3. stalker

161 24 2
                                    

Lagi dan lagi, selalu orang yang sama sampai membuat pak Yuda, penjaga sekolah bosan.

Kepala menggeleng, tak habis pikir sembari berkata: "dibalik wajahmu yang manis ada keburukan tersembunyi"

"Cakep" Nala menyahut.

"Bukan pantun!"

"Lah, bukan?"

Pak Yuda menghela nafas, jengah.
"Apa kau tidak bosan dihukum setiap hari?"

"Aku juga manusia pak, yang tak luput dari salah dan dosa"

"Salah kok setiap hari. Sebenarnya, apa yang kau lakukan sampai dihukum?"

"Kalau bisa jawab 100 ribu?"

"Kau pikir ini kuis berhadiah!" Berbicara pada Nala harus extra sabar. "Jika terus begini kau mungkin tidak bisa lulus"

"Pak, aku cuma telat sejam"

"Cuma? Satu jam itu cuma?"

"Asal pak Yuda tau ya. Aku telat juga demi kebaikan"

"Kebaikan apa? Kau hanya mencari alasan. Saat ini semua guru sedang membicarakanmu"

"Aku tau"

Sejenak, suara Nala memelan, tidak seperti Nala yang dia kenal. Pak Yuda berdehem.
"...kau tau kalau...."

"Aku tau semua guru membicarakan betapa cantik dan imutnya seorang Nalalisa" sambung Nala tertawa puas. Tak lupa berpose memanyunkan bibir.

Rasa simpati seketika hilang. Sia sia aku cemas, pikir pak Yuda. Tapi entah kenapa dia lebih menyukai Nala yang seperti itu.

"Aku dengar kau berteman dengan pria tidak benar"

Nala menghentikan gerakan menyapu halaman. Menoleh, menatap bingung pak Yuda.
"Siapa?" Tanyanya.

"Itu, preman paling ditakuti dikota ini"

"Al?"

"Benar, Al"

Nala menggeleng.
"Pak Yuda salah, dia bukan temanku"

"Oh, benarkah?"

Nala mengangguk.

"Tapi, mereka bilang tadi pagi kalian berdua bertemu"

"ih, pak Yuda suka gosip kayak ibu ibu. Dosa"

"Aku hanya tidak sengaja mendengarnya!"

"Kalau nggak sengaja gak mungkin tau semua pak. Memang dasar pak Yuda aja yang suka gosip"

Pak Yuda mengelus dada. Mencoba lebih meningkatkan kesabarannya.
"Jadi itu benar?"

"Ini kuis berhadiah?"

"Ah! Terserahlah!" Pak Yuda menyerah, tak lagi bertanya. Sementara Nala menjulurkan lidah, tak peduli.

"Aku hanya ingin bilang. Dia pria tidak baik dan tak berperasaan. Orang seperti itu bisa saja membahayakan mu. Aku sering melihatnya memimpin para berandal melakukan aksi yang tidak benar. Kau harus berhati hati. Kalau bisa jangan berteman dengannya"

Nala hanya diam, menatap pak Yuda yang berbalik pergi.

.
.

Malam ini Nala mengunci diri didalam kamar. Melakukan rutinitas sebelum tidur, yakni membacakan cerita untuk Lego, kucing kecil imut milik pak Lan, kakeh tetangga. Yang selalu dia bawa diam diam setiap malam.

Tok tok tok

Jantungnya hampir saja copot. Saat mendengar suara ketukan yang berasal dari pintu balkon. Dia melangkah mendekat tapi kembali mundur saat menyadari bahwa kamarnya berada dilantai tiga.

NALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang