Saat Nala memasuki kelas suara tawa menyapa indra pendengarannya. Awalnya nala acuh namun tawa itu semakin keras dan keras. Mereka sedang menertawainya.
"Aku dengar dikelas kita ada pelacur"
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak dan ibu sama sama menjual diri"
"Bukankah, ibunya mati karena menggoda preman..."
Brak!
Nala memukul meja, lalu melangkah mendekati kumpulan teman sekelasnya.
"Siapa yang kalian maksud?""Ah, apa maksudmu siapa? Aku sedang membicarakan tetanggaku" salah satu dari mereka menjeda ucapannya. Menatap Nala dengan senyum yang berhasil membuat Nala jengkel. "Apa kau merasa tersinggung?... Dibagian mana? Ibumu pelacur atau mati karena menggoda preman..."
Bruk!
AAAkh!!!
Dalam hitungan detik, Nala dengan cepat menarik kerah seragam dan membanting teman sekelasnya hingga tak sadarkan diri. Tidak sulit menghadapi gadis yang lebih lemah darinya.
Semua berteriak histeris dan salah satu yang lain bergegas memanggil guru.
"Nala, kau gila...!?"
Nala menoleh. Tatapan tajam dan dingin berhasil membuat semuanya bungkam dan melangkah mundur.
"Ah, maaf, tanganku keram jadi butuh sedikit peregangan. Tapi, sepertinya, satu saja tidak cukup, tanganku masih terasa kaku..."
"Jangan mendekat! Kau tau ayahku seorang polisi..."
"Lalu kenapa? Pamanku seorang pengacara. Jika aku tertangkap karena membunuhmu, pamanku tidak akan tinggal diam"
Nala menarik jari telunjuk salah satu teman sekelasnya yang lain. Memutar dan mematahkannya hingga menimbulkan bunyi kretek.
AAAkh!
Teriakan histeris dan tangisan memenuhi kelas.
Nala tersenyum jahil. Mengambil jarum didalam tasnya lalu berkata. "Tenang, aku bisa sedikit teknik akupuntur. Jarimu bisa sembuh"
"Tidaaak! Maaf, maafkan aku hiks"
Nala berdecih. Dia kembali melihat kearah teman sekelasnya yang lain, yang kini membuang muka.
"Maju sini kalau berani. Mulut dibesarin nyali ciut"
Keadaan menjadi hening, sebelum pintu kelas terbuka menampilkan guru viona. Salah satu guru yang tidak menyukainya dan yang paling Nala benci.
"Nala, ikut saya ke ruang guru"
.
.Langit sudah gelap. Pak Yuda sedang melakukan pekerjaannya, berkeliling sekolah. Tapi, manik matanya tak sengaja bertemu Nala didalam kelas.
"Nala..." Ucapnya ragu. Dia takut salah lihat.
Nala menoleh dengan wajah murung membuat pak Yuda terkejut.
"Akh!"Nala memutar manik mata malas, kembali menelungkupkan wajah diatas meja.
"Aku pikir hantu. Apa yang kau lakukan disini? Dihukum lagi?"
Nala menggeleng.
"Kalau begitu kenapa tetap disini? Pulang sana"
"Aku gak mau pulang"
"Kau harus pulang sebelum pagar dikunci"
"Tak apa" sahut Nala pelan.
Pak Yuda terdiam sejenak. Memikirkan apa yang terjadi pada gadis itu. Lalu duduk disalah satu kursi dekat Nala.