Trapped with You

966 41 6
                                    

TW // mengandung adegan di tempat yang sangat sempit dan terkunci.

Be wise!

---

"Kamu kira aku nggak tau kamu disini? Ngapain ngumpet disini?"

Minho, seorang mahasiswa yang kebetulan menjadi salah satu anggota kedisiplinan himpunan, berhasil memergoki Jisung yang acap kali sering bersembunyi untuk menghindari pemeriksaan dari komisi kedisiplinan.

Jisung ditemukan Minho dalam sebuah loker panjang yang berukuran 50 cm kali 250 cm. Asik menghirup vapenya dengan tenang.

Maklum masih maba, masih rebel-rebelnya.

Hal ini hanya berlaku untuk maba saja. Selebihnya, setelah mereka menginjak semester dua, hal ini akan diserahkan ke komisi kedisiplinan angkatan mereka yang akan dibentuk nantinya.

"Betah banget nge-vape di tempat sempit begini? Ga kesedak asep sendiri?"

Minho sangat benci perokok yang tidak tahu tempat. Pemikiran bisa merokok everywhere, anywhere, anytime, itu membuat Minho muak. Dasar orang-orang egois.

Dengan tidak sopannya, Jisung menghembuskan asap yang ia hisap sepanjang Minho berbicara. Bodo amat, pikirnya.

"Bangsat!"

Amarah Minho memuncak dan bersiap menarik paksa Jisung keluar dari dalam loker, namun tiba-tiba, Jisung menarik Minho masuk ke salam loker dan menutup loker tersebut.

Posisi mereka saat ini sangatlah intim. Minho memunggungi Jisung dengan Jisung berada di belakangnya, memeluk laki-laki yang lebih tua dark belakang.

"Kamu ngapain?!" ujar Minho dengan suara rendah.

"Sshh...apa jadinya kalo pak komdis satu ini ketauan sama temen-temennya lagi berduaan sama hasil tangkapannya?" bisik Jisung tepat di samping telinga Minho.

"Mereka akan tetep nyalahin kamu lah," jawab Minho singkat.

Jisung tersenyum tanpa diketahui oleh Minho. Tangannya terulur, mengelus pinggang yang lebih tua.

"Bahkan setelah mereka tau kalo kita ngelakuin ini?" goda Jisung.

Ah, satu fakta yang tidak diketahui oleh banyak orang. Minho dan Jisung sudah berpacaran sejak mereka SMA.

Rahang Minho mengeras. Sedangkan tangan Jisung semakin liar memainkan miliknya di bawah sana.

"Siapa yang ngajarin kamu gini, Ji?" tanya Minho. Tersirat nada amarah tersimpan dalam ucapannya.

Jisung menyandarkan kepalanya di bahu Minho, mengecup perlahan leher Minho dengan lembut, "Nggak ada. Nggak ada yang ngajarin," ujar Jisung.

Samar-samar terdengar suara derap langkah kaki beriringan. Dapat diintip dari balik sela-sela celah pintu loker, beberapa anggota kedisiplinan tengah mengecek ruangan kesenian.

Minho akhirnya mencengkeram tangan Jisung erat. Membalik posisi mereka, meletakkan satu tangan Jisung di belakang pemuda itu.

"Aku ga tau kalau kamu senakal ini, Sayang," ucap Minho penuh penekanan.

Berada di dalam loker yang cukup sempit, berhimpitan, dan tertekan. Bukan tempat yang pas untuk melakukan sesatu yang aneh-aneh.

"Kak..."

Minho menaikkan kedua alisnya. Ada apa dengan Jisung-nya?

Ia melepaskan cengkraman pada tangan Jisung, berganti memeluk pinggang pemuda itu dengan kedua tangannya. Kepala Jisung mengadah, bersandar pada bahu Minho.

"Aku hard..."

Astaga.

Siapa yang mengotori Jisungnya yang polos?!

Tangan Minho turun, mengusap bagian selatan milik Jisung. Ia menurunkan resleting milik pemuda tupai itu perlahan, melonggarkan sabuk, serta melepas kancing celana milik sang kekasih.

"Eh, Bang Minho kemana dah?"

Mendengar suara dari luar memanggil namanya, membuat gerakannya terhenti. Apa rekan-rekannya sedang membutuhkannya? Bagaimana ini?

"Telpon aja kalo butuh,"

Minho buru-buru mengambil ponselnya, dengan maksud mengubah dari mode getar ke dalam mode silent. Namun sayangnya, tangan Minho sedikit tergelincir, mengakibatkan ponselnya jatuh dan menghasilkan suara yang cukup nyaring.

"Eh?"

Mampus, mampus, mampus.

"Ruangan ini gaada hantunya kan Kak?"

"Ini ruang seni kalo kamu lupa. Cabut yuk, telpon Bang Minho di luar aja,"

Suara derap kaki itu kemudian menjauh. Sedangkan jantung Minho sedaritadi berlompatan tak tahu arah, membuatnya ketakutan setengah mati.

"Kak...panas...,"

Tangan Jisung menggiring tangan Minho menuju kejantanannya yang sudah mengacung keras. Jisung dengan paksa menggesekkan tangan Minho pada pucuk kejantanannya.

"Ji...kamu bener-bener ya," ucap Minho.

Tanpa berlama-lama, Minho menggenggam kejantanan Jisung dan mengocoknya dengan cepat. Minho bubuhi kecupan-kecupan kecil di belakang telinga Jisung, membuat lelaki itu semakin menengadahkan kepalanya.

"Mau keluar, Kak. Kak Minho!"

Jisung berusaha menahan suaranya agar tidak terlalu keras. Hingga akhirnya, Minho merasakan milik pemuda itu berkedut keras.

"Ahng!"

Jisung berhasil menjemput putih. Tangan Minho berlumuran cum milik sang kekasih. Ia kemudian membuka kunci loker itu dengan satu tangan lainnya, membebaskan diri dari tempat sempit, pengap, dan panas itu.

Melihat milik sang kekasih yang masih menggembung, Jisung menawarkan diri untuk membantu Minho menuntaskan hasratnya.

"Ntar aja, di tempat aku. Aku bikin kamu nangis-nangis dan ga mau lepas dari aku," ujar Minho dengan raut wajah kesal.

Sedangkan Jisung hanya tersenyum kikuk. Bisa-bisa dirinya tidak masuk kuliah tiga hari karena digagahi oleh Minho. Bayangan dirinya disetubuhi oleh Minho sehari penuh, membuat tubuhnya bergidik ngeri.

Tapi, mau bagaimana lagi? Dia sendiri yang memulai bukan?

-FIN-

Catatan Penulis :

Kayaknya satu chapter lagi, aku tutup buku ini. Nanti balik di Book of Minsung pt. 2

Pengen fokus nulis yang panjang biar ga oneshoot mulu.

Ayo banyak komen, kasih aku ide. Nanti ide paling menarik, aku buat jadi chapt penutup. Makasiii.

Book of MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang