PART 3

3.4K 10 0
                                    

"Akhirnya sampai juga!"

Sakti menurunkan Laras dari punggungnya, pendekar itu nampak cukup kelelahan setelah menggendong putri Juragan Seno dari sungai hingga akhirnya sampai di depan pendopo tempat tinggal Laras. Gadis cantik itu masih meringis kesakitan ketika kakinya menapak tanah, bagian pergelangan kakinya mulai bengkak setelah sebelumnya terhimpit pohon dan batu kali.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang, capek ya?" Tanya Laras saat melihat Sakti menyeka keringat dari dahi dan wajahnya.

"Lumayan, ternyata tubuhmu lebih berat dibanding sekarung beras, hehehehe." Seloroh Sakti dengan mimik muka jenaka, ucapan yang membuat wajah Laras berubah sebal karena sepanjang perjalanan dari hutan menuju rumahnya, Sakti selalu saja meledeknya dengan ejekan-ejekan ringan yang tak jarang membuatnya kesal sekaligus tertawa.

Gerbang pendopo yang tinggi besar, terbuka dari dalam. Beberapa centeng dan abdi dalem yang bekerja pada Juragan Seno berlari tergesa mendekati Sakti dan Laras. Menyusul di belakang mereka Nyai Daimah dan sang adipati.

"Laras..!! Kau kenapa Nduk..???!" Nyai Daimah tampak begitu khawatir saat mendapati putrinya tak dapat berdiri sempurna akibat luka di kaki. Wanita itu menghampiri putri satu-satunya dan mulai melihat secara seksama apakah ada luka lain pada tubuh Laras.

"Nggak apa-apa Bu, Aku cuma jatuh tadi saat bermain di hutan." Ujar Laras, dia melirik ke arah Sakti yang nampak tersenyum setelah mendengar alasannya pada Nyai Daimah. 

"Jatuh? Jatuh gimana?" Kali ini mata Nyai Daimah menatap sosok Sakti yang baru pertama kali ini dilihatnya.

"Heh Sakti! Kau apakan puteriku!" Hardik Juragan Seno penuh amarah. Adipati itu masih ingat betul bagaimana dengan sombongnya Sakti meninggalkan arena tarung jagad.

"Pak, Bu, Sakti yang menolongku. Kalau nggak ada dia, mungkin sampai sekarang Aku masih ada di hutan." Laras mencoba menjelaskan keberadaan Sakti saat ini. Sakti sendiri masih bersikap tenang meskipun Juragan Seno sudah menuduhnya macama-macam terhadap Laras.

"Bu, bawa dia masuk ke dalam!" Tanpa menghiraukan Laras, Juragan Seno langsung memerintahkan istrinya untuk membawa puteri semata wayang mereka masuk ke dalam pendopo.

"Pak, dengarkan dulu penjelasanku." Laras memohon.

"Masuk kataku!" Hardik Juragan Seno, Nyai Daimah dan beberapa abdi dalem langsung memapah tubuh Laras masuk ke dalam pendopo, meninggalkan Sakti dan Juragan Seno yang dikelilingi para centeng-centengnya. Laras masih menatap khawatir pada pendekar yang sudah menolongnya itu, tapi Laras tak bisa berbuat banyak.

"Dasar bajingan tengik! Berani-beraninya Kau sentuh puteriku! Asal Kau tau, kastamu itu rendah, tidak pantas menyentuh Laras yang akan jadi istri Pangeran Ontowijoyo!"

"Dengan segala hormat Juragan Seno, jika saya tidak menyentuh puteri anda, mana mungkin Saya bisa membawanya dari hutan sampai ke sini?"

"Kurang ajar ! Masih berani Kau menjawab? Mau cari mati Kau di sini?!" Hardik Juragan Seno penuh amarah, Sakti masih cukup tenang meskipun di hadapannya sudah berdiri beberapa centeng yang siap untuk menghunus pedang.

"Saya datang kesini bukan atas kemauan Saya sendiri. Tapi karena menolong Laras, kalau niat baik Saya membuat Juragan Seno tersinggung dan ingin menyelesaikan dengan cara lain, Saya siap menghadapinya." 

"Bajingan! Pergi Kau dari sini! Jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di hadapanku lagi!" 

Diusir secara kasar bahkan tanpa menerima ucapan terima kasih sedikitpun karena menolong serta mengantar pulang Laras tak membuat Sakti sakit hati atau marah, pendekar itu hanya tersenyum simpul kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan halaman pendopo milik Juragan Seno.

SANG PENDEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang