Seraphina terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang campur aduk. Dia merasa sedikit lebih tenang setelah tidur semalaman, tetapi ketegangan tentang masa depannya masih menghantui pikirannya. Dengan langkah ringan, dia keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk sarapan.
Di ruang makan, Seraphina disambut dengan senyuman hangat dari Miller Scot. "Selamat pagi, Seraphina. Bagaimana tidurmu semalam?".
Seraphina tersenyum sopan. "Selamat pagi, Ayah Miller. Terima kasih, tidurku cukup nyenyak."
Miller Scot mengangguk puas. "Baguslah. Ayo duduk dan sarapan bersama. Aku yakin hari ini akan menjadi hari yang menarik bagi kita semua."
Mereka duduk di sekitar meja makan, di mana pelayan keluarga Scot telah menyiapkan berbagai hidangan lezat. Selama sarapan, mereka berbincang-bincang tentang berbagai topik, mencoba untuk mencairkan ketegangan yang masih terasa di udara.
Namun, Seraphina tidak bisa menghilangkan perasaan canggungnya saat Dylan juga bergabung di meja makan. Dia mencoba untuk bertindak biasa, tetapi tatapan dingin Dylan membuatnya merasa tidak nyaman. Berbeda dengan Liam yang menyapanya dengan hangat.
" Selamat pagi Seraphina " Ucap Liam
" Selamat pagi juga Liam " Ucap Seraphina membalas dengan senyuman lembut.
Setelah sarapan selesai, Miller Scot menawarkan untuk mengajak Seraphina berkeliling kompleks rumah mereka. Dia dengan senang hati menerima tawaran itu, berharap bisa sedikit mengalihkan pikirannya dari kekhawatiran yang menghantuinya.
Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar taman yang luas di belakang rumah. Seraphina terpesona oleh keindahan alam yang dihadirkan oleh keluarga Scot, dan dia merasa sedikit lebih rileks saat berada di sana.
Selama berjalan-jalan Miller Scot mencoba untuk lebih dekat dengan seraphina. Dari mulai berbicara hal yang penting sampai yang tidak penting.
" Seraphina, apa cita-citamu? " Tanya Miller Scot.
" Guru" Jawab seraphina namun di sertai dengan senyuman sendu.
" Itu bagus, nak" Ucap Miller Scot tersenyum.
Namun ia menyadari ada perubahan di raut wajah seraphina ketika menjawab pertanyaan darinya.
"Apakah ada yang mengganggumu, Seraphina?" tanya Miller Scot dengan penuh perhatian, mencoba membaca ekspresi wajahnya.
Seraphina menggeleng pelan. "Tidak, Ayah. Saya hanya sedikit ragu-ragu tentang apa yang saya inginkan di masa depan."
Miller Scot meletakkan tangannya di bahu Seraphina dengan lembut. " Seraphina apakah kamu ingin melanjutkan pendidikanmu? "
Seraphina terkejut oleh pertanyaan itu, tetapi dia mencoba menjawab dengan jujur. "Sebenarnya, saya tidak yakin, Ayah. Saya masih memikirkan biayanya"
Miller Scot mengangguk, memahami. "Ayah mengerti. Tapi, Seraphina, Ayah telah memikirkan tentang masa depanmu, dan Ayah ingin menawarkan sesuatu yang mungkin bisa membantumu."
Seraphina memperhatikan wajah serius Miller Scot dengan perasaan penasaran. "Apa itu, Ayah Miller?"
Miller Scot mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Ayah ingin menawarkanmu kesempatan untuk melanjutkan pendidikanmu di perguruan tinggi. Ayah tahu kamu masih ragu-ragu, tetapi ayah ingin membantumu mewujudkan impianmu."
Seraphina terkejut dan takjub mendengar tawaran itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, terutama dengan dukungan dari keluarga Scot.
" Kenapa, anda begitu baik padaku ayah, padahal ibu saya sendiri begitu keras kepada saya " Ucap Seraphina lirih.
" Kamu tidak perlu merasa sendirian, Seraphina," ujar Miller Scot dengan suara lembut. "Ayah di sini untuk mendukungmu, seperti halnya kamu sekarang adalah bagian dari keluarga kami."
"Terima kasih atas tawaran ini ayah Miller. Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan rasa terima kasih saya." Ucap Seraphina.
