waktu untuk menulis. Mereka menuliskan harapan dan impian mereka untuk masa depan, catatan tentang apa yang mereka sukai satu sama lain, dan tentu saja, puisi. "Apa yang kamu tulis?" tanya Adit, mencoba melirik ke kertas Lina.

"Hanya beberapa baris tentang malam ini," jawab Lina, tersenyum malu.

Lembar-lembar tersebut kemudian mereka sembunyikan di antara halaman-halaman buku di perpustakaan, meninggalkan jejak rahasia mereka sendiri yang mungkin suatu hari nanti akan ditemukan oleh pengunjung lain. "Bayangkan jika seseorang menemukan ini bertahun-tahun dari sekarang," Adit berandai-andai.

"Itu

akan menjadi warisan kita," Lina menambahkan, mengangguk setuju.

Malam itu berlalu dengan cepat, tetapi kenangan yang mereka ciptakan bertahan jauh lebih lama. Dalam keheningan perpustakaan, di bawah cahaya lampu yang temaram dan alunan jazz, Adit dan Lina menemukan kebahagiaan yang tidak terduga dan sebuah janji untuk masa depan yang belum ditulis. Mereka tertidur di perpustakaan, berpelukan di bawah selimut, buku-buku di sekeliling mereka seperti penjaga yang setia dari kisah cinta yang baru saja mulai ditulis.

Ketika malam semakin larut, Adit dan Lina membungkus piknik mereka dan berbaring di bawah langit-langit perpustakaan yang tinggi, diterangi oleh lampu-lampu yang temaram. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang buku yang ingin mereka tulis bersama, dan tentang semua petualangan yang masih menunggu mereka.

Kencan pertama mereka di perpustakaan bukan hanya sebuah perayaan cinta mereka terhadap buku dan satu sama lain, tapi juga simbol dari bagaimana mereka telah menemukan kebahagiaan dalam kekikukan, salah paham, dan puisi. Mereka berdua tahu bahwa ini hanya awal dari banyak halaman yang masih akan mereka isi bersama, dalam kisah cinta mereka yang tak biasa ini.

.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Cinta Sang Pustakawan KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang