malam telah tiba.
tak terasa sudah 9 jam lamanya aku berada disini.
aku bangkit dan beranjak dari pembaringan di kamar ini. melihat sekitar dan meraih ransel yang tergeletak di samping ranjang.
membuka resleting tas bagian depan dan mengambil telpon gengamku.
"setengah delapan yahh..." aku berbicara sendiri sambil mengosok telinga kananku yang terasa sedikit gatal.
memasukan telpon gengamku kedalam saku kemeja yang kukenakan, dan berjalan menuju pintu kamar.
ceklek
"nek!" menatap sekeliling tak ada tanda tanda keberadaan manusia lain disini.
"pada kemana sih ini?"
sayup sayup terdengar suara dari belakang rumah. tanpa sadar langkah kakiku membawaku kesana.
disana sudah ada bibi Nala anak bungsu nenek dan paman Eros suami bibi serta anak satu satunya bibi Nala, Langit.
laki laki?
no, dia perempuan. nama pemberian orang tuanya memang agak unik.
aku melangkah mendekat dan menyapa mereka yang sedang duduk di kursi luar dekat pintu masuk dari arah dapur.
"ehhh ada bibi sama paman, ada langit juga ternyata lama ngak ketemu."
aku mencium tangan bibi dan paman diselingi cengiran kecil. aku lumayan dekat dengan keluarga bibi.
mereka yang mengurusku di masa masa awal kepergian kedua orang tuaku.
kematiannya karna apa? aku tidak ingin membahasnya saat ini.
"Akasia? udah bangun?" bibi memelukku sangat erat
"iyaa nih bi Nal, capek banget aku tuh." ujarku sembari melepaskan pelukan bibi.
"iyaa, tadi mau dibangunin nenek, bibi larang."
"tidur kamu juga nyenyak banget tadi." lanjutnya lagi dengan tangan mengusap lembut lengan kiriku.
"udah makin besar yaa, ponakan paman." paman eros ikut andil dalam menyapaku
"iyaa paman, kan udah bertahun tahun masa gak gede gede." ujarku menimpali dengan candaan
"hahaha bisa aja kamu Kas" paman tertawa lebar mendengar celetukanku.
"oh iyaa, ini Langit. udah lama kan kalian gak ketemu?" paman eros mengerakan tangannya meminta anaknya mendekat
"hai Akasia." Langit menyapa kemudian memelukku.
"Langit tambah cantik aja." ujarku setelah melepas pelukan kami
"kamu juga cantik Kas." balasnya atas pujian yang kuberikan
"makasih loh" aku menjawab diiringi tawa dia juga ikut tertawa kecil di depanku.
"bi aku keluar sama Langit gapapa kan?" Langit menatapku saat aku berbicara pada ibunya.
"mau kemana kalian?" tanya bibi.
"jalan jalan bi, udah lama gak kesini."
"yaudah jangan malem malem ya pulangnya." bibi mengingatkan
"iyaa bii..." tanpa aba aba aku meraih tangan Langit dan membawanya lewat jalan samping rumah.
"mau kemana?" tanyanya sambil berusaha mencoba menyamai langkah kakiku.
"kasus 13."
dia diam mengikuti ku tanpa banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BALONEY
Fantasy"Ada kemungkinan aku akan membunuhmu" "Kamu yakin sayang?" "Entahlah.."