PART 6

2.5K 16 0
                                    

Malam sudah mencapai titik paling gelap, saat sebagian orang sudah terlelap dalam tidur beberapa pasukan Jenggolo masih terjaga untuk mengamankan istana. Namun tak hanya pasukan kerajaan yang masih terjaga, di peraduan utama Permaisuri Arkadewi juga mengalami hal yang sama. Kantuk seolah enggan untuk mendatangi wanita cantik itu, pikirannya masih tak tenang mengkhawatirkan keselamatan Pangeran Ontowijoyo yang sedang melakukan perjalanan ke Desa Sumber.

Ditengah kegelisahannya, Permaisuri Arkadewi dikejutkan oleh kehadiran Raja Ontoseno. Meskipun mereka telah menikah, namun semenjak sang Raja menderita impotensi akut beberapa tahun silam, pasangan suami istri tersebut tak lagi tidur dalam satu ranjang. Setiap malam Permaisuri Arkadewi tidur sendirian di peraduan utama, sementara sang Raja lebih sering menghabiskan waktunya di ruangan lain. Maka kehadiran Raja Ontoseno malam ini di peraduan utama benar-benar mengejutkan sang Permaisuri.

"Kang Mas..?" Permaisuri Arkadewi bangun kemudian beranjak ke tepi ranjang. Raja Ontoseno tersenyum memandangi wajah cantik istrinya sambil berjalan mendekat.

"Dinda, kenapa belum tidur?" Tanya Raja Ontoseno.

"Masih belum mengantuk Kang Mas." Ujar Permaisuri Arkadewi lirih.

Raja Ontoseno mulai mendekati Permaisuri Arkadewi yang nampak canggung di ujung tepi ranjang, gestur tubuhnya yang kaku dan tak senyaman biasanya jelas menggambarkan hal itu. Raja Ontoseno mengarahkan bibirnya pada kening Permaisuri Arkadewi, mengecupnya perlahan, persis seperti apa yang dia lakukan beberapa tahun silam saat mereka berdua baru menikah. Kecupan Raja Ontoseno di kening Permaisuri Arkadewi membuat perempuan itu kaget. 

Permaisuri menatap wajah lelaki yang menunduk menatapnya. Mereka beradu pandang. Detak jantung Permaisuri Arkadewi meninggi. Kenapa sang Raja tiba-tiba berubah sikap menjadi begitu manis seperti ini? Padahal semenjak menderita impotensi sisi kelembutan penguasa Jenggolo itu nyaris hilang seluruhnya tanpa bekas. Dingin.

"Kang Mas..."  Permaisuri Arkadewi ingin melanjutkan ucapannya tetapi gerakan kepala sang Raja menghentikan semuanya.

Bibir Raja Ontoseno dengan cepat mengecup bibir sang permaisuri . Keduanya berpelukan erat. Bibir menyatu, mereka menumpahkan emosi lewat ciuman. Tidak ada penolakan dan tidak ada paksaan. Hanya mengikuti emosi dan naluri.

Dinginnya udara malam yang membelai kulit, dikalahkan oleh getar hangat yang muncul dari dalam tubuh mereka. Bibir bertemu bibir. Lembut, hangat, basah. Lidah berperang, saling membelit, bergulat dan saling mendorong. Mata terpejam, kepala bergerak liar tak terkontrol ke kiri, kanan, atas, bawah mencoba mengecap kenikmatan.

Permaisuri Arkadewi melayang, sekian tahun dia tak sekalipun disentuh oleh sang Raja namun malam ini tiba-tiba suaminya itu berusaha menggelitik hasratnya. Permaisuri Arkadewi menengadah dengan mata terpejam saat lidah Raja Ontoseno menyusuri lehernya yang putih nan sensitif setelah sebelumnya menyibak rambutnya yang panjang terurai. Aliran kenikmatan dari sapuan lidah Raja Ontoseno yang basah menyebar ke seluruh tubuh. Memberi letupan kenikmatan yang semakin tidak terkontrol.

Tangan Raja Ontoseno meyusup ke dalam kemben tipis yang dikenakan Permaisuri Arkadewi, meremas bongkahan mulus payudara. Kencang sekali, kelembutan daging kenyal itu membuat tubuh Raja Ontoseno bergetar. Permaisuri Arkadewi menikmati belaian dan remasan itu. Dia menggelinjang. Dingin, geli, hangat bercampur jadi satu.

"Aku merindukanmu dinda..." Ucap Raja Ontoseno lirih tepat di samping telinga Permaisuri Arkadewi.

Kata itu menarik Permaisuri Arkadewi ke alam sadar. Menatap wajah Raja Ontoseno yang teduh. Wajah yang seolah terlihat berbeda baginya. Permaisuri Arkadewi tersenyum tersipu saat Raja Ontoseno menarik tangannya dan mengajak untuk ke tengah ranjang.

SANG PENDEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang