𐙚˙⋆.˚ 13. Menghapus Amarah

56 11 0
                                    

Sinar matahari siang memancar indah tepat di atas kepala. Setelah mengobrol dengan Angga Jingga ikut mendapatkan pencerahan di otak. Dia pikir Angga hanya bisa menyombongkan diri, dan membanding-bandingkan kinerja keduanya. Namun, kali ini sudut bibir Jingga terangkat ke atas. Gadis itu memanfaatkan waktu setelah upacara, untuk menahan para anggota OSIS di lapang sekolah. Itu pun tanpa memberitahu mereka apa yang akan dia lakukan.

Seperti biasa, orang yang merotasikan mata dan enggan memenuhi kumpulan adalah Aura, Maya, dan Clarisa. Ketiga anggota paling komentator itu sudah mengomel, padahal Jingga belum mengatakan maksud dan tujuannya mengumpulkan anggota OSIS.

"Sebenernya tuh kurcaci mau ngapain ngumpulin kita di tengah lapang kayak gini? Mana cahaya matahari nyorotnya bener-bener terang lagi!" keluh Clarisa.

Maya mengibaskan tangannya di depan wajah. Dia menatap heran ke arah Jingga yang sibuk menyusun beberapa kertas di tangannya. "Kayaknya itu surat pengunduran diri, deh."

"Pengunduran diri? Si Jingga mau ngundurin diri? Tapi kok, banyak banget kertas yang dia pegang? Jangan-jangan, selain ngunduri diri, dia juga mau ngajak kita ngundurin diri bareng-bareng?" tanya Aura.

Tebakan-tebakan para anggota OSIS langsung ditepis oleh Jingga. Untuk hari ini, Jingga menarik sudut bibirnya ke atas, dan menggenggam erat kertas di tangannya. Gadis itu meminta para anggota berdiri melingkar, kemudian membagikan satu persatu kertas formulir pendaftaran OSIS kepada pemiliknya.

"Hah? Buat apa formulir ini dibagiin?" tanya Aura.

Jingga berkata, "Sorry, kalo gue maksa kalian buat kumpul di tengah lapang kayak gini. Padahal udah waktunya buat masuk kelas."

Clarisa berdecak, dan Stefan yang berada di sampingnya berkata, "Gak masalah. Ada bagusnya lo ngumpulin kita di sini. Kebetulan, jam pelajaran pertama di kelas gue diisi sama guru killer. Dengan ini, gue punya alasan buat bolos."

Seperti biasa, Stefan selalu memihak Jingga dan hal itu membuat sudut bibir Jingga terangkat ke atas. Jingga kemudian berkata, "Selain minta maaf karena ganggu waktu kalian, gue juga minta maaf karena selama ini gue merintah tanpa tahu keinginan kalian sebenernya apa. Termasuk saat gue marah-marah, karena kalian telat kumpulan."

Maya mengangguk, kemudian berbisik pada Aura. "Kayaknya si Jingga mau ngundurin diri, makanya dia minta maaf segala."

Jingga kemudian menyentuh kertas formulir pendaftaran OSIS-nya, lalu dia dengan jujur langsung berucap, "Gue masih perlu banyak belajar untuk mimpin, dan gue juga sempet mau nyerah sama OSIS ini. Tapi..."

"Tapi apa?" tanya Aura ketus.

"Tapi setelah baca-baca tujuan kalian masuk OSIS di formulir, gue ngerasa... kita masih bisa kerja sama," ucap Jingga.

Clarisa membaca formulir yang dulu pernah dia isi. Padahal dia asal dalam mengisinya, Clarisa lolos untuk menjadi anggota, hanya karena kurangnya anggota saat ini. Clarisa mengernyitkan kening, kemudian menatap formulir milik Maya. "Kerja sama? Walaupun tujuan kita beda-beda?"

Jingga mengangguk, dan berkata, "Gue lihat... ada yang mau jadi OSIS buat terkenal di sekolah, ada yang mau cari perhatian sama gebetan, ada yang mau manfaattin organisasi ini buat ngambil dispen, dan ada juga yang mau nyari pengalaman baru."

"Banyak tujuan yang berbeda, dan kalo OSIS ini dibubarin gitu aja, berarti kita gak cukup buat mertahanin tujuan kita diawal," jelas Jingga.

Beberapa anggota kembali berpikir. Mereka memang awalnya hanya iseng-iseng, tetapi surat dispen dari organisasi OSIS, menyelamatkan mereka dari pelajaran guru killer yang malas diikuti. Selain itu, para anggota juga akan kehilangan peran dalam sekolah, sehingga mereka tidak akan kelihatan menonjol lagi. Apalagi jika melepas jas almamater khusus OSIS yang sudah mereka rancang bersama untuk gaya semata.

ANGRY CRUSH #SHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang