aku kini terduduk di bangku kayu
di atas rumah pohon yang aku dan Langit sedang kunjungi.rumah pohon yang dibuat paman untuk tempat kami bermain dulu.
tidak terlalu besar, tapi cukup untuk kami tempati berdua.
"keadaan korban?" Langit membuka percakapan terlebih dahulu.
"aku berhasil membawa beberapa orang melalui ambang kematian."
"berapa banyak?"
aku menatap atap tempat aku bersandar.
aku mengangkat tangan kananku pada Langit, dan menekuk satu jari.
Langit mengangkat salah satu alisnya. "bagaimana dengan yang lainnya?"
"tujuh tewas dan satu dibawa secara paksa." gadis dihadapanku terlihat frustasi, dia menunduk dan memijat keningnya sendiri.
"siapa saja nama korban yang tewas?"
Langit bertanya tanpa menatapku sama sekali.aku bergegas mengeluarkan telpon gengamku dan mengetikan nomor dial diatasnya. aku menunggu sebentar sebelum orang diseberang sana mengangkat panggilanku.
"halo prof?"
"ada apa, Kasia?"
"bisakah anda mengirimkan dokumen dari kasus 13 yang kita tangani sekarang, prof Josephine?"
"tentu, aku akan segera mengirimkannya ke emailmu."
"terima kasih." aku mematikan pangilan dan kembali menatap Langit.
"tunggu sebentar." Langit hanya menganggukan kepalanya kepadaku.
tak lama setelahnya notifikasi email masuk berbunyi dari ponselku.
"ini." aku langsung memberikannya kepada langit.
dia membaca dokumen itu cukup lama, air wajahnya menyiratkan dia tidak bisa diganggu pada saat ini.
aku pun berjalan keluar dan menatap langit malam kota ini. entah kenapa indahnya pemandangan diatas sana tak bisa membuatku melupakan kejadian dari beberapa hari yang lalu.
"Kasia..." aku menoleh untuk melihat orang di belakangku.
"iya, kenapa?" tatapannya menyiratkan kebencian entah kepada siapa dia menunjukan tatapan itu.
dia menyerahkan ponselku kembali,
"apa yang ada di otakmu, ketika aku mengatakan pengkhianatan. Kasia?"
"apa maksudmu bertanya seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BALONEY
Fantasy"Ada kemungkinan aku akan membunuhmu" "Kamu yakin sayang?" "Entahlah.."