"Bona...."
"Bona...."
"Bona, jangan tinggalin gue."
Rosé menjatuhkan diri di atas kursi samping ranjang Jisoo. Kepalanya menengadah ke langit dan menerawang plafon di atasnya dengan pandangan gamang. Bermenit-menit lamanya ia termenung hanya untuk mendengarkan gumaman Jisoo. Wanita itu mengigau, menyebutkan satu nama berulang kali.
Rosé memasang wajah sarat akan luka. "Lo nggak ada niatan gitu nyebut nama gue? Gue udah berjasa merawat lo malam ini lohhh, Kim Jisoo yang terhormat."
Mata Rosé melirik ke arah Jisoo, melihat bagaimana wajah sayu itu kelihatan terganggu karena tidurnya tak nyenyak. Entahlah, mungkin dia sedang bermimpi tentang Bona dan dalam mimpinya kembali ditinggal pergi oleh perempuan itu.
Rosé menepuk pelan dada Jisoo, mencoba menenangkan wanita itu. "Ssssttttt. Tidur yang nyenyak, nggak usah mimpi aneh-aneh!" Ujarnya pelan, lalu membubuhkan satu kecupan di sudut bibir wanita itu.
"Sahabat gue ternyata emang sehebat ini ya. Apa sih yang lo suka sama Bona sampai membuat lo kayak gini? Empat tahun, tapi bahkan dia masih membayangi lo meski dalam mimpi sekalipun." Kali ini Rosé tak ingin menyalahkan Bona karena perempuan itu pergi begitu saja meninggalkan Jisoo. Bona adalah sahabatnya, dulu, hari ini, dan untuk hari-hari selanjutnya di masa depan. Menjadi salah satu orang yang dekat dengan Bona membuat ia tau bahwa perempuan itu memiliki perasaan yang sama dengan Jisoo. Harusnya mereka bisa saling memiliki, kan? Tapi nyatanya tidak. Atau mungkin ini cara Tuhan untuk menyatukan mereka di waktu yang tepat.
Entahlah.
Bicara seperti ini, dia juga jadi mengasihani dirinya sendiri. Rosé dan Lisa juga sama-sama memiliki perasaan yang sama, tapi kenyataannya malah sebaliknya. Mereka berdua pada akhirnya terpaksa terpisah jauh.
Lalisa Adeyana itu memang bajingan cantik yang sialnya selalu berhasil membuat hatinya luluh. Harusnya Rosé mengacak-acak bumi karena tak mendapat pelukan perpisahan yang hangat dari Lisa, wanita itu pergi begitu saja, hanya meninggalkan secarik surat yang sampai sekarang masih Rosé pegang dengan perasaan sayang. Isinya bukan sajak atau puisi cinta yang mampu membuatnya lupa dunia. Melainkan lukisan wajahnya yang sangat cocok dijadikan meme receh. Itu terlihat lucu, apalagi dengan tulisan tangan Lisa yang cukup menjelaskan bahwa wanita itu akan selalu mencintainya.
Tak masalah, bahkan kalau harus menunggu seribu tahun pun ia akan tetap menunggu wanita itu. Kalaupun Lisa pada akhirnya lupa pada janjinya, itu juga tak masalah. Ia bisa langsung belok ke Jisoo.
Rosé cengengesan, jika saja ia tidak pacaran dengan Lisa semasa SMA, mungkin dia sudah berakhir berpacaran dengan Jisoo, atau mungkin juga berakhir dengan teman satu tongkrongan Lisa yang lain.
Jarum jam terus berputar membawa waktu malam sedikit demi sedikit terkikis menuju pagi. Lambat laun mata Rosé mulai memberat, perempuan itu memilih menggenggam tangan Jisoo dan menggolekkan kepalanya di samping tangan Jisoo yang kini sudah tidur dengan lebih tenang. Rosé mulai memejamkan matanya sembari mengingat kembali hari buruk yang justru menjadi awal dia bisa mengenal Jisoo sedekat ini.
Masih di hari yang sama ketika ia mengetahui Lisa pergi ke Thailand untuk melanjutkan study, Rosé hanya bisa menangis nanar dan mengurung diri selama berjam-jam di kamarnya yang sudah mirip kapal pecah sebab Rosé merusak apa saja yang ia lihat dengan sekali tebas. Kini Rosé jadi tengsin sendiri, kenapa juga ya dia bisa serapuh itu hanya karena ditinggal pergi wanita itu. Padahal ia begitu mengenal siapa itu Lisa, dia adalah seseorang yang selalu ia percaya, lebih dari dia mempercayai dirinya sendiri.
Hari itu Jisoo datang setelah ibu dari sahabatnya itu mengabari, jika anaknya sakit. Padahal sih bukan sakit fisik, melainkan sakit hati.
Kuliah semester satu sudah mulai berlangsung pada hari senin di pertengahan bulan juli yang cuacanya terasa sangat panas. Seharusnya hari itu ia melihat Rosé di lapangan untuk ospek mahasiswa baru, tapi nyatanya, batang hidung perempuan itu tak kelihatan. Sebenarnya Jisoo tak begitu peduli juga, tapi ketika ibu perempuan itu menelepon dan meminta tolong padanya untuk menjenguk Rosé, mau tak mau ia bertandang ke rumah perempuan itu, hanya untuk dibuat gagu karena terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happened
FanfictionPertemuan, Perjodohan, dan Takdir Atas dasar kebaktian kepada orang tua yang ingin anaknya segera menikah, Kim Jisoo dengan Irene Sanjaya melakukan pertemuan sederhana sebagai kencan buta di sore berhujan. Namun siapa sangka? pertemuan itu berubah r...