(05) Kerasukan?!

5 1 0
                                    

Aluna tiba-tiba menjerit, meraum-raum, tertawa tak jelas. Tante Rani dengan cepat berlari menuju kamar, terlihat di sudut ruangan Jafia sedang ketakutan.

Sehabis mengeluarkan Jafia dari dalam sana, tepat pukul 11 malam Tante Rani segera menelpon Firman untuk membawa Ustadz Zakir ke rumahnya.

"Firman cepat ke sini, Aluna sepertinya kerasukan!"

"Iya, Tante. Firman langsung otw ke sana."

"Bawa Haikal juga!"

Dengan terburu-buru Firman segera keluar untuk menjemput Ustadz Zakir, dan untungnya saat sampai di sana beliau belum tidur masih terjaga. Firman memohon untuk ikut bersamanya, karena ada seorang temannya yang kerasukan mahluk gaib.

Ketika sedang dibacakan ayat-ayat suci Aluna terus menjerit-jerit kedua tangganya dipegangi Firman dan juga Haikal, sampai mereka kewalahan sendiri badan sekecil ini tenaganya kuat sekali, padahal itu bukanlah Aluna. Setelah berhasil mengeluarkan makhluk gaib itu Aluna tak sadarkan diri.

"Lun, Luna!" panggil Jafia sambil memberanikan diri mendekat menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Ustadz, ini kenapa? Aluna gakpapa kan?"

"Gakppa, nanti juga siuman baringkan saja di atas ranjang dia kelelahan. Dia kerasukan makhluk sejenis macan," ungkap Ustadz Zakir. Beliau pamit untuk pulang setelah situasi menurutnya sudah membaik.

Seusai kejadian itu Tante Rani segera memberi tahukah semuanya kepada orangtua Aluna Buk Tias, dan Pak Andi mereka meminta untuk terus melindungi Puitrinya.

"Tante kita nginep di sini, ya," ucap Firman.

"Iya, Tan. Takut kejadian lagi," sambung Haikal.

"Iya, kalian nginep di sini aja temenin Jafia sama Tante, kalian mau tidur di kamar atau di ruang tamu?"

"Firman sama Haikal di ruang tamu aja, biar bisa mantau Aluna juga."

"Oke, kalo gitu tante bawain bantal sama selimut, ya."

"Ayok Jafia bantu Mama, nanti boboknya sama Mama aja."

"Iya, Ma."

Di sisi lain Buk Tias yang merasa khawatir dengan keadaan putrinya meminta Pak Andi untuk pulang besok pagi juga, dan memintanya segera menghilang makhluk-mahluk itu bagaimana pun caranya.

"Pak, Ibu mau besok pagi juga pulang pokoknya! Dan bersihin juga rumah kita kasian Aluna."

"Iya, Buk. Kita cancel semua pertemuan sama klaen terlebih dahulu sabar, ya, Sayang," ucap Pak Andi menenangkan dengan mengusap rambut Istrinya.

Dikeesokan harinya seperti biasa dengan kegiatan untuk berangkat ke sekolah Aluna sudah membaik, dan Firman juga Haikal kembali ke rumah mereka masing-masing untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Saat sampai di sekolah mereka dikagetkan dengan keberadaan Seli di kelas mereka dan kedua temannya, yang sedang duduk santai di atas meja Aluna. Keadaan kelas tidak ada orang sama sekali.

"Heh! Ngapain Lo di sini Seli?!" tanya Nura yang ikut mengantarkan Aluna ke kelasnya setelah mengetahui kejadian tadi malam, begitupun dengan Tasya yang mengikutinya dari belakang.

"Mau ngebully si culun ini ngapain lagi?!"

"Lo mau gua jambak lagi hah?"

"Ups atut."

"Udah Nura tenang," sela Aluna.

"Tenang gimana, Lun? Dia kalo dibiarin makin ngelunjak tau."

"Mending lo duduk dulu," ucap Seli mendorong Aluna hingga terduduk, yang ternyata di bangku itu sudah ada lemnya.

"Gua cuma mau liat keadaan Aluna doang kok gak lebih, bye!" Sambungnya seraya meninggalkan kelas.

Haikal yang tak sengaja melihat itu ia segera masuk ke ruangan kelas untuk memastikan keadaan Aluna, ia juga mengetahui bahwa Seli orang yang sering membully siswi-siswi di sekolah ini.

Aluna yang ingin bangkit merasa kesusahan karena bangku yang ia duduki ikut terangkat juga.

"Lun, gakppa kan?" tanya Haikal menghampiri.

"Gakppa, Kak, tapi ini kok susah ya roknya nempel gitu."

"Bener-bener, ya, tu nenek lampir pengen dijambak lagi!"

"Udah, Ra. Kita cari cara buat bebasin Aluna dulu," timpal Tasya.

"Ini gimana, ya, kayaknya bakal sobek deh, ada rok ganti gak?"

"Gada, Kak. Gimana dong?" Jawab Jafia

"Izin aja dulu buat ambil rok gimana?" Saran Nura.

"Yaudah aku aja yang ambil, ke rumah Jafia kan?"

"Iya, Kak."

Seusai dari semua itu Nura langsung menghampiri Seli, ia tak terima jika Aluna terus diginiin. Dengan langkah cepat dan pasti Nura segera menuju kantin sekolah, itu karena sudah waktunya jam istirahat pertama.

Semua siswa/siswa disepanjang jalan menatap penuh heran, terdengar bisikan-bisikan dari mereka tak sama sekali membuat Nura berhenti.

Seli-salah satu kaka kelas yang suka melakukan pembullyan terhadap siswi yang menurut dia lugu dan cantik yang bisa mengalahkan kecantikannya itu.

Ia memang memiliki rupa yang ayu rupawan, banyak siswi yang telah Seli bully selama ini termasuk Aluna dan Jafia. Korban bully diantara yang lainnya hanya diam seribu bahasa walaupun mereka tersakiti.

Nura salah satu murid yang berani melawan seli bahkan sampai saling jambak rambut demi membalas rasa sakit atau bahkan rasa malu yang diterima teman-temannya.

"Ada apa nih, tumben lo Murung gini, Fia. Gak mau cerita gitu gua siap kok dengerin cerita lo itu," ucap Fauzan menghampiri Jafia yang sedang terduduk dibangku kelas.

"Fia gakpapa, ozan."

"Bohong banget, lo gak pinter buat bohong apalagi sama gua. Ada apa? Lagi banyak masalah atau keinget Ayahnya Fia?"

"Hhe iya keinget Ayah rasanya kangen banget apalagi kalo ngeliat orang lain sama Ayah mereka."

"Sabar-sabar ya di sini ada Ozan yang siap dengerin cerita Fia. Sini peluk kalo mau," tawarnya merentangkan tangan.

"Mau! Kenapa Ozan baik sama Fia? Kenapa mau dengerin keluh kesah Fia selama ini?"

"Em, itu karena Ozan sayang sama Fia, Ozan gak mau Fia kenapa-napa."

"Terimakasih."

"Terimakasih doang nih?"

"Trus harus apa?"

"Ya jajanin gua lah," jawabnya tertawa seraya berlari menjauh sebelum kena amukan Jafia.

"Ih, Ozan!"

Ketika mereka sedang bermain lari-larian Aluna, Nura pun Tasya yang melihat itu hanya bisa menepuk jidat masing-masing, mereka berdua seperti Tom and Jerry saja. Namun, jika berjauhan saling kangen cuma ketutup gengsi aja.

Fauzan sering menelpon Jafia jika dirinya tidak masuk sekolah, atau ada sesuatu yang terjadi dikehidupan Jafia pasti dirinya selalu diberitahu terlebih dahulu.

Itu karena rumah keduanya lumayan jauh jadi, jika terjadi sesuatu yang urgent Jafia hanya bisa menelpon Firman atau Haikal, ia tak ingin merepotkan Fauzan.

Keduanya bisa dibilang lebih dekat dari sekedar teman.

"Ozan ... kangen Ayah, tapi dia jahat!"

"Gak boleh bilang gitu."

"Tapi itu faktanya! Dia ninggalin, Fia."

"Gini, ya, dengerin mau bagaimana pun, dia tetep Ayah kamu gada namanya mantan Ayah atau Mantan anak. Oke, paham kan?"

"Fia paham, tapi Ayah kemarin ke rumah Nenek waktu Fia nginep di sana, gak sudi banget kayaknya buat duduk sebentar ngobrol sama, Fia. Ayah cuma ngasih uang 100k setelah itu langsung pergi lagi."

Primeiro AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang