Chapter 4

75 10 0
                                    

♡♡♡
Passed Away
───※ ·❆· ※───

Langit gelap kembali menyelimuti rumah Keluarga Xiao. Bertepatan dengan hari keberangkatan Wang Yibo untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Takdir seperti membuat Xiao Zhan untuk menjadi sosok yang lebih kuat dari sekarang atau bahkan sebelumnya. Wang Yibo sudah sangat antusias untuk hari ini pada awalnya. Namun terpaksa harus menunda keberangkatan karena mendapat kabar duka tersebut.  

Ya, pagi harinya setelah kepulangan Xiao Zhan dari rumah Wang Yibo, sang nenek terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit karena sakit yang dideritanya tiba-tiba kambuh. Nenek Xiao memang lama mengidap penyakit jantung, setelah pemeriksaan dari dokter pribadi yang menangani beliau, ada perintah langsung untuk membawa Nenek Xiao ke rumah sakit.

Sebelum beliau menghembuskan napas terakhir, Nyonya Besar Xiao meminta sang cucu untuk menghubungi sang sahabat, Nyonya Besar Wang. Xiao Zhan hanya menurut, dirinya pun tidak merasakan firasat apapun, karena memang ini bukan kali pertama sang nenek harus dilarikan ke rumah sakit karena sakitnya kambuh. Dirinya hanya menuruti ucapan sang nenek. Hingga akhirnya Nyonya Besar Wang tergopoh datang kesana.

“Xiao Yan, bagaimana bisa kau tidak bisa jaga kondisimu sendiri, huh!” omel Nenek Wang begitu sampai di hadapan sang sahabat. Xiao Zhan yang melihat sahabat sang nenek sudah datang pun izin untuk keluar dari ruang rawat sang nenek.

“A-Fei … aku titipkan cucuku padamu,” ucap Nyonya Besar Xiao lirih.

“Apa yang kau katakan, memang kau mau kemana?”

“Xiao Hua sudah menunggu, aku mana mungkin bisa membuatnya terlalu lama menungguku,” ucap Nyonya Besar Xiao lirih.

“Xiao Yan ....” Nyonya Besar Wang menghentikan kalimatnya. Matanya mulai berembun. Dirinya cukup tahu, kalau sang sahabat mungkin tidak akan bertahan lebih lama, dia mengerti.

“A-Fei … tolong jaga Zhanzhan-ku." Senyum lembut tersemat apik di bibir perempuan lanjut usia tersebut. Hanya sebuah anggukan yang Nyonya Besar Wang berikan sebagai jawaban, dan setitik air mata akhirnya jatuh membasahi pipinya saat sang sahabat perlahan menutup kedua netranya dengan sangat damai dan senyum mengembang di bibir keriputnya. Mendengar bunyi statis dari monitor jantung yang sejak tadi tidak berhenti berbunyi itu tiba-tiba berhenti, membuat wanita itu membekap mulutnya. Nyonya Besar Wang kemudian dengan gemetar menekan tombol panggilan darurat dokter.

“Tidak, tidak, Xiao Yan, tetaplah bersamaku.” Suaranya terdengar parau, sembari tangannya masih menekan tombol darurat di sana.

Tidak lama, dokter juga perawat terlihat begitu tergesa masuk ke ruangan Nyonya Besar Xiao, berusaha untuk mengembalikan kesadaran Nenek Xiao. Saat Xiao Zhan yang baru saja membeli minuman dan beberapa cemilan tinggal beberapa meter lagi sampai kesana, matanya menatap nanar pada dokter yang tengah memberikan pengertian pada Nenek Wang. Xiao Zhan coba menampik pikiran buruknya. Ini bukan kali pertama neneknya masuk ke ruangan itu. Selama itu pula neneknya selalu kembali sehat dan baik-baik saja.

Namun, begitu dirinya lebih dekat ke arah dua orang itu, rungunya mendengar ucapan dokter tentang keadaan sang nenek. Seketika apa yang ada digenggamannya jatuh. 

"Waktu kematian pukul 13.45, maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin." Dokter itu pun membungkukkan badannya kemudian berlalu setelah menyuruh seorang suster untuk membereskan semuanya. 

"Zhanzhan …." Nenek Wang mengusap pundak Xiao Zhan begitu pemuda itu sampai di sana dengan gontai. Perasaannya berkecamuk, hatinya hancur, dan tubuhnya seperti tidak mau diatur. Suara Nenek Wang yang seharusnya bisa sedikit memberi kekuatan nyatanya justru makin membuat hatinya tercekat perih.

IMPECCABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang