#32 end yah

1.7K 92 29
                                    

Raka memarkirkan motor nya sembarang, sekarang sudah jm 3 pagi, karena tau pintu rumah Nata pasti di kunci ia berencana lewat belakang dapur.

Setelah sampai di kamar Nata yang Raka lihat segundukan selimut, dengan pelan Raka membuka selimut yang menutupi wajah ataupun tubuh Nata.

ck, Raka mengira Nata pasti baru saja tertidur setelah nangis berlama-lama, saat Raka ingin Nata memperbaiki tidur Nata, Raka melihat sebuah figura di pelukan Nata.

Raka tersenyum, Nata memeluk figura mereka saat masih duduk di bangku SD, mereka jarang berfoto saat SMA, karena merasa sering bertemu dan tidak ada ayah yang selalu mengabadikan moment, jadi mereka tidak pernah berfikiran berfoto bersama, mungkin akan Raka ajak Nata berfoto studio setelah lulus SMA nanti.

Raka berbaring pelan di samping Nata, mengusap pipi dan rambut Nata yang lepek, entah perasaan apa ini, Raka hanya ingin melindungi gadis di pelukannya, bohong jika ia bilang Mamahnya nomor satu, nyatanya Nata adalah gadis nomor satu di hidupnya.

Raka merasa bersalah karena sempat menjambak rambutnya tadi. Tanpa sadar Raka menitikan air matanya lagi.

Nata yang merasa rambutnya di elus pelan, Mulai menyesuaikan cahaya kamar yang remang-remang.

"Rak?" Raka yang menyadari Nata terbangun, segera mengusap air matanya.

"lo sejak kapan di sini? gue tidur udah lama yah?" tanya Nata. Raka menggeleng pelan dan menarik tubuh Nata mendekat, memeluk gadis itu erat.

"maafin....maaf....maafin gue Nat" lirih Raka.

Nata menggeleng "gue ngerti, gue yang minta maaf udah bohong sm lo-

-sekarang gue sadar, gue mutusin buat ikut lo kuliah di mana aja, gue gak bakal lakuin sesuatu tanpa izin dari lo"

Entah kenapa kata-kata Nata sangat menyedihkan ditelingannya, bukan ini maksudnya, bukan seperti ini yang ia inginkan, Nata seperti terjebak dalam keegoisan dirinya selama ini.

Tapi, perkataan Nata yang mengatakan akan mengikutinya kuliah di mana saja, membuatnya lega, ia jadi enggan mengiyakan keinginan Nata kuliah di Bali.

Sebenarnya ia sempat ragu, haruskah ia memperbolehkan Nata kuliah yang jauh, atau tetap pada egonya?

Namun, ada baiknya untuk dia kan? Nata hanya menjadi miliknya.
.
.
.
.

"anjing, lo beneran gk jdi ambil UNUD? gila apa yah"

"Ya mau gimana lagi Ren, Raka gk ngasih izin, dia ada benernya juga, dari kecil bareng, terus tiba2 jauh jauhan, gue gak bisa bayangin deh"

"sampe kapan?"

"maksudnya?"

"sampe kapan lo bakal selalu mundur sama masa depan lo sendiri? sampe kapan lo kalah sama ego lo? buat apa lo bareng terus sama Raka sih Nat, kalo dia cuma bisa nyakitin? pikirin"

"gue udah mikirin, gue setuju sm Raka, thats  it"

Nata lantas mengakhiri panggilannya bersama Rena, karena ia tau, kalau lanjut bahas hal ini sama Rena, bakal bikin dia nyesel dan ragu sama keputusannya.

Setelah berdiam cukup lama, memandangi plafon kamarnya, dengan kepala yang berisik, Nata hanya bisa meneteskan air mata.

*cklek

"Kak..." Jaya menghampiri Nata dan duduk si samping gadis itu, ia tau apa yang kakaknya rasakan.


*flashback

"Kak, bunda seneng kamu lolos SNBP, tapi bunda gak seneng kakak jauh sama Raka"

"emang kenapa sih bun, keputusannya dia kok" saut Raka menimpali. Jaya sangat setuju dengan ide kakaknya yang ingin berkuliah di luar pulau, dan mencoba lembaran hidup dan pengalaman baru.

Bestfriend? | Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang