Double Blind Date

0 0 0
                                    

Pintar, gila perhatian. Sepertinya ia suka berfoto selfie dan meupload diinstagram. Tak diragukan lagi, sudah pasti pandai merayu perempuan. Pandai bergaul. Benar-benar tipe cowok yang diidolakan cewek kebanyakan. Tapi bersamanya mungkin sedikit merepotkan. Entah kenapa terlihat agak pelit. Mungkin cuma perasaan.

Deskripsi singkat Fido tentang seorang lelaki yang berdiri dekat lapangan basket tempat ia duduk. Teman seangkatan, namun jarang terlihat karena berbeda grup. Temannya itu sedang minum kopi sambil main handphone.

Hai bro, kata seorang lelaki mengagetkan Fido dari lamunan analisis tingkat tingginya.

Fid, hari minggu nanti kosong nggak? tanya lelaki itu sambil duduk di sebelah Fido.

Kosong, balasnya pendek.

Kita pergi main yuk.

Kemana, les? Mau part time kayak dulu lagi? balas Fido memicingkan mata pada temannya, curiga.

Nggak. Kali ini kamu pasti suka, kita akan ketemu cewek-cewek, jawab Gales sumringah. Ia langsung mengeluarkan ponselnya, menunjukkan foto seorang perempuan dengan rambut sebahu.

Serius? tanya Fido masih dengan tatapan tidak percaya. Bukan cewek aneh-aneh kan? Ketemu di mana? Klub malam? Atau pasar malam?

Tanya satu-satu dong. Bukan cewek aneh kok. Aku dikenalin teman satu SMA. Cewek-cewek ini dari fakultas hukum dan teknik sipil, nih lihat foto yang lainnya, terang Gales sambil men-scroll layar ponselnya.

Hmm, sebentar, pikir dulu sepuluh menit, jawab Fido masih menatap foto cewek di layar ponsel Gales. Yang rambut pendek ini anak sipil?

Iya kalau nggak salah, kata Gales mengangguk ragu.

Berarti ini kencan buta buat kita berempat ya? tanya Fido masih memastikan.

Iya. Pokoknya kamu harus ikut, masa aku sendiri, ikut ya, rayu Gales sambil mengusap-usap kepala Fido.

Hmm, tapi aku lagi nggak niat cari gebetan sih, kata Fido jujur.

Ya, nggak apa, kan nggak harus jadi. Bisa kenal aja sebagai teman.

Hmm okelah.

Sip, aku kabari mereka ya, nanti kukasih kabar tempat dan yang lainnya.

Xxx

Tepat pukul sepuluh pagi, di hari minggu yang mendung, Fido dan Gales sudah berdiri di depan sebuah café. Seperti biasa, Fido datang tepat waktu dan dua menit kemudian Gales datang. Namun, kedua cewek yang ditunggu masih belum nampak. Fido berdiri diam mematung dengan kedua lengan disilangkan, pertanda ia agak marah. Gales tahu itu dan langsung bertindak.

Bentar, ya, aku telpon dulu, kata Gales sambil memilih salah satu kontak di ponselnya. Tak lama setelah itu terdengar suara di ujung telpon.

Ya, halo, Gales. Aku sama Ririn udah di dalam café, kamu di mana?

Eh, kami di luar, balas Gales sambil menoleh ke belakang. Tampak dua orang perempuan sedang duduk membelakangi jendela, salah satunya sedang menelpon. Bentar ya, kami masuk.

Gales buru-buru menutup telpon. Sori Fid, ternyata mereka sudah di dalam, hehe.

Fido menghela nafas panjang, hendak marah, namun tidak jadi karena Gales menyembah-nyembah minta maaf. Akhirnya setelah ditarik Gales, mereka berdua langsung masuk ke dalam café.

Di meja paling sudut di sisi kiri, tampak dua orang cewek melambai-lambai ke arah mereka. Gales membalas lambaian itu dengan penuh suka cita. Sedangkan Fido hanya tersenyum kecil.

Maaf ya, kami kira kalian langsung masuk, kata cewek yang berambut panjang.

Duduk-duduk, kita pesan makanan sama minum, sahut cewek satu lagi dengan rambut sebahu model layer hair cut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Face ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang