(02)Kecelakaan Affar

21 4 1
                                    

Selamat membaca!
Semoga suka, ya💐

****

"Ih, apasi gak gitu, Kak."

"Ehem, ada yang lagi kesemsem nih," celetuk Nura menggodanya.

"Ihh, Nuraa enggak, ya."

Nura, tasya dan jafia yang heran melihat sikap Aluna terlihat salah tingkah itu hanya bisa tertawa terbahak. Tiba-tiba Bi Icin meneriakkan bahwa pesanannya sudah selesai, mereka semua terkaget. Hingga protes akan hal itu, dan semua pandangan orang-orang yang  berada di sana tertuju pada mereka.

Nura segera mengambil pesanannya serta membayar seluruh seblak yang dipesan, lalu segera bergegas pergi mengajak ke-3 temannya itu ke rumah Jafia. Nura sengaja memilih untuk dibungkus biar Aluna nyaman, itukarena warung seblak, Bi icin selalu ramai. Pernah waktu pertama mereka ke sini saking ramainya Aluna sampai tidak menyentuh makanannya kan mubazir, katanya sih malu.

Sesampainya di rumah Jafia, tak di sangka ada Affar yang sedang bertamu bersama sang ibu. Aluna kembali salah tingkah, menyembunyikan dirinya dibalik badan, Tasya.

"Eh, ada Kak Affar sama Tante Desi. Cepet ya, Tante ngabisin seblaknya," cetus Jafia sambil menyalami kedua perempuan dihadapannya itu.

"Seblak? Loh, tante gak makan seblak itu mah affar yang suka, Fia. Cuma malu aja katanya masa laki makan seblak," imbuh tante fesi disertai tawa kecilnya.

Jafia yang mendengar itu membalikkan badan menghadap Affar, seraya tersenyum merangkul sang empu. Dilanjutkan dengan bisikan, "malu, Mas? Cepet banget, ya, makannya." Setelah mengucapkan hal itu, ia terkikik geli melihat ekspresi temannya itu.

Affar bergidik ngeri, menyingkirkan tangan Jafia dibahunya, menangkup malu wajahnya dengan sebelah tangan yang kemudian menghampiri sang Bunda, "Bundaa," panggilannya dilanjut dengan bisikan meminta ijin untuk pulang lebih dulu.

Nura membuyarkan lamunan semua orang yang memandang Affar. Setelah  semuanya selesai bersalaman dengan tante desi dan tante rani Ibunya Jafia.

"Ayok, makannya di mana nih? Udah lapar tau malah pada bengong liatin cowok," celetuk Nura.

***

Saat diperjalanan pulang Affar yang sedang tidak pokus berkendara mengalami kecelakaan sepeda motor, ia menabrak minibus sehingga membuat tubuhnya terlempar cukup jauh. Orang-orang berkerumun membuat jalanan macet cukup panjang. Affar segera dilarikan ke  Rumah sakit terdekat oleh warga setempat yang berkerumun.

Untungnya rumah sakit tidak jauh dari tempat kecelakaannya, pihak pihak ambulance memerlukan sekitar 20 menit perjalanan menuju tempat kecelakaan.

Pihak Rumah sakit segera memberi tahukan kluarga dari Affar yaitu sang Bunda, jika sang anak mengalami kecelakaan yang sekarang ini sedang dirawat. Untungnya tidak mengalami luka dalam atau luka parah, Affar tak sadarkan diri ia mengalami syok hingga membuatnya pingsan.

Tante Desi yang masih berada di rumah Jafia segera bergegas menuju RS setelah mendapat kabar dari pihak rumah sakit. Jafia dan ketiga temannya membuntuti, mereka semua merasa hawatir dengan keadaan Affar saat ini.

Masing-masing dari mereka segera mengambil helm untuk menyusul tanye desi, yang sudah lebih dulu pergi menggunakan kendaraan yang dipesannya lewat aplikasi. Sesampainya di Rumah sakit, tante desi yang panik langsung berlari tergesa-gesa kehadapan resepsionis menanyakan keberadaan putranya.

"Dimana anak saya, mbak?

"Atas nama siapa?"

"Ghaffar."

"Atas nama Ghaffar di ruang inap 04 sebelah kanan, Ibu," jelas resepsionis.

Ia langsung berjalan mencari ruangan anaknya itu, begitupun dengan jafia, Nura, Tasya dan Aluna segera bergegas mencari ruangan Affar. Dengan perasaan khawatir yang berkecambuk dan pikiran yang kalut entah kemana membayangkan hal yang tidak terjadi sama sekali terhadap Affar.

Ghaffar hanya mengalami cedera di bagian kepala, kaki yang membuatnya tidak bisa berjalan mungkin sampai beberapa bulan kedepan, dan cedera dibagian tangan ditambah dada yang terasa sedikit sesak.

"Affar ini, Bunda," katanya terisak menggoyang lengang sang anak.

"Tante yang sabar, do'ain Affarnya cepet sembuh, ya," ucap Aluna menghampiri mengusap bahunya, seolah memberikan kekuatan atas apa yang menimpa putranya ini.

Jafia mendekati tante desi untuk menenangkannya ia memeluk seraya diikuti dengan Aluna, Nura, dan juga Tasya mengeratkan pelukan mereka. Dipelukan itu tangisan desi pecah, ia tak tega melihat sang putra terbaring tak sadarkan diri seperti ini.

Hari semakin larut setelah lelah menangis Tante Desi tertidur di samping Hospital bed dengan memegangi jemari Affar, dalam posisi terduduk. Aluna yang masih berada di sana memperhatikan dari kaca pintu masuk.

Primeiro AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang