Setelah hampir dua tahun aku bekerja di kediaman pak Hariadi ,aku harus mendengar kabar yang menyedihkan.
Mbok Narsih , orang yang sudah aku anggap ibu sendiri akan pulang ke kampung dan memutuskan untuk berhenti bekerja .
Karena beliau merasa sudah sepuh dan akan menghabiskan masa tua di kampung halaman , selain itu juga karena anak kandung nya sudah tidak mengizinkan nya untuk bekerja.
Anak anak mbok Narsih sekarang sudah berhasil , dan ekonomi nya berkecukupan maka sudah saatnya mereka membalas Budi orang tua ,dengan mengurus mbok Narsih di masa tua.
Mereka meminta Mbok Narsih untuk hidup bersama anak dan cucunya di kampung.***
Semalaman aku tidak berhenti menangis, mbok Narsih tak henti hentinya membujuk dan menasehati ku .
Aku merasa takut dan risau bisakah aku bekerja di sini sendiri tanpa didampingi beliau.
Tetapi mbok Narsih meyakinkanku.untuk tidak risau ,toh aku sudah bisa mengerjakan pekerjaan dengan baik .
Aku juga sudah bisa memasak segala macam menu masakan jadi tidak ada yang perlu aku risaukan, begitu katanya .Dan hari perpisahan pun tiba .
Aku membantu membawa barang barang mbok Narsih yang sudah di kemas rapi ke dalam mobil Pajero milik Bu Rumi ,
Pak Marno di suruh ndoroku untuk mengantar sampai ke kampung mbok Narsih , kasihan kalau harus pulang sendirian.Lumayan banyak barang yang akan dibawa .
Selain baju dan oleh oleh , ndoro ku juga memberikan banyak barang lain ke mbok Narsih sebagai kenang kenangan dan tanda terima kasih beliau untuk mbok Narsih,
Yang hampir separuh hidupnya digunakan mbok Narsih untuk bekerja dan mengabdi di keluarga ini
Selain itu pak Hariadi juga memberikan pesangon yang cukup besar untuknya .Setelah semua beres, mbok Narsih berpamitan ke Pak Hariadi dan Bu Rumi
Kulihat mata mereka berkaca kaca , malah Bu Rumi sempat meneteskan air mata .Terakhir aku dipeluknya sangat erat sembari memberi ku nasehat agar aku selalu bekerja yang rajin jujur dan memberikan yang terbaik untuk ndoroku
Aku hanya bisa mengangguk angguk saja , tenggorokan ku rasanya kering untuk menelan saja sangat susah ,lidahku kelu, tak terasa Air mataku jatuh di bahu mbok Narsih.
Aku terisak menahan tangis .Dan akhirnya mobil mulai bergerak menjauh aku bergegas menuju gerbang untuk menutupnya Sambil melihat mobil yang pelan pelan bergerak sampai tak terlihat lagi .
"Terimakasih mbok Narsih yang sudah membimbingku selama kebersamaan kami di Sini , semua nasehat mu akan ku ingat selalu " bisikku lirih .
Aku kemudian kembali ke dalam rumah aku sempat melihat Bu Rumi dan pak Hariadi yang duduk di kursi di teras .
Aku tersenyum dan menunduk tanda permisi dan di balas dengan senyuman oleh mereka.***
Beberapa hari aku merasakan kesedihanku tidak berkurang ,aku merasa ada yang kosong entah apa , sepi rasanya hidup tanpa ada mbok Narsih di samping kuTetapi hidup harus terus berjalan , biarlah mbok Narsih menjalani hidup barunya di desa bersama anak cucunya dengan bahagia.
* * *
Kehidupanpun terus berjalan hari berganti hari dan tidak terasa sudah empat bulan mbok Narsih pulang ke kampung nya . Sedikit sedikit aku sudah mulai terbiasa .
Sebenarnya sudah ada asisten pengganti dua orang, tetapi yang seorang tidak betah dan seorang lagi di berhentikan oleh Bu Rumi .
Aku tidak begitu tau alasan nya mungkin karena orangnya terlalu banyak omong dan terlalu kepo jadi ndoro tidak terlalu suka .Dan akhirnya sebagai gantinya ndoroku memutuskan untuk mencari orang kampung sini saja untuk bekerja sebagai asisten berumah tangga.
Kebetulan ada tetangganya pak Radi.sedang membutuhkan pekerjaan karena suaminya berhenti bekerja di pabrik karena kontraknya habis .
Bu Nani namanya kerjanya hanya pagi sampai siang hari
Tugasnya mencuci dan menyetrika baju mengepel lantai dan menyapu halaman .
Sedangkan tugas ku mengganti tugas mbok Narsih dahulu yaitu memasak dan mengurus keperluan ndoro kakung .
KAMU SEDANG MEMBACA
kISAH WINA JANDA Dari DESA
Non-Fictionkisah Wina seorang janda lugu dari desa yang menjadi saksi perselingkuhan majikan nya. *Harap bijak dalam membaca banyak adegan dewasa . Bocil dilarang membaca !!