Happy Reading guys! 💐
Di bawah langit jingga dengan ketenangan pun meramu luka yang setiap hari semakin menganga atas perginya sang kasih tercinta, ternyata pertemuan yang singkat selalu melekat penuh makna.
~Insha Jafia
Setelah pertemuan di taman kala itu ashraf dan jafia lebih sering bertemu dan di tempat sama, semakin hari bacaan puisi jafia makin berkembang dengan bimbingan ashraf, di sana pula awal mula mereka terlihat dekat.
Dari pertemuan itu sepertinya jafia memiliki prasaan terhadap Ashraf, ia menyukai semua tentangnya. Perlakuan, kata-kata atau bahkan sikap yang ia tunjukkan. Di sisi lain Ashraf belum mengetahuinya jika jafia menyukainya, ia sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.
Perasaan yang muncul secara ini tiba-tiba. Namun, di sadarkan realita siapa aku? Yang lancang sekali menaruh rasa atasnya? Munculnya harapan ingin memiliki padahal sudah tau ia mencintai sang kekasih tercinta.
***
Acara kelulusan pun tiba di mana seluruh siswa-siswi begitupun dengan orang tua murid berkumpul di lapangan sekolah yang sudah disiapkan kursi-kursi khusus orangtua. Suasananya ramai sekali banyak orang berdagang, lslu lalang ke sana ke mari, serta ada juga yang sibuk mencari keberadaan teman-temannya.
Rangkaian acara satu persatu sudah terlaksana. Kini, selanjutnya giliran pembacaan puisi perpisahan yang akan dibacakan jafia, tangannya bergetar perasaannya campur aduk.
"Yok bisa Fia semangat!" ucap ketiga temannya bersamaan dengan jafia yang berjalan menuju panggung.
"Fia, pasti bisa jangan lupa atur napas oke harus terkendali, ya," imbuh Aluna.
"Pasti bisa!" Sorak semuanya ketika jafia mulai menaiki panggung.
Terlihat ia sedikit gugup saat melihat ashraf senyuman kembali mengembang, lalu dimulai membacakan puisi begitu menghayati dan ... finally jafia berhasil membuat semua orang yang berada di sana terharu banjir air mata. Suasana yang tadinya riuh menjadi sunyi hanya ada suaranya menggema, setelah selesai membacakan puisinya ia turun dibarengi dengan emuruh tepuk tangan yang meriah.
"Sangat memukau, jafia. Selamat kau berhasil membawakan puisinya." kata Ashraf menghampirinya penuh bangga.
"Terimakasih, ini berkat kak Air juga," balasnya sembari tersenyum hangat.
"Ini semua kerja kerasmu."
Teman-temannya menghampiri seraya mengucapkan kata selamat karena ia bisa membawakan puisi pertamanya yang berani ia bacakan dihadapan banyak orang.
"Fiaa! Tadi itu keren banget belajar dari siapa tuh?" Affar bertanya sambil berjalan menghampirinya bersama sang Ibu.
"Ehem, siapa tuh yang di belakangnya Fia?" ucap tante desi yang baru menyadari keberadaan Ashraf.
"Oh, ini Kak Ashraf. Fia belajar puisi dari dia, kak Affar udah sehat, yaa? Seneng deh liatnya."
"Udah dong, nanti kita jalan-jalan deh naik motor keliling kota."
"Serius?"
"Iyaa lah masa boong Fia, kan udah lama juga gak main berdua, mau sekalian cerita juga hha."
"Iyaa deh, apa jangan-jangan tentang cewek nih?" Goda Jafia menyenggol bahu Affar.
Tiba-tiba nura datang menarik pergelangan tangan jafia untuk ikut bersewa poto bersama Tasya, dan ke-2 temannya sementara ashraf terabaikan sedari tadi ia hanya melihat interaksi jafia dan teman-temannya. Hanya diam mematung.
Dengan matanya yang berseri jafia berseru, "Masyaallah, Kak Tasya cantik banget!"
"Aamiin allahumma aamiin. Fia jangan gitu dong malu," jawab Tasya sambil menutupi wajahnya yang memerah bersembunyi dikedua tangannya.
"Ehem, ada Gavin tuh," sela aluna menyenggol bahu Tasya. Sementara yang disenggol hanya mendelik mendengar ucapan aluna.
Dengan tiba-tiba nura yang melihat gavin berteriak sambil melambaikan tangannya. "Kak Gavin sini katanya Kak Tasya mau poto nih!"
"Heh, Nura malu woilah! Dia beneran jalan ke sini lagi gimana nih?" ucapnya panik kelimpungan.
"Katanya mau poto ayok!" Kata Gavin segera mengambil posisi di sebelah Tasya. Gavin menyadari bahwa pipi gadis di depannya ini memerah atas ulahnya yang memegang bahunya, ia sedikit terkekeh namun, masih melanjutkan berpose ke arah kamera handphone yang dipegang nura.
"Fin, udah ya malu," ucap tasya berbisik.
"Malu kenapa cuma poto doang kok."
"Iya sih, tapi tuh liat fensmu melototin gue serem tau!"
"Biarin gausah di liat."
"Keliatan. Udah ah mau poto sama yang lain dulu oke, bye," katanya berjalan meninggalkan Gavin bersama Nura yang asik memotret kebersamaan mereka. Sedangkan jafia dan aluna hanya berdiam diri menyaksikan itu semua, terseyum geli melihat kelakuan temannya itu.
Ketika ashraf ingin beranjak pergi meninggalkan tempat acara, tiba-tiba jafia dari kejauhan yang melihatnya akan pergi berteriak untuk dirinya jangan pulang terlebih dahulu. Pasalnya ia ingin mengabadikan momen ini dan mengambil beberapa poto dengannya.
Sebelum jafia menghampirinya fauzan sudah lebih dulu berada di samping ashraf seraya melontar pertanyaan, "Bang, sejak kapan kenal Jafia?"
"Saya baru sebulan belakangan ini mengenalnya," jawaban Zuhair singkat.
"Semenjak itu dia sering nyeritain lo, gua tau semuanya dan, ya. Jafia kayaknya suka deh sama lo, Bang," ungkapnya memandang Jafia.
"Kenapa kamu berpikir kalo dia suka saya? Bukannya kamu yang lebih dekat dan tau dia?"
"Apa ada sedikit perasaan untuk, jafia?"
"Cinta saya masih tertinggal di masalalu."
Fauzan bergeming ia larut dalam jawaban ashraf dengan pikirannya yang berkecamuk apakah dugaannya benar atau hanya sekedar perasaannya saja? Jafia yang menepuk bahunya secara kencang membuyarkan lamunan Fauzan, setelah ia berlari menghampiri keduanya untuk segera mendekati yang lainnya karena sesi poto akan segera selesai, dan mereka masih saja asik berbincang padahal sedaritadi sudah diteriaki agar segera mengambil posisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Primeiro Amor
Romance"𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘪𝘵, 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘵𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘤𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘬𝘪𝘳 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘥𝘪𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘶𝘥𝘶𝘵 𝘤𝘢𝘬𝘳𝘢𝘸𝘢𝘭𝘢. " ~𝘐𝘯𝘪𝘴𝘩𝘢 𝘑𝘢𝘧𝘪𝘢 Start: 16 April 2024 ...