Chapter 22

343 29 7
                                    

Jisoo menatap resah layar ponsel nya,sudah sejak tadi siang Jennie sangat susah ia hubungi,pesan dan panggilan telpon nya tidak satupun yang terbalas kan,tidak biasanya Jennie seperti saat ini, menghiraukan dirinya. Biasanya sesibuk apapun Jennie,wanita itu selalu menyempatkan untuk menghubungi nya bisa di bilang satu jam sekali Jennie selalu menelpon nya yang hanya meski sebatas menanyakan keadaan bayi dalam kandungan nya. Kekhawatiran dan kecemasan pun saat ini tengah di rasakan Jisoo.

"Kenapa mommy mu belum memberi kabar baby?". Jisoo bermonolog mempertanyakan kecemasan nya pada bayi dalam kandungan nya seraya mengelus perut nya.

Pesan-pesan yang Jisoo kirim kan pada sahabat-sahabat nya untuk menanyakan keberadaan Jennie pun memberikan hasil yang sama,mereka tidak mengetahui keberadaan Jennie. Jisoo menghembuskan nafas berat,kini ia berniat untuk menghubungi perusahaan Jennie,lebih tepat nya pada sekretaris Jennie-Kim Go Eun.

Setelah mencari kontak nomor Go Eun,Jisoo dengan segera menghubungi nya yang seketika langsung terhubung.

"Yeobseo, anyeonghaseo sekretaris Kim". Sapa Jisoo kala sambungan telponnya sudah terhubung.

"Anyeonghaseo nyonya Kim". Go Eun menyapa dengan hormat.

"Saya ingin menanyakan,apakah Jennie masih berada di kantor?". Tanya Jisoo cemas.

Di sebrang sana Go Eun menyeringit dahi. "Tidak nyonya,Kim sajangnim sejak tadi siang sudah meninggalkan kantor dan belum  kembali lagi".

Kecemasan dan kekhawatiran Jisoo semakin membesar mengetahui info dari Go Eun bahwa Jennie sudah meninggal perusahaan nya sejak tadi siang,namun ia tidak mengetahui akan hal itu.

"Kalau begitu,apakah Jennie meninggalkan pesan,atau kau tau dia pergi ke mana?".

"Kim sajangnim tidak memberi tahu kepergian nya nyonya".

Jisoo mengembuskan napas berat,raut wajah nya terlihat begitu jelas memperlihatkan kekhawatiran nya memikirkan ke mana Jennie pergi.

"Baiklah,terima kasih sekretaris Kim".

"Ne nyonya".

Jisoo memutus panggilan nya,ia mengelus perut nya merasakan kekhawatiran nya pada Jennie,sangat tidak biasanya wanita itu pergi tanpa memberikan kabar dan sampai saat ini ia tidak mengetahui keberadaan Jennie.

Hae Sok menatap heran kearah  Jisoo yang duduk di sofa sejak tadi tampak menampilkan raut wajah cemas.

"Ada apa Jisoo-ya?apa terjadi sesuatu?". Hae Sok bertanya cemas seraya menghampiri Jisoo.

Mendengar hal itu,Jisoo menoleh menatap canggung wanita yang sudah sejak tadi bersama nya. "Tidak ada eomma,hanya Jennie sampai saat ini belum memberi kabar".

"Kau sudah menghubungi kantor nya?".

"Sudah eomma, sekretaris nya bilang Jennie sudah meninggalkan kantor sejak tadi siang". Jawab Jisoo dengan cemas.

Hae sok dapat melihat kekhawatiran dari raut wajah Jisoo,baru kali ini ia melihat gadis yang sudah bersetatus istri dari putrinya itu menghawatirkan Jennie.

"Mungkin Jennie tengah melakukan pekerjaan penting". Ujar Hae Sok.

Jisoo menghelas napas berat,ia berharap apa yang di katakan Hae Sok adalah benar,Jennie saat ini tengah sibuk dengan pekerjaan nya hingga melupakan ponselnya. Sebisa mungkin Jisoo berpikir positif untuk meredakan kegelisahan nya.

"Sebaiknya kau tenang dulu,aku akan membuatkan bubur untuk mu dan untuk  calon cucu ku". Ujar Hae Sok.

Seutas senyuman terukir di wajah Jisoo mendengar hal itu,hatinya terasa hangat melihat sikap Hae Sok yang kini mulai membuka hatinya untuk menerima nya dan calon bayi nya,meski belum sepenuhnya,sikap Hae Sok masih terlihat dingin namun Jisoo menyakini bahwa Hae Sok mulai menyayangi dirinya.

365 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang