Medi Atmaja --- SMA Dirgantara
Sudah kurang lebih setengah jam aku berdiri di bawah terik matahari, menatap lalu lalang siswa di penyeberangan, bus-bus kota yang menepi di kiri jalan. Dan sejauh ini, belum kulihat gadis pujaanku itu di antara keramaian kota.
Klara ke mana, ya? Dia pulang bersama Karis lagi?
Wah, kurang ajar itu anak. Bukankah sudah kuperingatkan berkali-kali untuk menjauhi Klara? Sepertinya aku harus memberi dia pelajaran. Em, enaknya apa, ya? Apa aku keluarkan saja dia dari asrama seperti Jeje sebulan lalu? Hehehehe.
"Oi, Medi!"
Aku menoleh ke sumber suara. Dari gerbang sekolah, Langit, Bintang, dan Adrian menghampiriku.
"Ngapain berdiri di situ? Mau malakin orang?" tanya Langit.
Aku tersenyum kikuk. "Enggak. Enggak ngapa-ngapain, kok," jawabku sambil menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal.
Langit dan Bintang tiba-tiba serempak menoleh ke Adrian. Kawan sebangkuku itu menyeringai.
"Kata gua, lu mending stop stalking cewek, dah, Med. Lo lakuin itu bukannya bikin dia suka balik, malah bikin dia ilfeel." Langit merangkul pundakku.
Aku melotot. Langit tahu darimana, heh? Dari Adrian? Perasaan aku tidak kasih tahu siapapun tentang ini!
Aku memperbaiki ekspresi dengan tertawa pelan. "Lu ngomong apa, sih, Lang? Gua nggak paham."
"Ya elu itu stalking stalking Klara! Satu kelas juga udah pada tahu!" Bintang menjawab gregetan.
Mulutku sempurna terkunci.
"Lo mau gua kasih tau cara menaklukkan hati cewek yang benar nggak, Med?" Langit berujar lagi.
"Emang bang Langit punya cewek?" Adrian bertanya balik.
"Nggak usah sok-sok jadi ahli cinta lu, Lang!"
"Makanya dengerin dulu.... Nih, yang pertama---"
Kalimat Langit terpotong oleh kerumunan siswa yang menjerit ketakutan. Berlarian tak tentu arah, menabrak kami.
Seratus meter di kanan jalan, terjadi kerusuhan. Orang-orang bergerudukan mengejar para siswa yang hendak pulang sekolah.
"Eh, itu kenapa? Kok, pada rame-rame ke sini?" Bintang mengerutkan alis.
"Demo kali," Adrian menebak.
"Emang Walikota sini ada masalah, ya?" tanya Langit
"Lah, kenapa jadi Walikota?" Aku bertanya balik.
Langit mengedikan bahu. "Biasanya 'kan kalau demo demo gitu berarti ada yang salah sama pemerintah."
"Kayaknya bukan, deh, Lang ...." Suara Bintang gemetar. Dia menggeleng pelan.
"Lah, terus?" Langit bertanya lagi.
Sebagai jawaban, Bintang menunjuk ke arah sumber kerusuhan. Gerudukan orang-orang 'demo' itu tinggal beberapa langkah lagi dari kami. Anak-anak sekolah yang tak sempat melarikan diri ditangkap oleh mereka, lantas mereka menggigitnya brutal, merobek wajah, kulit, organ tubuh anak-anak itu.
Belum sampai situ. Karena beberapa detik kemudian, anak-anak yang telah digigit tadi mendadak bangkit lagi dengan gerakan tubuh patah-patah. Mata mereka kali ini sepenuhnya hitam. Mereka meraung. Bergabung dengan gerudukan orang-orang 'demo'.
Dan kami adalah target kejaran mereka berikutnya.
Kami segera melarikan diri menuju lingkungan sekolah. Lupakan Klara dan Karis. Nyawa kami sudah di ujung tanduk. Mereka adalah zombie!
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave or Die || Bakwan Fight Back
Misterio / SuspensoKota Bakwan telah diserang oleh wabah mematikan yang mengubah korbannya menjadi zombie. Alana dan kawan-kawannya hendak bersiap pulang sekolah saat peristiwa mengerikan itu datang. Ratusan zombie menyerang masal ke penjuru SMA Dirgantara. Sementara...