Malam sudah semakin larut, sepi dan hanya ada suara angin yang terdengar berhembus pelan. Laras dan Sakti sudah berada di sebuah gubuk tua bekas tempat para petani Desa Sumber mengeringkan gabah. Keduanya hanya saling pandang tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Dua anak manusia tersebut dilanda debar yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Laras..." Ucap Sakti memecah kesunyian.
"Iya..." Jawab Laras malu-malu, pipinya bersemu merah.
"Aku...Aku...Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Jantung Sakti seperti berhenti berdegup, bibirnya kelu hingga membuatnya sampai tergagap.
"Kau kenapa Sakti?" Tanya Laras.
" Tidak apa-apa Laras, Aku hanya sulit mengungkapkan perasaanku padamu."
"Ungkapkan Sakti, Aku akan mendengarkan tiap kata yang keluar dari mulutmu." Sakti menghela nafas panjang, mengumpulkan keberanian dalam dirinya untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Laras.
"Laras, Aku mencintaimu. Aku mungkin tidak bisa hidup tanpamu." Dada Sakti seolah akan meledak, ini pertama kalinya dia mengungkapkan cinta pada seorang perempuan. Laras tersenyum, dipandanginya wajah Sakti, gadis cantik itu kemudian meraih tangan Sakti, mengegenggamnya dengan lembut.
"Aku juga mencintaimu Sakti." Jawab Laras lembut. Perlahan Sakti mendekatkan tubuhnya pada tubuh Laras, mendaratkan ciuman lembut pada kening Laras, kemudian memeluknya.
"Terima kasih Laras, Kau sudah mau membalas cintaku." Bisik Sakti lembut. Laras tersenyum, hatinya juga berbunga-bunga malam ini. Gadis cantik itu semakin merekatkan pelukannya pada tubuh Sakti, seolah tak mau pria yang dicintainya itu pergi jauh.
"Laras.." Bisik Sakti.
"Iya..."
"Kau belum mandi ya? Aku mencium bau busuk di sekitar sini."
"Aiiihhhh!!! Kurang ajar! Enak aja!" Seketika Laras melepas pelukannya kemudian menjitak kepala Sakti.
PLETAAKK!!
"Auuuwwwww!!" Jerit Sakti sambil mengusap-usap kepalanya.
"Sakit tauu!!"
"Rasain! Salah sendiri nggak pake mikir kalo ngomong!" Laras bersungut-sungut, momen romantis itu seketika hancur akibat kejahilan Sakti.
"Meskipun Kau bau, Aku tetap mencintaimu kok. Hehehehe.." Kata Sakti kembali sambil terkekeh ringan.
"Tau ah! Nyebelin banget!" Jawab Laras sambil memalingkan mukanya dari pandangan Sakti.
"Maaf, Aku tadi cuma bercanda." Sakti kembali memeluk Laras dari belakang, sang pujaan hatinya itu hanya terdiam seolah masih memendam rasa jengkel.
"Maafin Aku ya..." Perlahan bibir Sakti mengecup leher jenjang Laras, lembut, membuat Laras sedikit kegelian, tapi tetap dibiarkannya bibir Sakti menjelajahi tiap jengkal lehernya. Gadis cantik itu bersiap untuk melakukan kegilaan lain bersama Sakti malam ini.
***
"Aaaaacchhh! Kau nakal Sakti! Auuuwwww..." Lenguh Laras saat Sakti dengan sengaja menggigit ujung telinganya.
"Heheheheh...Geli atau bikin pengen?" Goda Sakti yang wajahnya sudah berada di samping pipi Laras.
"Uuucchhhh..! Tau ah..!" Rajuk Laras manja sambil memalingkan mukanya. Sakti menyukai betul saat melihat raut wajah Laras seperti itu, menggemaskan, begitu pikirnya. Segera dia memeluk tubuh Laras dari belakang, kali ini lebih erat dari sebelumnya.
"Aku mencintaimu..." Bisik Sakti lirih.
"Aku juga mencintaimu..." Balas Laras sambil meremas lengan Sakti yang melingkari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PENDEKAR
FantasyWARNING! CERITA KHUSUS DEWASA! 21+! BANYAK TERDAPAT KATA, KALIMAT, PENGGAMBARAN SITUASI YANG VULGAR DAN TIDAK LAYAK UNTUK ANAK-ANAK DI BAWAH UMUR! Cerita "SANG PENDEKAR" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION UNCENSORED dan bisa kalian dapatka...