PART 8

2.3K 14 0
                                    

Sakti berjalan mengendap-endap di belakang pendopo milik Juragan Seno untuk menghindari para centeng yang menjaga bangunan paling besar di Desa Sumber tersebut. Sakti nekat untuk kembali datang ke tempat ini untuk menemui Laras. Entah kenapa perasaannya menjadi aneh setelah pertemuannya dengan gadis cantik itu siang tadi. Perasaan aneh itu memaksanya untuk segera bertemu mukan dengan putri Juragan Seno tersebut, apapun resikonya.

Setelah berhasil melompati pagar tinggi di belakang bangunan pendopo, Sakti mengendap-endap menuju jendela kamar tidur Laras, dia bisa mengetahui dengan tepat karena tadi siang Laras menceritakan tentang detail rumahnya, bukan cerita serius bagi Laras, tapi itu merupakan informasi penting dan sangat berguna bagi Sakti saat ini.

TOK..

TOK..

TOK..

Sakti mengetuk pelan jendela kamar Laras dari luar, pandangannya masih awas mengamati keadaan sekitar. Meskipun sayup terdengar gelak tawa para penjaga di gerbang terdengar, tapi terkadang beberapa centeng masih berjalan mengelilingi pendopo untuk mengecek keadaan sekitar, hal ini yang membuat Sakti masih waspada.

"Laras..." Sakti mencoba memanggil nama puteri tunggal Juragan Seno. Tak menunggu lama jendela terbuka dari dalam, sosok Laras muncul.

"Sakti..?? Apa yang Kau lakukan malam-malam begini?" Kata Laras sedikit kaget setelah melihat Sakti sudah berada di depan jendela kamarnya.

"Aku ingin menemuimu, entahlah apa yang sedang Aku rasakan saat ini, tapi Aku tidak bisa menahan keinginan untuk bisa melihatmu. " Ucap Sakti lirih, tanpa diketahui Laras kalimat itu sudah dihapalkan Sakti sedari tadi saat membulatkan tekad untuk menyusup ke dalam pendopo Juragan Seno, sejak terakhir kali mereka bertemu dan berciuman untuk pertama kalinya.

"Tapi ini sudah malam Sakti, kita akan kena masalah besar kalau sampai para centeng tau keberadaanmu di sini." Ucap Laras dengan menunjukkan mimik muka khawatir.

"Aku tidak peduli Laras, apapun akan Aku tempuh termasuk maut sekalipun asalkan Aku bisa bertemu denganmu." Laras terhenyak, jantungnya seperti berhenti berdetak saat mendengar untaian kata indah keluar dari mulut pria yang dia cintai, Sakti.

"Ayo kita pergi dari sini Laras sebelum para centeng itu memergoki kita" Bujuk Sakti.

"Kemana?"

"Entahlah, yang penting Aku bisa menghabiskan malam ini bersamamu."

Mendengar itu Laras sedikit ragu, masih terngiang di telinganya tentang ancaman Ayahnya jika dia masih berhubungan dengan Sakti. Tapi hatinya tidak bisa berbohong jika rindu sudah memuncak untuk bisa bertemu dengan Sakti. Laras bimbang.

"Bagaimana Laras? Apa Kau mau ikut denganku malam ini?" Tanya Sakti dengan mimik muka serius, berharap agar pujaan hatinya itu menuruti kemauannya.

"Baiklah, tapi kita tidak memiliki waktu lama, para dayang biasanya membangunkanku sebelum matahari terbit."

Sakti tersenyum lega, akhirnya sang pujaan hati mau menerima ajakannya. Laras berusaha keluar melalui jendela kamarnya, Sakti membantunya dari luar. Tak butuh waktu lama Laras sudah berada di luar kamar, kini tugas Sakti untuk membawa gadis cantik itu keluar pendopo tanpa diketahui oleh para centeng yang berjaga.

"Pegang tanganku, kita akan segera pergi dari sini." Kata Sakti sambil mengulurkan tangannya pada Laras.

***

Saat Laras dibawa lari oleh Sakti dari  pendopo, di kamar lain yang ditempati oleh Juragan Seno dan nyai Daimah terdengar lenguhan lirih saling sahut menyahut.

"Aaaahhh...Aaahhh...Iiyaahh Paakkk...Aaaaahh...Mentokin!! Tekan yang keraaasss...!!! Aargghttt!!!"

Dalam posisi menungging membelakangi tubuh juragan Seno, Nyai Daimah melenguh menikmati penetrasi penis suaminya yang sedari tadi menggenjot tubuhnya dari belakang. Juragan Seno semakin mempercepat gerakan pinggulnya, sesekali dia sentakkan dengan keras, membuat Nyai Daimah berteriak. Tubuh pria kecil itu sudah basah akibat peluh yang keluar dari tubuhnya, persenggamaannya dengan sang istri tampaknya cukup menguras tenaga tuan tanah itu.

SANG PENDEKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang