(03) Berdiri di tengah lapangan

7 1 0
                                    


Happy Reading💐

Sebelum ia benar-benar pergi, Aluna diam-diam memandangi wajah tenangnya Affar yang dipenuhi luka lebam. Sementara Nura, Jafia dan juga Tasya lebih dulu pulang. Aluna meminta untuk dijemput sang Ayah sedikit lebih malam sehingga memberinya ruang untuk menikmati sejenak udara malamnya Rumah sakit dengan sedikit rasa angker.

𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐰𝐚𝐣𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐦𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐫𝐢𝐛𝐮𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐢𝐚 𝐥𝐞𝐰𝐚𝐭𝐢, 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐝𝐚 𝐥𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐮.

~𝐀𝐥𝐮𝐧𝐚 𝐀𝐫𝐚𝐛𝐞𝐥𝐥𝐚

Keesokan harinya Aluna terlambat ke sekolah ia berharap bisa diizinkan masuk ke ruang kelas atas semua bujukannya. Namun, nihil Aluna harus berdiri di depan tiang bendera selama hampir 30 menit pelajaran berlangsung.

Dengan banyaknya keringat yang bercucuran, Aluna hampir saja pingsan, tapi beruntungnya bel istirahat berbunyi.

"Emang enak dihukum panaskan? Mau gue segerin gak nih berhubung ada air, ayok girls!" seru Seli secara tiba-tiba.

Setelah mendengar aba-aba dari Seli ke-dua temannya langsung mengguyur Aluna dengan seember air bekas cucian pel.

Ke-tiga temannya pun segera berlari menghampiri Aluna yang sudah terduduk di pinggir lapangan, dengan Seli dan dua temannya berdiri angkuh di depan Aluna yang sudah basah kuyup.

"Heh! Nenek lampir ngapain lo nyiram temen gue pake air pel gila lo, ya?!" teriak Nura menjambak rambut Seli.

"Lo bilang apa? Cewek seimut, lucu, gini lo bilang nenek lampir? Ngaca muka lo kaya keset rumah gua noh!" protes Seli tak terima, dengan kepala yang mulai terasa sakit atas jambakan Nura. Ia berusaha menggapai rambut Nura.

"Arghh sakit, Nura!"

"Heh, Lo pada ngapain ngeliatin doang lepasin gua!"

Diana dan Vera berusaha melepaskan genggaman tangan Nura yang semakin berusaha dilepas semakin ia kencangkan tarikan nya. Tasya dan Jafia berusaha menenangkan Nura supaya tidak lepas kendali. Namun, ia enggan untuk melepaskan rambut Seli.

"Ra, udah lepasin kasian," ucap Aluna.

"Hah? Kencengin oke, Lun."

"Ra!"

"Oke," pasrah Nura melepaskan rambut Seli.

"Awas lo, ya, gua balas nanti!" ancam Seli meninggalkan mereka ber-empat dengan diikuti Diana dan Vera.

"Nanti? Sekarang kalo berani!" teriakan Nura menggema hingga membuat aktivitas para siswa/siswi sempat terhenti.

"Nura, udah!" Sela Tasya yang mulai tersulut emosi, menarik tangan Aluna dan Nura membawa mereka ke toilet sekolah.

"Nih, Lun. Ganti baju cepet sekalian mandi juga sekarang. Tenangin diri kamu, Nura," papar Jafia.

Namun, tak berselang lama Aluna selesai berganti baju bel masuk kelas pun berbunyi, menandakan jam istirahat telah selesai para siswa-siswi masuk ke ruangan kelas masing-masing, begitupun Jafia, Tasya, Nura dan Aluna.

Ketika hendak masuk Tasya tak sengaja menabrak siswa cowok yang sedang membawa sekumpulan buku.

"Eh, maaf-maaf gak sengaja," ucapnya seraya membantu mengumpulkan buku-buku itu.

"Gakpapa, lain kali hati-hati kalo jalan."

"Sekali lagi maaf."

"Iya, cepet masuk sana. Kelas 12 Ips 2 kan? Udah ada guru tuh," ujar Gavin.

Gevin-teman seangkatan Tasya. Namun berbeda kelas. Gavin Ips-1

Tasya segera berlari sebelum ia dihukum nantinya, pasalnya pembelajaran kedua kali ini diisi matematika oleh, Bu Siti.

Sedangkan Aluna, Nura pun Jafia yang melihat dari kejauhan hanya tersenyum mereka tau bahwa Gavin adalah orang yang Tasya sukai sejak pertama kali masuk ke sekolah ini.

Primeiro AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang