Hari ini Nala terlambat pulang karena dihukum membersihkan halaman sekolah dan sekarang dia harus ketinggalan bus terakhir. Pada akhirnya dia berjalan kaki sembari mengomel sendiri disepanjang jalan. Langit semakin gelap dan kakinya lelah. Tak mampu lagi berjalan.
"Sampai besok juga gak akan sampai" celotehnya seiring celingak celinguk kearah jalan raya yang sepi.
"gini nih, biasanya nih jalan raya rame banget kalau gak aku butuhin" celotehnya lagi merasa heran. Tak satupun kendaraan lewat. "Aku tutup juga nih jalan"
Karena tak kunjung melihat kendaraan melintas dengan arah yang sama, akhirnya dengan berat dia kembali menyeret kakinya. Berbelok memasuki gang berniat melewati jalan pintas.
Senyum lebar seketika tercipta saat kedua matanya melihat mobil yang terparkir ditepi jalan.
"Paman!" Panggilnya seiring berlari kecil mendekati pemilik mobil.
Sementara itu, seseorang dengan pakaian serba hitam dan dilengkapi dengan penutup kepala terkejut.
"Paman, nebeng dong"
"Hah?"
Ternyata ada dua pria. Kedua pria yang berpenampilan tak biasa itu menatap bingung Nala yang tak merasa takut ataupun curiga. Padahal, satu pria lainnya sedang memikul gumpalan kain hitam di bahunya.
"...s-siapa kau?!" Gugup salah satu pria itu. Dia merasa terciduk.
"Cuma numpang doang pakek kenalan segala. Nala, namaku Nala. Boleh gak nih?"
"me-memangnya aku terlihat seperti orang yang akan memberikan tumpangan?! Apa kau tidak lihat penampilan kami?!"
Nala menyipitkan mata menatap seksama penampilan dua pria dihadapannya.
"Lagi cosplay maling ya?""Kami ini pencuri sungguhan!" Kesal pria itu, berapi api. Dia merasa diremehkan. "Kau seharusnya takut dan lari setelah melihat kami. Karena kau sudah melihat kami, terpaksa kami harus menghilangkan bukti"
Kedua pria itu saling menatap, saling memberi kode yang hanya bisa dipahami oleh keduanya, lalu mengangguk secara bersamaan.
Pria lain membawa masuk hasil curian kedalam bagasi mobil. sementara pria lainnya lagi mencoba mendekati Nala yang saat ini sibuk dengan ponselnya.
"911" terhubung~
"Hey, apa yang kau lakukan?!"
"Tentu saja lapor polisi" sahut Nala, masih menunggu sambungan telepon.
"Ck sial, aku berubah pikiran aku tidak akan membunuhmu"
Nala menatap binar pria itu.
"Benarkah?""Aku akan menjualmu saja"
"Halo pak polisi..."
"Hey! Aku bercanda! Matikan ponselmu!" Pria itu menangkap lily dari belakang dan menghempaskan ponsel hingga terlempar jauh ditengah jalan.
"Ponselku! Paman, lepas!"
"Tidak akan, kau gadis nakal akan kami lelang"
"Gak mungkin laku. Aku makannya banyak" Nala terus memberontak, mencoba melepaskan diri dari pelukan tubuh besar pria itu.
"Apa hubungannya? Kami hanya butuh organ dalammu"
"Apalagi organ dalam. Gak mungkin laku. Aku punya riwayat penyakit asma, serangan jantung, kanker hati, ginjal kronis... "
"Bohong! Aku akan tetap membawamu karena kau sudah tau identitas kami"
"Aku gak tau, kan paman pakai topeng"