⚠️ Warning Typo
.
.
.Malam ini terasa sangat sunyi bagi Seonghwa, ia menikmati tontonan dengan secangkir coklat hangat. Dengan rasa manis yang tertinggal diujung lidah membuat moodnya sangat bagus. Jika biasanya ada ibu mertua yang menemani, kini Seonghwa hanya seorang diri di ruangan tersebut. Nyonya Kim menghadiri acara pernikahan dari anak sahabatnya, beliau akan menginap sekitar 2 hari di sana. Acaranya berlangsung di pulau Y yang terkenal akan kemegahan bangunan-bangunannya. Maklum, sahabat mommynya itu punya usaha tambang terbesar dikota ini.
Saat sedang makan malam berduaan bersama Hongjoong, tiba-tiba ponsel suaminya itu berdering. Seonghwa tidak terlalu paham apa masalahnya, namun melihat ekspresi sang suami sepertinya terjadi sesuatu pada perusahaan ayah mertua. Setelah mematikan ponselnya Hongjoong langsung berpamitan pada Seonghwa, ia mengatakan akan pulang larut malam, atau mungkin besok pagi. Seonghwa hanya pasrah ditinggal makan sendirian.
Suara jangkrik yang saling bersautan menemani Seonghwa, walau jarum jam sudah menunjukkan angka 11 malam ia tetap duduk di sana. Angin malam berhembus melewati ventilasi jendela membuat Seonghwa sedikit kedinginan, ia membungkus dirinya dengan selimut tebal. Perkiraan cuaca mengatakan akan terjadi badai, namun belum pasti kapan waktu terjadinya, Seonghwa berdoa semoga suaminya tidak terjebak badai.
Dari luar terdengar derit pagar yang bergesekan, Seonghwa langsung bangun, ia merasa sedikit ketakutan, sekarang dirumah hanya ada dirinya, sedangkan rumah disampingnya kosong karena ditinggal liburan. Walaupun mereka tinggal di pekarangan komplek yang terjamin keamanannya tetap saja tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Akibat berdiri secara tiba-tiba, perutnya sedikit keram. "Shh...Akh!" Ia mengusap perutnya berharap dapat mengurangi rasa keram. Dengan perlahan Seonghwa berjalan kearah pintu utama dan menguncinya. Kemudian mengintip melalui jendela, tidak lupa ditangannya ada ponsel yang ia biarkan menyala dengan nomor Hongjoong dilayar ponselnya, jaga-jaga jika itu penjahat ia bisa langsung menghubungi sang suami.
Namun yang terlihat oleh Seonghwa adalah suaminya, Hongjoong menutup kembali pagar tersebut, dan berjalan kearah pintu, yakin bahwa yang ia lihat adalah Hongjoong, Seonghwa langsung membukakan pintu. Seonghwa menatap Hongjoong dengan tatapan bingung, bukankah Hongjoong pergi menggunakan mobil Bugatti hitam kesayangannya? Kemana mobil tersebut? Dan dengan apa suaminya pulang?
Banyak pertanyaan berputar-putar dalam kepala Seonghwa, namun yang ia lakukan hanya menatap Hongjoong. Hongjoong yang menyadari kebingungan dari Seonghwa terkekeh lucu melihat ekspresi tersebut. Tanpa banyak bicara Hongjoong menuntun Seonghwa kembali ke dalam.
"Mas, apa yang terjadi?" Tanya Seonghwa, ia sudah tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.
Hongjong membaringkan kepalanya ke pangkuan Seonghwa, ini sangat nyaman, ia bisa memeluk istri sekaligus anaknya jika begini. Bukannya menjawab pertanyaan Seonghwa, ia malah memejamkan mata. Seonghwa yang tidak memiliki kesabaran lagi langsung menjitak kepala Hongjoong, tenang jitakan Seonghwa adalah jikatan cinta jadi dijamin tidak akan benjol. Hanya memerah saja.
"Awh! Dek?"
"Mas sih, siapa suruh gak jawab."
"Hah. Panjang ceritanya, singkatnya mobil mas mogok. Mas pulang sama pak Lim"
"Terus, mobilnya gimana?"
"Tenang. Udah mas serahin ke pak Lim. Beliau yang akan mengurusnya."
Seonghwa mengangguk mengerti, pasti sangat lelah bagi Hongjoong. Ia teringat dengan masalah perusahaan tadi, ia bertanya dan Hongjoong menjelaskan bahwa terjadi korupsi dari ketua tim kontruksi, seharusnya hotel yang akan dibangun memakai bahan material yang terbaik, namun karena ada oknum yang serakah dan licik ia mengganti bahan-bahannya. Baru diketahui saat tim keuangan mengecek ada yang tidak beres dengan pengeluaran dana perusahaan. Sehingga Hongjoong harus menyelidiki hal tersebut, dan terungkaplah keserakahan oknum tersebut. Kerugian yang dialami oleh perusahaan senilai 750 juta, Hongjoong dibuat marah dengan kejadian ini. Ketua tim diminta untuk menganti rugi dua kali lipat dan dipecat dari pekerjaannya.
Setelah kejadian itu berlangsung Hongjoong memerintahkan para pekerja kembali merombak ulang bangunan setengah jadi tersebut. Ia terpaksa harus mengeluarkan sejumlah uang lagi untuk mendanai pembangunan ulang hotel.
Hari sial memang tidak ada dalam kalender. Dalam perjalanan pulangnya ia menikmati semilir angin sambil bersenandung, walaupun suasana hatinya tidak dapat dikatakan baik, namun dalam perjalanan pulang ia memikirkan istrinya, apakah dia sudah tertidur? Atau apakah dia sedang menunggu dirinya? Memikirkan Seonghwa membuat hatinya menghangat.
Namun, tiba-tiba saja mobilnya berhenti berjalan dan mati. "Sialan!" Maki Hongjoong. Ia benar-benar kesal sekarang. Ia menendang mobil tersebut beberapa kali.
Tak.
Tak.
"Mobil sialan, apakah ini saatnya untuk mogok? Aakhh!! benar-benar hari yang sial." Hongjoong merogoh sakunya dan menelpon seseorang, begitu selesai ia langsung mematikannya. Tak lama sebuah mobil berhenti disampingnya, sang sopir turun dan membukakan pintu untuk Hongjoong.
"Pak, itu mobilnya tolong nanti diurus ya."
"Baik tuan."
Hongjoong menghela nafas, dalam satu waktu banyak kejadian yang menimpanya hari ini. Setelah merilekskan tubuhnya, perlahan ia merasa mengantuk namun Hongjoong menahannya. Ia ingin tidur nanti saat sampai dirumah, memeluk kelinci berisi miliknya. Ops! Jangan sampai Seonghwa mendengar hal tersebut.
Tbc.
Singkat banget ya??
Sorry ya ges.Tebak-tebakan yukss!
Kira-kira siapa yaa baby twins nya?? Ada yg tau??
.
.
.Drama kecil:
Mingi : "coba bilang ayah, a-y-a-h."
San : "yayah?"
Mingi : "Bukan yayah, tapi a-y-a-h."
San : *memiringkan kepala "yayah?"
Mingi :"Ck! Bukan yayah! Tapi AYAH" *suara mingi naik 1 oktaf
San : *🥺 "yyay-yah....HUWEEE NDAA...NDAA"
Yunho : "SONG MINGI" *😡
Mingi : "Ampun yun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME-Honghwa & Minyun
FanfictionHongjoong kira pernikahannya hanya akan bertahan beberapa bulan saja, mengingat ia dan Seonghwa saat itu menikah karena perjodohan kedua orang tua mereka, namun siapa sangka seiring berjalannya waktu tumbuh benih-benih cinta diantara keduanya. Sehi...