Archery Club

0 0 0
                                    

Fid, kita main game di.. kata Gales saat sampai di depan rumah Fido. Kamu mau kemana?

Fido sedang merapikan beberapa barang ke dalam mobilnya. Panahan, mau ikut?

Gales memandang Fido penuh selidik. Sejak kapan kamu olahraga panahan? Bukannya Fido yang aku kenal cuma baca buku di rumah atau pergi main sama Gales?

Kamu pikir aku apaan, kegiatannya itu-itu aja. Gimana? Mau ikutan?

Akhirnya Gales ikut dengan Fido ke arena panahan. Karena Gales baru pertama kali, maka ia menyewa busur dan anak panah yang disediakan di sana.

Caranya gimana? tanya Gales sambil mencoba posisi anak panah pada busur.

Kita berhadapan, kata Fido sambil memutar bahu temannya itu. Kamu menghadap ke kanan, kaki dibuka lebar, tapi jangan terlalu lebar, kayak gini, kata Fido mencontohkan posisi kakinya. Terus setengah badan ke atas menghadap ke kiri, karena target kita di sana.

Gales mencoba semua yang diajarkan Fido. Ia melepas satu anak panah ke papan target, namun tidak sampai dan hanya jatuh ke tanah.

Kok nggak nyampe, ya? tanya Gales keheranan.

Tarik busurnya lebih jauh, kata Fido sambil memberi contoh, lalu melepas anak panahnya. Satu anak panah melesat cepat menuju sasaran, mendarat tepat di tengah target.

Wuah, kamu hebat banget. Udah sejago itu ternyata, sorak Gales terkejut. Gales mencoba kembali, kali ini menarik tali busur lebih jauh. Anak panah melesat menuju target dan mendarat di lingkaran dengan nomor 6.

Ternyata menarik sejauh itu bahuku jadi sakit, kata Gales sambil memegang bahu kirinya.

Oiya, aku lupa bilang supaya kamu pemanasan dulu, maaf ya, kata Fido sambil terkekeh.

Berat nih, busurnya juga berat. aku istirahat sebentar.

Gales duduk di kursi rotan yang tak jauh dari tempat Fido memanah. Ia kehausan, dan pergi membeli minuman sebentar. Saat melewati bagian depan dari toko yang menyediakan alat panahan, Gales melihat pemilik toko sedang berbincang-bincang dengan seorang gadis yang sepertinya berusia hampir sama dengannya dan Fido. Gadis itu memegang jaket berwarna abu-abu di lengan kirinya, sedangkan lengan kanan memegang busur. Selesai dengan urusan membeli minuman, Gales segera kembali menghampiri Fido.

Fid, ada saingan baru, tuh, kata Gales sambil menyodorkan minuman rasa susu stroberi pada Fido.

Siapa?

Itu, cewek yang pegang jaket abu-abu, kata Gales sambil memonyongkan bibirnya ke arah seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari mereka.

Ah, nggak kenal.

Perempuan itu berdiri beberapa meter di sebelah kanan Gales. Ia menggunakan papan sasaran yang lebih jauh daripada yang digunakan oleh Fido dan Gales. Gales memandangi perempuan itu dengan serius, seolah tak percaya jika ia bisa memanah lebih hebat dari Fido. Hanya beberapa saat, keraguan Gales terpatahkan. Perempuan itu lumayan ahli, anak panahnya cukup tepat sasaran, seperti menancap di angka 8 atau 9, sesekali di angka 10, ditambah lagi jarak papan sasaran lebih jauh beberapa meter.

Kuliah di mana? tanya Gales tiba-tiba.

Aku? tanya perempuan itu sambil menunjuk dirinya, agak terkejut.

Iya, jago banget memanahnya.

Aku sudah tamat, jawab perempuan itu sambil berjalan menuju papan sasaran, mengambil kembali anak panah yang sudah habis digunakan.

Fido yang mendengar percakapan itu menoleh. Ia mundur beberapa langkah ke kursi tempat jaket perempuan itu diletakkan. Tampak lambang tiga bintang, dengan api berwarna merah dan buku berwarna putih yang terbuka di bagian bawah. Fido tidak heran. Itu lambang Akademi Polisi. Pantas saja perempuan itu ahli memanah.

Keren Kak, kata Fido saat perempuan itu kembali setelah mengambil anak panah.

Apanya? tanya perempuan pemanah itu keheranan.

Kak? tanya Gales yang lebih heran lagi melihat Fido memanggil gadis dengan rambut pendek sedikit di atas bahu itu dengan sebutan kak.

Memanahnya hebat. Masuk klub panahan ini, Kak? tanya Fido sopan.

Oh, nggak. Cuma hobi aja. Kalian kuliah di mana? tanya perempuan itu, kali ini dengan senyuman yang ramah.

Kami kuliah di kedokteran. Baru semester tiga, kata Fido. Aku Fido, dan ini Gales.

Gales mengangguk sambil tersenyum malu-malu.

Wah, keren, ya. Aku kuliah di Akademi Polisi atau biasa disebut Akpol. Aku baru tamat sebulan yang lalu. Aku Kia, kata Kakak Polisi itu sambil mengulurkan tangan.

Belum sempat Fido menyambut uluran tangan itu, Gales sudah buru-buru menyambutnya. Gales, Kak, kata Gales bersemangat, sambil mengguncang-guncang tangan Kia.

Perempuan itu tersenyum. Sepertinya ia senang mendapat teman baru yang berasal dari profesi yang berbeda. Ia tampak supel dan ramah. Sepertinya juga rajin olahraga, dan tampak cekatan. Pasti ahli bela diri, begitu pikir Fido. Gales dan Fido mengobrol banyak dengan Kia, terutama tentang kuliah kedokteran dan sekolah kepolisian. Mereka baru tahu jika Sekolah Polisi Negara atau SPN dan Akademi Polisi itu berbeda. SPN hanya memberikan pelatihan selama beberapa bulan, dan menerima jenjang SMA. Sedangkan Akpol sama seperti kuliah S1, selama 4 tahun.

Kalau kalian nanti mau bergabung juga bisa, ada jalur khusus untuk tenaga medis, kata Kia menjelaskan.

Wah, boleh juga tuh, Kak, kata Gales bersemangat.

Panggil Kia aja, kita hampir seumur, aku dua kali kelas akselerasi, kata Kia terkekeh.

Enak ya, masih muda sudah tamat, kata Fido mengomentari. Kalau kami masih, lama, lanjutnya lagi diikuti tawa mereka bertiga.

Ini nomor telepon aku. Kalau ada apa-apa hubungi aja, aku usahakan datang secepatnya, kata Kia sambil memberikan nomor ponselnya pada Gales dan Fido.

Wah, kita punya polisi pribadi, kata Gales pada Fido.

Fido hanya geleng-geleng dengan komentar sahabatnya itu. Terima kasih Kia, Gales akan merasa lebih aman hanya dengan menyimpan nomormu.

Kia tertawa mendengar komentar Fido. Gales pun tampak mengangguk-angguk dengan bangga. Diperjalanan pulang, Gales dan Fido singgah membeli soto untuk dimakan bersama di rumah. Gales tak henti-hentinya membicarakan soal Kia.

Kamu harus sering-sering ajak aku memanah, katanya bersemangat.

Nggak, ah. Aku pergi sendiri aja, balas Fido sambil membuang muka.

Kapan-kapan akua jak Kia pergi karaoke ah, kata Gales sambil memandangi ponselnya.

Ajak dia kerja part time? tanya Fido dengan senyum mengejek.

Itu cuma buat cowok.

Oke, semoga berhasil ya. kalau dia bilang iya, jangan lupa ajak aku, kata Fido menggoda Gales.

Face ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang