#31 Raka's Pov

1.7K 143 13
                                    

Raka tidak pulang, Raka hanya diam.

Sendiri, di danau sambil berjongkok mematik 1 batang tembakau, ini ke tiga kalinya sebenarnya.

Biasanya ia lakukan kalau sudah sangat lelah dan tak tau harus bagaimana cara melampiaskannya.

Pertama, ia mencoba pertama kali saat beberapa anak kuliah melihatnya terduduk sendiri di warung, mereka mengajarinya, sejak saat itu ia tidak pernah menyentuh lagi. Namun minuman paling enak memang ludah sendiri.

Kedua, saat pertama kali ia melihat Nata, tidak seperti biasanya, cantik, sangat cantik. Namun saat itu dia khawatir, Natanya versi ini banyak di sukai, mulai menjadi model, mulai sibuk, ia rindu dengan Nata yang dulu tidak mau ribet.

Terakhir, dan ia harap ini terakhir juga ia mematik tembakau ini, namun entah kenapa yang sekarang rasanya lebih nikmat, daripada terakhir kali.

Udara dingin membuat Raka tidak sadar, ini sudah batang ke 4 nya. 

Ia bingung dan lelah, ia juga merasa tak tau mengapa ia melakukan hal tersebut hari ini, ia melukai sahabatnya, lagi.

Raka tidak tahu kapan tepatnya, ia merasa Nata harus selalu bersamanya, kapan pun, di mana pun. Nata harus ada dalam pengawasannya. Bukan egois, ia hanya tidak bisa tanpa Nata.

Ia tidak tahu perasaan ini, namun memikirkan mereka akan berpisah untuk beberapa tahun membuat air matanya turun.

Ia tidak ingin menghentikan Nata, tapi ia terlalu bodoh untuk Nata, kadang ia merasa Nata hanya boleh hidup untuknya, Nata hanya miliknya, dari dulu sampai sekarang.

Raka mengusap air matanya yang terus jatuh, ia merasa bersalah namun engga mengakui, ini demi kebaikan mereka berdua, tidak harusnya mereka berjauhan benar kan? Raka bisa mati jika di bayangkan.

Tidak ada hubungan yang mengikat mereka, hanya teman. Maka dari itu Raka takut kehilangan Nata, tidak kah Nata merasakan hal yang sama?
.
.
.

Raka sampai pada batang ke tujuh nya. Nafasnya sudah mulai engap, karena menangis atau karena Rokok? Jam menunjukan pukul 2 pagi, dan entah sudah berapa lama ia berdiam seperti ini.

"Raka?"

Raka menoleh ke belakang, melihat seseorang yang memanggilnya.

Jevan.

Jevan dengan balutan kaos tipis dan ripped jeans nya, mendekati Raka yang mungkin terlihat sedikit berantakan?

"Gua kira siapa anjir, malem malem, jongkok samping danau, kirain mau tenggelem" Jevan duduk samping Raka tentu saja Raka tidak memperhatikan Jevan, mukanya yang pasti beler karena ingus dan air matanya.

"yakali anjing, lo ngapain di sini, pergi lo sono"

"sensi bgt buset, Rak, udah 3 taun anjir lo masih benci bgt sama gue perasaan"

"iya lah, lu kan banyak topengnya males bgt gue, deket Nata aja baik bgt, kalem bgt lu"

"yah gimana kan gue suka?" pengakuan Jevan itu, membuat Raka memandangnya. Jevan pun kaget.

"nangis lu bro? oh jadi ini lagi galau?"

"bacot anjing, gak usah ikut campur"

Jevan hanya terkekeh, sejujurnya mereka sudah mau lulus, dan Jevan malas mempunyai musuh, setelah ini juga Jevan ingin berniat menjalin pertemanan dengan Raka, atau minimal bisa berbaikan, tidak bagus rasanya kalau masih memiliki dendam.

"gue gatau masalah lu, karna kebetulan ketemu di sini, gue minta maaf aja lah, seandainya lu dendam sama gue

‐walaupun gatau kenapa, yah gue juga gak sebodoh itu gak tau kenapa lu gak suka gue. Emang bener, gue suka sahabat lu-"

"Jangan mimpi!" potong Raka.

"aelah, sahabat jugaan, lu suka jg apa gimana?" tanya Jevan. Raka diam.

Dia suka Nata? tapi tidak mungkin, mereka hanya sahabat, Raka se possesif ini memang pure hanya menjaga Nata kok. Benar kan?

Jevan kembali terkekeh, dan menepuk bahu Raka pelan.

"gini aja Rak, lo pikirin dl deh, hati lo gimana, jangan lama-lama tar SAHABAT lu gue rebut, kebetulan bakal 1 univ kan?"

"dari mana lo tau?"

"tadi Nata nelpon sih, ngucapin selamat. trus gue tanya, lah beneran sama. Bayangin aja Rak, gue sama Nata di Bali berdua gak ada elu-"

Raka meraih kerah baju Jevan, hendak melayangkan pukulannya. Namun segera berhenti.

"kenapa gk jadi?"

"dari kapan lu suka sama Nata?"

"hmm, lama banget, awalnya suka aja sih, gak niatan buat deketin, karna gue pikir dia punya pacar, yaitu elu. Pas akhirnya gue beraniin tanya, katanya kalia emang sahabatan, yaudah gue makin ngasih afeksi ke Nata, klo lu tanya sekarang masih suka atau engga, suka banget Rak, jujur dah"

Entah kenapa kuping Raka panas mendengar segala pengakuan Jevan.

Pada akhirnya Raka hanya mengangguk. Dia sadar ia tidak bisa menyalahkan perasaan Jevan kepada sahabatnya, namun entah kenapa ia tidak rela saja.

"lu emang beneran gak suka Nata sama sekali bro?" tanya Jevan. Raka memandang Jevan sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke danau.

Cukup beberapa saat sampai Raka menjawab pertanyaan Jevan.

"gue...gatau" pada akhirnya. Jevan menghela nafas lega.

"apaan maksud lu, kayak lega bgt?" tanya Raka.

"gue kira lo emang suka, atau parahnya malah cinta, kan gue susah rebutnya, soalnya yah, mau kemana pun gue sama Nata pergi, yang dipikiran Nata cuma elu, jadi gue pikir Nata emang suka sama lo, tapi yah gue gak tanya, kalo beneran, paling yang duduk galau di sini ampe tengah malem gue, bukan elo" kekeh Jevan.

"Nata suka gue?" Batin Raka.

Raka segera merapikan, dan membersihkan celananya. Sebelum Raka hendak berdiri, ia sempatkan untuk menepuk bahu Jevan pelan.

"thanks bro, gue maafin lo, jadi kita baikan aja" lantas Raka meninggalkan Jevan yang masih diam.

"waduh, salah ngomong gue, beneran suka dia" Batin Jevan. Ia segera meninggalkan danau, dan mengambil pesanan bebek penyet, yah tujuannya kemari memang memebeli penyet deket sini, atas rekomendasi Nata, ia jadi sering ke sini tiap malamnya.

_oOo_

1 part lagi tamatin aja apa ya?

Bestfriend? | Markhyuck gsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang