Penyelidikan

55 6 0
                                    

Akasia melirik jam tangannya, jarum pendek sudah berada di angka lima. beberapa jam sebelumnya Jacob sudah memberi kabar bahwa pengiriman senjata yang dimintanya semalam akan dikirimkan bersama dengan regu 9D. sekarang ia dan Langit tengah berada di kantor cabang di kotanya menunggu kedatangan kelompok yang akan membantunya. mereka sudah sangat terlambat dari waktu yang sudah ditentukan.

suara ketukan terdengar, aku dan Langit segera menoleh ke arah sumber suara itu berasal. pintu terbuka menampilkan seongok manusia dibaliknya. "sorry, gue telat."

Langit mendengus mendengarnya.

"aku  juga dia udah nunggu kalian hampir dua jam lamanya." ibu jariku mengarah kearah Langit dia hanya diam saja dari tadi. gadis itu termasuk orang yang sangat disiplin di kelompoknya. tidak seharusnya mereka membuatnya membuang buang waktunya sebanyak ini.

"maaf, ada masalah selama perjalanan." Aran meminta kepada salah satu petugas untuk membuatkannya kopi kemudian berjalan duduk diseberang kami dan membaca salah satu berkas yang bertumpuk di atas meja. "mulai dari petugas yang terus terusan salah alamat, kerusakan mesin mobil van yang kita pake, terakhir ada kecelakaan di simpang empat jalan patimura, sebelum jalan tanjakan buat kesini." pria itu terus bicara sembari membaca kertas kertas ditangannya.

"kenapa tidak mencoba menghubungi kami?" Langit bertanya. ekspresi bingung terlihat sangat kentara di wajahnya.

"lo gak tau?"

"ga ada  koneksi internet sama sekali,  sekarang juga masih sama." Aran merogoh saku celananya dan menunjukan layar ponselnya pada kami berdua. aku ikut memeriksa telepon gengamku begitu juga dengan Langit. "lalu kemana anggota yang lain?" aku ikut bertanya.

"mereka gue suruh ngasih pertolongan pertama buat korban korban kecelakaan, terus-" ucapan pria itu terjeda saat salah satu petugas menyajikan segelas kopi dimejannya, ia menoleh kearah petugas itu, mengangguk lalu tersenyum kecil dan berterima kasih kepada petugas tersebut. "-terus karna cuman Rentana yang jago otomotif dia gue minta benerin mesin mobil." Aran menyeruput sebentar kopi ditangannya. "tadi udah mau selesai sih, bentar lagi juga nyampe."

Akasia termenung sesaat. mobil yang disiapkan dari kantor pusat harusnya sudah lolos cek kelayakan sebelum digunakan, jacob juga tidak biasanya lalai membawa petugas yang tidak kompeten untuk ikut bersama mereka.

ceklek

"nah, ini dia orangnya, panjang umur lo."

"maaf lama, tadi masih harus nunggu pak Rega nyari nyari sparepatnya dulu. anak buahnya lelet banget, heran deh." Rentana menghela nafas panjang dan menutup pintu. dia berjalan kearah kami kemudian menarik salah satu kursi disamping Aran dan menyeretnya kepojok ruangan dimana AC  berada, lalu duduk dibawahnya. sembari mengibas ngibaskan tangan kearah lehernya.

"mau minum ga?" Rentana menoleh.

"boleh deh, nutrisari ya." Akasia hanya mengangguk menyanggupi permintaannya. "kalo kamu?" dirinya menyenggol lengan gadis disebelahnya. "air mineral aja."

"OK."

Akasia beranjak dari duduknya, menghampiri salah satu office yang sedang tidak sibuk untuk membelikan minuman di luar. Akasia teringat sesuatu, lalu menoleh kearah Aran dan sedikit berteriak dari posisinya berdiri. "Ran, mau nitip ga?" Aran ikut berteriak, "ga usah, kopi gue masih banyak nih. titip buat anak anak aja."

"dua botol air biasa, satu es nutrisari, sama empat minuman lain terserah kakak aja, ini duitnya." Akasia menyerahkan selembar uang seratus ribu kepada wanita tersebut. "kalau ada kembalian buat kakak aja, makasih ya, kak." lalu ia kembali, dan duduk di kursi yang ia tempati sebelumnya.

"Ren, sini lo. kita pada mau bahas kasus lo malah mojok mojok." Rentana memutar bola matanya malas lalu menyeret kembali kursi yang sempat di duduki nya dan duduk disebelah Aran.

"pinjem laptop lo, dong Kas." pria itu mengeluarkan flashdisk dari  dalam tasnya. Akasia menggeser Laptopnya.

"nih, lo liat deh."  Aran memasukan flashdisk tersebut. jarinya mulai bergerak dengan cepat di atas papan ketik. Rentana menoleh dan terus menatap lamat lamat layar yang berada di hadapan pria yang duduk di sebelahnya.

Langit beranjak dari duduknya, dia berjalan mendekati Aran dan berdiri di belakangnya. turut serta memperhatikan apa yang ada di dalam layar.

akupun ikut beranjak dan berdiri di samping Langit.

tangan kiri bertumpu pada meja lalu kepala ku condongkan sedikit kearah layar. di sana Aran memutar rekaman autopsi dari salah satu tubuh jenazah korban pembunuhan dari kasus 13,  pembunuhan berencana. kasus yang diserahkan dan di proses oleh dua pihak berwenang, yaitu; pihak kepolisian dan institusi  keamanan pemerintah yang baru didirikan. LPHM, (Lembaga Perlindungan dan Hukum Masyarakat).

"korban pertama inisial VH, dari hasil visum ada bukti penganiayaan juga kekerasan seksual sebelum korban dibunuh." Aran menjelaskan kepada kami. "dari hasil pemeriksaan setelahnya, korban mengalami Vaginismus."

"Vaginismus?"  Rentana membeo, menatap binggung pada Aran.

"itu kondisi dimana dinding vagina dan area sekitarnya mengalami kontraksi hebat. itu biasanya, terjadi saat pelaku kekerasan seksual memaksa melakukan Penetrasi  di saat korban dalam posisi mempertahankan diri dan menolak melakukan hubungan badan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BALONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang