Berminggu-minggu sudah berlalu, dan Han masih menghadapi para member. Iya, mereka tidak juga pergi. Memang tidak tinggal bersamanya lagi, tapi kehadiran mereka tetap terasa mengganggu dan menyebalkan.
Ia sudah mengusir mereka, tapi mereka tetap datang seraya meminta maaf. Apakah ia memafkan mereka? Tidak. Entah ia akan memaafkan mereka atau tidak, ia tidak tahu, karena jujur saja ia masih merasa tidak terima.
Jujur, ia merindukan kehidupannya yang dulu, kehidupan di mana ia masih menjadi seorang Idol. Meski dunia hiburan itu tidak selalu menyenangkan, tapi dari sana lah namanya melambung dan juga ia bisa mendapatkan uang.
Ia juga merindukan mereka, tapi mereka yang dulu. Para member kini sudah berubah, baik fisik maupun pemikiran. Tapi jujur saja ia lebih menyukai mereka yang sekarang, kini mereka benar-benar terlihat seperti pria dewasa.
Tapi meski mereka sudah seperti itu, entah mengapa sikap mereka terkadang menjadi sangat kekanakkan jika tengah bersamanya. Bukan bermaksud percaya diri, tapi memang itulah yang dirasakan dan kenyataannya.
Saat di luar, mereka selalu bersikap datar dan dingin, itu yang selalu orang-orang katakan dan ia sudah melihatnya sendiri. Tapi saat tengah dan hanya bersamanya, sikap itu entah menghilang kemana.
Mungkin karena itu lah, ia merasa terganggu. Mereka juga selalu datang di waktu-waktu yang tidak tepat, seperti saat ia tengah bekerja atau memiliki kegiatan.
Risih? Mungkin. Apalagi saat mereka sudah mulai berdebat dan bertengkar, jika bisa, Han selalu ingin menghilang, tak ingin mendengar suara-suara berisik mereka.
"Kau benar-benar akan bekerja? Ku sarankan Kau beristirahat, Han, wajahmu sangat pucat. Biar ku antar pula-."
"Diam Kau. Telingaku panas mendengar ocehanmu."
Mendapat respon seperti itu, Wooshik hanya bisa menghela nafas. Han tetaplah Han, si keras kepala yang akan membuat orang sakit kepala karena kekeras kepalaannya.
Meski usianya lebih muda dari Han, tapi ia merasa jika ia lebih dewasa. Bahkan, banyak yang selalu mengira jika ia yang lebih tua, mungkin karena tingginya? Bisa jadi, karena tinggi Han bahkan tidak sampai telinganya.
Baru dua tahun mengenal, ia sudah tahu bagaimana sifat dan segala mood-nya. Han benar-benar keras kepala, bahkan mengalahkan kekeras kepalaan Adiknya yang menjadi orang paling menjengkelkan di rumah.
Seperti kemarin, pemuda itu dengan keras kepalanya menerobos hujan demi membeli Cheesecake setelah pulang dari pemakaman Ayahnya yang berada di Gangdong.
Dan ya, pemuda itu berakhir sakit tapi tetap memaksakan untuk bekerja sekarang. Ia sudah melarang, bahkan menolak permintaan pemuda itu untuk berangkat bersama, tapi pemuda itu tetap nekat pergi bekerja.
Hingga kini, mereka sudah berada di depan toko kue milik Han yang diberi nama 'Gilt Bite'. Ia sampai sekitar sepuluh menit yang lalu, dan ternyata sudah ditunggu oleh Han dengan wajah tertekuknya yang sampai terlebih dahulu.
Jam di pergelangan tangannya baru menunjukkan pukul delapan pagi lebih beberapa belas menit, dan baru mereka berdua yang datang. Biasanya, karyawan yang lain akan datang pukul setengah sembilan pagi tepat.
"Yak! Cepat buka pintunya!."
"Hahh...nee nee."
Han langsung masuk setelah Wooshik membukakan pintunya, berakhir meninggalkan pria itu yang hanya bisa kembali menghela nafas. Lihat, ia juga ikut merasa sakit kepala sekarang.
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗛𝗮𝗽𝗽𝗶𝗻𝗲𝘀𝘀 | Han Ji-Sung Harem
FanfictionSegala jungkir balik kehidupan salah satu member Stray Kids, Han Ji-Sung, setelah kejadian itu terjadi.