(10)Menyimpan rasa?

17 1 2
                                    

Happy Reading guys! 💐

Setelah pertemuan di taman kala itu Ashraf dan Jafia lebih sering bertemu dan di tempat yang sama, semakin hari bacaan puisi Jafia makin berkembang dengan bimbingan Ashraf di sana pula awal mereka yang semakin dekat.

Di bawah langit jingga dengan ketenangan pun meramu luka yang setiap hari semakin menganga atas perginya sang kasih tercinta, ternyata pertemuan yang singkat selalu melekat penuh makna.

Perasaan yang muncul secara tiba-tiba. Namun, di sadarkan realita siapa aku? Yang lancang sekali menaruh rasa atasnya? Munculnya harapan ingin memiliki padahal sudah tau ia mencintai kekasihnya.

Dari pertemuan itu Jafia memiliki prasaan terhadap Ashraf, ia menyukai semua tentangnya. Perlakuan, Kata-kata atau bahkan sikap yang ia tunjukkan.

Di sisi lain Ashraf belum mengetahui jika Jafia menyukainya bahkan ia sudah menganggap Jafia sebagai adik sendiri.

Acara kelulusan pun tiba dimana seluruh siswa-siswi pun dengan orang tua murid berkumpul di lapangan sekolah, ramai sekali banyak orang berdagang.

Rangkaian acara satu persatu sudah terlaksana. Kini, selanjutnya giliran pembacaan puisi perpisahan yang akan dibacakan Jafia, perasaannya campur aduk.

"Yok bisa Fia semangat!" Ucap Nura.

"Fia, pasti bisa jangan lupa atur napas oke harus terkendali, ya," timpal Aluna.

"Semangat!" Sorak semuanya ketika Jafia mulai menaiki panggung.

Terlihat Jafia sedikit gugup saat melihat Ashraf ia kembali tersenyum lalu mulai membacakan puisinya, dan finally Jafia berhasil membuat semua orang yang berada di sana terharu banjir air mata.

Dengan di iringi gemuruh tepuk tangan yang meriah Jafia menuruni panggung itu.

"Sangat memukau, Jafia. Selamat kau berhasil membawakan puisimu!" Papar Ashraf menghampirinya.

"Terimakasih, ini berkat kak Air juga," balasnya sembari tersenyum hangat.

"Ini semua kerja kerasmu."

"Em, selamat Fia, Fia berhasil!" Sela Fauzan menghampiri mereka.

"Iyaa, Zan tau Fia deg-degan banget takut gak sesuai ekspektasi. Eh, ternyata alhamdulillah lancar walaupun tadi agak sedikit teremor," ungkap Fia.

"Hhaha, wajar kan Fia baru pertama kali, ya."

"Iya sih."

"Fiaa! Tadi itu keren banget belajar dari siapa tuh?" Sela Affar tiba-tiba menghampiri bersama sang Ibu.

"Ehem siapa tuh yang di belakangnya Fia?" Ucap Tante Desi.

"Oh, ini Kak Ashraf. Fia belajar puisi dari dia tau hhe, Kak Affar udah sehat, yaa? Seneng deh liatnya."

"Udah dong, nanti kita jalan-jalan deh naik motor keliling kota."

"Serius?"

"Iyaa lah masa boong Fia kan udah lama juga gak main berdua, mau sekalian cerita juga hha."

"Iyaa deh, apa jangan-jangan tentang cewek nih?" Goda Jafia menyenggol bahu Affar.

Tiba-tiba Nura datang menarik pergelangan tangan Jafia untuk ikut bersewa poto bersama Tasya, dan ke-2 temannya.

"MasyaAllah, Kak Tasya cantik banget!"

"Aamiin, alhamdulillah. Fia jangan gitu dong malu," jawab Tasya sambil menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya.

"Ehem, ada Gavin tuh," sela Nura menyenggol bahu Tasya.

"Biarin lah."

"Gak mau poto gitu buat terakhir kalinya? Kak Gavin sini katanya Kak Tasya mau poto nih!" Teriak Nura tiba-tiba.

"Heh, Nura malu woilah duh dia ke sini lagi gimana nih?"

"Katanya mau poto ayok!" Kata Gavin segera mengambil posisi di sebelah Tasya.

Gavin yang menyadari bahwa pipi Tasya memerah atas ulahnya yang memegang bahunya, ia sedikit terkekeh namun masih melanjutkan berpose.

"Fin, udah ya malu," ucap Tasya berbisik.

"Malu kenapa cuma poto doang kok."

"Iya sih, tapi tuh liat fensmu melototin gue tau!"

"Biarin gausah di liat."

"Keliatan, dah ah mau poto sama yang lain dulu oke, bye," tuturnya langsung meninggalkan Gavin bersama Nura yang asik memotret kebersamaan mereka. Sedangkan Jafia dan Aluna hanya berdiam diri menyaksikan itu semua, terseyum geli melihat kelakuan temannya itu.

Ketika Zuhair ingin beranjak pergi meninggalkan tempat acara, tiba-tiba Jafia berteriak untuk dirinya jangan dulu pulang terlebih dahulu. Pasalnya ia ingin mengabadikan momen ini dan mengambil beberapa poto dengannya.

"Bang, sejak kapan kenal Jafia?" Tanya Fauzan secara tiba-tiba yang sudah berada di samping Zuhair.

"Saya baru sebulan ini mengenalnya," jawaban Zuhair singkat.

"Semenjak itu dia sering nyeritain lo, gua tau semuanya dan, ya. Jafia kayaknya suka deh sama lo, Bang," ungkapnya memandang Jafia.

"Kenapa kamu berpikir kalo dia suka saya? Bukannya kamu yang lebih dekat dan tau dia, Fauzan?"

Fauzan tak bergeming ia larut dalam pertanyaan pun dengan pikirannya yang berkecamuk apakah dugaannya benar adanya atau hanya perasaan saja?

Sesaat setelah pertanyaan itu Jafia membuyarkan lamunan Fauzan, ia berlari menghampiri keduanya untuk segera mendekati yang lainnya karena sesi poto akan segera selesai, dan mereka masih saja asik berbincang padahal sedaritadi sudah diteriaki agar segera mengambil posisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Primeiro AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang