C.3

46 8 0
                                    

Kemudian, tiba-tiba saja seseorang menubruk Boboiboy dan langsung memeluknya dengan sangat kuat sehingga Boboiboy terlihat sesak nafas.

.

.

.

(Name) POV

"Boboiboy! Aku khawatir sekali! Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" Gopal menghujani Boboiboy dengan pertanyaan bertubi-tubi, membuat Gopal itu terdengar seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya.

"Aku...tidak...apa...apa." Boboiboy berusaha menjawab di bawah tekanan pelukan maut Gopal.

"Sudahlah, Gopal. Kau bisa membuat Bobobioy mati sesak nafas," kata Yaya sambil tertawa.

Aku dan Ying ikut tertawa melihat penderitaan Boboiboy. Gopal pun akhirnya melepaskan pelukannya dan Boboiboy bisa bernafas lega.

"Maaf, Boboiboy," ujar Gopal sambil cengengesan. Boboiboy hanya menggerutu pelan sambil memijat dadanya.

"Dimana yang lain?" tanyaku.

"Beberapa orang masih di kemah. Pak Guru menyuruh yang lainnya untuk berpencar mencari kalian. Tapi aku sudah menyuruh Fang untuk memberitahu mereka kalian sudah kembali," jelas Ying.

"Kalau begitu ayo kita kembali ke kemah. Aku lelah sekali," keluh Boboiboy. Aku mengangguk setuju. Kami berlima kemudian berjalan bersama-sama kembali ke kemah. Aku akhirnya bisa menghembuskan nafas lega saat melihat cahaya api unggun yang berasal dari perkemahan kami. Aku menolehkan kepala ke samping dan bertatapan dengan Boboiboy yang juga terlihat lega. Aku dan Boboiboy tersenyum penuh syukur, namun senyuman itu langsung menghilang saat sesuatu mengantam kepalaku dan selanjutnya kepala Boboiboy.

"Bisa nggak sih kalian berdua berhenti nyusahin orang?" Itu suara Fang. Dan sepertinya ia benar-benar kesal saat ini. Aku berbalik dan mendapati Fang berdiri di belakang kami sambil menyilangkan lengan di dada. Tangannya terlihat memegang sebuah senter besar yang pastilah digunakan untuk memukul kepalaku dan Boboiboy tadi.

"Fang! Kau bisa membuat kami gegar otak tau!"seru Boboiboy kesal sambil mengelus-elus kepalanya yang tertutup topi.

"Sepertinya kalian harus dibuat gegar otak dulu baru bisa berhenti nyusahin orang," balas Fang kesal.

"Apa kau bilang?!" Boboiboy terlihat siap memulai pertengkaran dengan Fang, namun aku menyela mereka sebelum mereka benar-benar berkelahi.

"Sudahlah. Jangan berkelahi lagi. Ayo kita segera kembali," kataku lelah.

Boboiboy dan Fang saling melempar tatapan kesal sebelum akhirnya mengikuti Ying, Yaya, Gopal, dan aku kembali ke kemah.

Aku dan Boboiboy harus menjelaskan panjang lebar mengenai hilangnya kami. Wali kelasku menuntut cerita detail tentang apa yang terjadi di hutan. Aku dan Boboiboy berusaha menceritakan sebaik mungkin mengenai semua hal yang kami alami, namun kami telah berkomunikasi dalam diam lewat tatapan mata untuk tidak memberitahu insiden batu-bercahaya-aneh itu. Entah kenapa aku menganggap memberitahu mereka semua mengenai hal itu merupakan ide buruk. Maka aku dan Bobobioy menyimpan rapat-rapat rahasia kecil kami.

Hujan gerimis mulai turun saat aku dan Boboiboy menyelesaikan cerita kami. Wali kelas kami membubarkan kami smeua dan menuruh semuanya agar kembali ke tenda dan tidur. Akhirnya aku bisa kembali ke tenda dan beristirahat. Aku, Yaya dan Ying segera masuk ke tenda kami. Ying langsung masuk ke dalam kantung tidurnya untuk menghangatkan diri sedangkan Yaya masih memainkan ponselnya, aku harus berganti baju dulu sebelum akhirnya aku ikut masuk ke kantung tidurku sendiri dan bergelung nyaman di dalamnya.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang