C.1

71 7 0
                                    

halo semuanya ini cerita pertama yang aku tulis, semoga temen" semua yang membaca menikmati cerita ini! jangan lupa votenya ya guys, pleaseee

Happy Reading

Boboiboy POV

Aku melangkahkan kakiku menyusuri tanah yang dipenuhi dedaunan kering. Sesekali kakiku menginjak ranting-ranting pohon yang juga berserakan dimana-mana dan suara saat kakiku menginjak ranting-ranting itu seringkali membuatku terlonjak. Aku memandang langit gelap diatas. Tak ada satupun bintang yang terlihat. Namun aku bisa melihat sedikit cahaya bulan yang tertutup dibalik awan gelap. Aku mendesah dan pandanganku beralih ke depan, kearah seorang gadis yang sedang menunduk menatap sesuatu di tangannya.

"Umm, (Name)? Kau yakin ini arah yang benar?" tanyaku pelan.

"Ya ... Tentu saja. Aku yakin ini arah yang benar" kata (Name) dengan nada yang sangat meyakinkan, namun walaupun keadaan saat ini cukup gelap, aku bisa melihat ekspresi khawatir di wajahnya.

Saat ini aku dan (Name) sedang berada di tengah-tengah hutan. Apa yang kami lakukan malam-malam di hutan? Sebenarnya kami sedang tersesat. Aku tau (Name) sedari tadi berusaha menyangkal bahwa kami tersesat, dan ia terus berusaha berjalan menembus hutan dengan mengandalkan kompas kecilnya yang untungnya bisa menyala dalam gelap. Tapi aku yakin kami memang tersesat.

Aku dan (Name) sedang mengikuti camping bersama teman-teman sekelas kami di sebuah tempat di pinggir hutan ini. Dan kami berdua mendapat tugas untuk mengumpulkan kayu bakar.

Salahkan jiwa petualang yang dimiliki (Name) yang menyebabkan kami harus terjebak di tengah-tengah hutan belantara ini. Bukannya mencari kayu bakar, ia malah memaksaku untuk ikut dengannya menjelajahi hutan ini. Dan disinilah kami sekarang. Tersesat di tengah hutan belantara di malam yang gelap dan dingin ini. Untungnya aku membawa sebuah senter kecil, dan (Name) juga memiliki sebuah kompas di sakunya. Dengan hanya mengandalkan dua benda itu, kami pun mulai mencoba mencari jalan kembali ke perkemahan.

Angin dingin meniup helai-helai rambutku yang tidak tertutup oleh topi orangeku. Aku menggigil kedinginan. Walau aku memakai jaket yang cukup tebal, namun udara malam ini tetap saja membuatku menggigil. (Name) yang berjalan di depanku terlihat tidak terpengaruh oleh udara dingin ini. Ia masih sibuk menerka-nerka arah mana yang harus kami lalui sambil tetap memandangi kompasnya. Namun tiba-tiba saja ia melemparkan kompasnya dan menjatuhkan dirinya di atas rumput.

"Argh! Kompas ini benar-benar tidak berguna, Kita benar-benar tersesat!" gerutu (Name) kesal. Akhirnya ia mengakui bahwa kami memang tersesat. Aku berusaha menahan tawaku melihat wajah cemberutnya.

"Kan sudah kubilang dari tadi, kita tersesat" kataku kalem. Aku menjatuhkan diri di sebelahnya. (Name) menatapku dengan tatapan kesal, lalu tiba-tiba ia menundukkan wajahnya.

"Maaf, Boboiboy Ini semua salahku, Gara-gara aku kita jadi tersesat di hutan ini" gumam (Name) pelan Aku jadi salah tingkah dengan perubahan sikapnya, Aku sudah sangat terbiasa dengan sikap periang dan juga sifatnya selalu tersenyum yang dimiliki (Name) karena itu aku tak tau harus berbuat apa jika ia sudah menunjukkan sisinya yang seperti ini padaku. Ia jadi terlihat seperti... seorang gadis biasa.

Gina: mang dia wonder woman apa boboiboy?

"Umm, gapapa kamu tidak perlu merasa bersalah, lagipula aku juga cukup menikmati petualangan kita tadi, kecuali bagian tersesat ini" kataku berusaha tidak terdengar canggung.

(Name) tersenyum. Walaupun hanya dengan mengandalkan cahaya dari senter kecil milikku, aku bisa melihat betapa manisnya senyum gadis ini. Aku bisa merasakan wajahku memanas dan jantungku mulai berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku segera bangkit berdiri agar (Name) tak bisa melihat perubahan ekspresiku.

"Ayo kita lanjutkan mencari jalan kembali ke perkemahan, kali ini biar aku yang berjalan di depan" kataku, (Name) mengangguk dan ia pun ikut bangkit.

Maka kami pun kembali berjalan menembus hutan berusaha mencari jalan keluar, kali ini aku berjalan di depan dan (Name) mengikutiku dari belakang. Sepanjang jalan aku berusaha menghilangkan bayangan senyum manis (Name) dari benakku. Namun otakku malah memainkan sebuah film mini yang berisi berbagai ekspresi (Name) sejak aku mulai mengenalnya. Setiap senyumnya, tawanya, dan juga ekspresi marahnya yang terlihat imut bagiku.

"Aaaaaargh!" aku berteriak frustasi sambil memukul-mukul kepalaku sendiri untuk menghentikan pikiranku yang mulai semakin tidak jelas.

"Kau kenapa, Boboiboy?" tanya (Name) heran dari belakangku.

"Ah, tidak, aku tidak apa-apa" Aku berusaha menjaga agar suaraku terdengar normal. (Name) hanya memandangku dengan tatapan heran, namun ia tidak bertanya-tanya lagi.

Aku pun kembali melanjutkan langkahku. Kali ini aku mencoba fokus dengan masalah yang tengah kami hadapi. Ya, hutan sialan ini. Kenapa sih hutan ini tidak segera berakhir? Rasanya kami sudah berjalan cukup jauh, tapi tidak terlihat tanda-tanda kami akan tiba di tepi hutan. Padahal seingatku tadi sore kami tidak memasuki hutan ini terlalu jauh. Apa jangan-jangan sekarang kami malah berjalan semakin jauh ke dalam hutan?

Aku memandangi pohon-pohon besar di sekelilingku yang tertutup bayang-bayang gelap. Aku bergidik memikirkan apa apa yang mungkin sedang bersembunyi di balik bayang, mengincar kami, dan bersiap menyerang.

"Ummm, (Name)? Apa menurutmu di hutan ini ada hewan buas?" tanyaku pelan. Tak ada jawaban dari (Name). Aku berbalik dan mendapati (Name) tidak ada di belakangku.

"(Name)? Kau dimana?" Tak ada jawaban. Hanya gemerisik dedaunan yang tertiup angin yang terdengar. Kepanikan mulai melandaku. Dimana (Name)? Apa terjadi sesuatu padanya?

"(NAME)! Dimana kau? Jawab aku!" Aku mengeraskan suaraku dan berlari ke arah yang kami lalui tadi.

"Aku disini Boboiboy!" seru (Name) dari balik pepohonan. Aku hampir terjatuh saking leganya mendengar suara (Name). Aku pun bergegas menghampiri (Name) yang tengah berdiri di sebuah area lapang di tengah hutan.

"(Name)! Kau hampir membuatku mati kena serangan jantung! Kenapa kau tiba-tiba menghilang?" seruku marah. Namun aku benar-benar lega dia ini baik-baik saja.

"Maaf maaf, Aku tidak sengaja melihat ini karena penasaran jadi aku menghampirinya" ujar (Name) dengan nada menyesal. Aku baru menyadari (Name) tengah berdiri di hadapan sebuah batu besar yang aneh. Batu itu berwarna putih dan berkilau samar dengan cahaya keperakan. Dan di permukaannya terukir sesuatu yang kelihatannya adalah sebuah tulisan. Hanya saja itu tertulis dalam bahasa yang tidak kuketahui.

"Batu apa ini?" tanyaku heran.

.

.

.

.

.

T.B.C

jangan lupa votenya temen" biar aku makin semangat ngetik ceritanya! okee see uu (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

  vote
    ↓

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang