PART 7

2.6K 8 0
                                    

Sementara itu di penginapan yang disinggahi oleh rombongan pasukan Kerajaan Jenggolo suasana tak kalah sepi. Semua pasukan kerajaan yang mengiringi Pangeran Ontowijoyo dalam perjalanan menuju Desa Sumber telah terlelap karena kelelahan. Namun di dalam kamar, sang Pangeran masih terjaga. Saat ini adalah saat yang paling tepat untuk melarikan diri untuk selanjutnya mencari keberadaan padepokan Mpu Birawa di sekitar hutan Desa Sumber. Setelah memasukkan beberapa perbekalan, Pangeran Ontowijoyo bersiap untuk keluar dari penginapan melalui jendela. 

Namun, belum sampai sang Pangeran melakukan aksi pelarian, tiba-tiba pintu kamarnya terdobrak dari luar. Dua orang dengan penutup wajah dan pedang terhunus langsung merangsek ke depan menyerang dirinya. Berbekal kemampuan beladiri alakadarnya, Pangeran Ontowijoyo berusaha menghindari sabetan demi sabetan pedang yang mengarah ke tubuhnya. Ada yang terhindar, ada pula yang sukses melukai tangan serta bagian tubuh lain. 

Mendapat perlawanan sengit, dua orang misterius tersebut makin membabi buta menyerang Pangeran Ontowijoyo. Sang pewaris tahta Kerajaan Jenggolo tersebut sudah tersudut di pojok ruangan. Salah satu orang yang melakukan penyerangan bersiap menyabetkan pedang ke arah leher sang Pangeran, namun saat melihat celah kecil untuk berbalik menyerang, Pangeran Ontowijoyo melepaskan tendangan yang tak bisa dihindari si penyerang.

Pedang di tangan penyerang terjatuh, sementara satu penyerang lagi berusaha menyabetkan kembali senjatanya. Pangeran Ontowijoyo berkelit, berhasil menghindar sebelum menghujamkan satu pukulan keras ke arah dagu pria bertopeng tersebut hingga jatuh tersungkur. Ketika dua penyerang masih merasakan sakit di atas lantai, sang Pangeran bergegas melompat ke arah jendela.

BRAAAAKKKK!!!!

Tanpa berpikir panjang sang Pangeran langsung berlari menjauhi penginapan menuju arah hutan. Keributan di dalam kamar Pangeran Ontowijoyo membuat beberapa orang prajurit kerajaan Jenggolo berduyun-duyun mendatangi sumber keributan. Mereka tersentak kaget dan langsung siap untuk menyerang ketika melihat dua orang asing menggunakan penutup wajah sudah ada di dalam kamar.

"Tunggu!" Teriak salah satu dari pria bertopeng, mencegah pasukan kerajaan menghunus pedang mereka. Dia lalu membuka penutup wajahnya, maka terlihatlah sosok Mahapatih Sadewo. Para prajurit terhenyak sesaat, tak mengira jika pria bertopeng tersebut adalah komandan perang mereka.

"Cepat kejar Pangeran Ontowijoyo! Cepat!!" Teriak Mahapatih Sadewo sambil menunjuk arah hutan dari jendela kamar yang telah hancur. Para prajurit itu saling pandang, masih tak mengerti perintah Mahapatih.

"Goblok! Kenapa diam saja?! Ayo cepat kalian kejar!" Umpatan kasar Mahapatih Sadewo seketika membuat para prajurit itu lari tunggang langgang menuju arah hutan, mengejar sang Pangeran.

***

Laras berjalan mengendap-endap menuju kamarnya, setelah berhasil menyelinap masuk ke pendopo rumahnya dan mengelabui beberapa orang penjaga. Untuk kesekian kalinya gadis belia itu berhasil pergi dari pendopo sejak tadi siang. Tapi tak seperti biasanya, kali ini Laras menyelinap keluar karena ingin menemui Sakti. Kejadian beberapa hari lalu ketika Juragan Seno mengusir pendekar itu dengan kasar membuat Laras tak enak hati. Meskipun sudah mengucapkan terima kasih karena telah menyelematkannya, namun permintaan maaf akibat perilaku kasar sang Ayah wajib dia berikan agar tak terjadi salah paham.

Nyatanya Sakti adalah pemuda yang jenaka dan tak mudah sakit hati. Niat baik Laras justru ditanggapi pendekar itu sebagai candaan belaka. Perangai kasar Juragan Seno sama sekali tak membuatnya sakit hati, Sakti sudah sangat terbiasa akan hal tersebut. Maka kedatangan Laras hari ini dimanfaatkan oleh Sakti untuk mengakrabkan diri, bahkan sampai keduanya berciuman mesra. Laras tersipu sendiri kala bayangan itu kembali terputar di dalam otaknya. Ketika hendak membuka pintu kamarnya, tiba-tiba Laras dihentikan oleh suara seorang pria yang sangat dia kenali.

SANG PENDEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang