Jumi meminum wine-nya untuk meredakan perutnya yang kembung. Mereka memutuskan untuk makan malam. Meskipun ini hanyalah janji yang dibuat tanpa keinginan keduanya, makanan yang tidak dipesan olehnya maupun pria itu dibawa satu per satu. Orang yang mengatur pertemuan ini pastilah orang yang teliti.
Beraninya orang itu mengirimkan pria ini setelah sekian lama ia menunggu?
Pria ini merupakan orang yang begitu tinggi dan hebat hingga mampu mengabaikan makanan yang tak dirinya pesan.
Restoran dengan suasana intim dan mewah, tempat yang bagus untuk bertemu dan mengobrol dengan seseorang, tetapi untuk beberapa alasan, Jumi tidak merasa demikian. Namun, ia tidak memiliki inisiatif ataupun kekuatan untuk menyarankan tempat lain. Ini pertemuan kedua mereka, tetapi malam ini untuk pertama kalinya mereka hanya berdua saja.
Apakah tidak apa-apa menyebut ini sebuat pertemuan? Kencan? Apakah itu lebih aneh? Memang benar kami memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama, tetapi cukup aneh untuk menyebutnya pertemuan sederhana seperti kata orang-orang.
Rasa daging ini tidaklah buruk, tetapi makanan itu seperti tersangkut di tenggorokannya dan tak mampu ditelan. Pria di seberangnya tampak tidak tertarik untuk menyentuh makanan yang tersaji.
Pria itu memegang gelas wiski tanpa menyentuh piring. Namun Jumi tidak minum sepertinya, menciptakan suasana yang aneh. Pada akhirnya, Jumi meletakkan pisau makannya. Memang sudah terlalu larut untuk makan malam.
Sejak awal, tidak ada satu pun hal yang bisa disebut biasa. Mulai dari makan malam yang terlalu larut. Pria yang muncul tiga jam setelah waktu janji mereka. Jumi kira pria ini tidak akan datang. Ia enggan untuk beranjak dan pergi tanpa sepatah kata pun, berpikir apabila pria itu juga memiliki alasan tersembunyi untuk tidak datang ketika Jumi telah menunggu.
Namun secara tak terduga, ternyata pria ini muncul. Dia tidak memberi alasan atas keterlambatannya, tetapi Jumi juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Lebih tepatnya, Jumi tidak cukup tertarik untuk tahu.
Hal ini juga karena Jumi tidak berpikir pertanyaannya akan dijawab. Di luar, Woosung merupakan perusahaan terkemuka, tetapi faktanya Woosung adalah organisasi gangster terbesar di Korea. Jadi, tidak peduli berapa kali Jumi berpikir tentang apa yang pria ini lakukan, tentu itu bukan hal yang baik.
Pertemuan pertama mereka beberapa hari yang lalu, pesta makan malam yang diatur oleh ayahnya. Jumi berkata apabila bisa datang dan bergabung sebentar.
Saat itu, tidak biasanya ada nada kegugupan dalam suara ayahnya. Jumi pikir hal itu memang aneh karena tidak seperti biasa ayahnya menelepon Jumi untuk urusan pertemuan bisnis, tetapi yang perlu dilakukannya adalah hanya duduk dan makan seolah dia tidak ada di sana, bersikap elegan dan anggun, serta mengucapkan beberapa patah kata.
Yang lebih mengejutkan, Ketua Woosung juga ikut bergabung. Pria yang menjadi pimpinan Direktur Eksekutif Choi Woo Seok. Lalu, pria yang duduk di sebelah ketua adalah pria yang sekarang berada di hadapannya, Jung Yun Kyo.
Jumi kira pertemuan itu cukup berat dan membuat kesal, juga karena ia ingin segera menyelesaikan makanannya dan pergi lebih dulu. Jumi pikir itu akan menjadi satu-satunya pertemuan dengan pemimpin asosiasi gangster di dalam hidupnya. Setelah selesai, ayahnya tiba-tiba meminta Jumi untuk makan malam dengan Jung Yun Kyo, pria di hadapannya.
Rambut hitam legam yang kontras dengan mata dingin berwarna cokelat serta fitur wajah yang tajam mengingatkan Jumi akan pekerjaan pria ini.
Meskipun penglihatannya agak tidak fokus karena Jumi telah meminum beberapa gelas wine, ia masih tetap bisa melihat apa yang berada di hadapannya. Namun Jumi merasa tidak enak makan tanpa mengobrol satu sama lain, jadi ia mencoba berbicara lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Absolute Threshold
Romance"Sepertinya aku telah memberikanmu waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri." Jika aku melarikan diri saat itu, apakah aku tidak akan bertemu pria ini? Tidak, kami pasti akan bertemu lagi, seperti sebuah peristiwa buruk yang tidak dapat dihindari...