Miller Scot tersenyum hangat. "Kamu tidak perlu berterima kasih, Seraphina. Ayah hanya ingin melihatmu mencapai potensimu penuh. Dan Ayah yakin pendidikan tinggi akan membantu kamu mencapainya."
Seraphina merasa seperti melayang di awan. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi adalah mimpi yang menjadi kenyataan baginya.
"Maka dari itu, apa yang kamu pikirkan tentang tawaran ini?" tanya Miller Scot dengan penuh harap.
Seraphina tidak ragu-ragu. "Saya menerimanya dengan senang hati, Ayah Miller. Saya bersedia untuk belajar keras dan membuat Anda bangga."
Miller Scot tersenyum bangga. "Ayah akan mendaftarkanmu ke Universitas yang sama dengan Liam"
Seraphina mengangguk setuju " Baik, Ayah Miller ".
Mereka melanjutkan perjalanan mereka di sekitar taman, tetapi atmosfernya telah berubah menjadi lebih hangat dan akrab. Seraphina merasa semakin nyaman di dekat Miller Scot, dan dia berharap bisa membangun hubungan yang kuat dengan keluarga Scot di masa mendatang.
" Sekarang Sudah saatnya kita kembali ke rumah untuk istirahat" UcapMiller Scot setelah beberapa lama berjalan-jalan di taman sekitar rumah.
Seraphina mengangguk setuju. "Ya, Ayah Miller. Terima kasih atas waktu yang menyenangkan ini."
Mereka berdua kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan hangat di hati mereka. mereka merasa sedikit lebih dekat satu sama lain setelah hari itu.
Kembali di dalam rumah, Seraphina memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan Liam. Dia merasa lebih nyaman dengan Liam daripada dengan Dylan, dan dia berharap bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan pria muda itu.
Dia menemukan Liam di perpustakaan rumah, sedang sibuk membaca buku. Dia tersenyum ramah saat Seraphina masuk.
" Hey Seraphina, kemarilah temani aku membaca " Ucap Liam dengan ramah.
Seraphina tersenyum balasan. " Apa yang sedang kamu baca?"
Liam mengangkat buku yang sedang dia pegang. "Ini adalah buku tentang sejarah keluarga Scot. Aku selalu tertarik dengan sejarah keluarga kami."
Seraphina mengangguk setuju. "Itu pasti menarik. Keluarga Scot memiliki sejarah yang kaya dan menarik".
Mereka berdua duduk di kursi di dekat jendela, berbincang-bincang tentang berbagai topik. Seraphina merasa nyaman dengan Liam, dan dia merasa bahwa dia bisa menjadi teman yang baik baginya di rumah keluarga Scot.
Namun, percakapan mereka terganggu oleh kedatangan Dylan. Dia masuk ke perpustakaan dengan langkah tegap, tatapan dinginnya membuat Seraphina merasa tegang.
"Liam, Ayah memanggilmu. Dia ingin bicara denganmu sebentar," kata Dylan tanpa menyapa Seraphina.
Liam mengangguk dan berdiri dari kursinya. "Baiklah, aku akan segera ke sana. Terima kasih, Seraphina, untuk percakapan yang menyenangkan barusan."
Setelah Liam pergi, Seraphina dan Dylan tinggal sendirian di perpustakaan. Suasana menjadi tegang, dan Seraphina merasa tidak nyaman di hadapan Dylan.
"Apakah semuanya baik, Dylan?" tanyanya dengan hati-hati.
Dylan menatapnya dengan tatapan yang dingin. "Ya, semuanya baik-baik saja. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak akan mudah terpengaruh olehmu. Jangan berpikir bahwa kau bisa memenangkan hatiku dengan trikmu yang manis."
Seraphina terkejut dengan ucapan Dylan, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. "Aku tidak punya niat untuk memenangkan hatimu, Dylan. Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan damai."
Dylan mengangguk singkat. "Baiklah, itu urusanmu. Tapi jangan berpikir bahwa aku akan menjadi mudah bagimu."
Dengan perasaan tegang, Seraphina memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan dan kembali ke kamarnya. Dylan menatap kepergian Seraphina dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia bergumam memanggil nama Seraphina.
" Seraphina, Seraphina "
" Aku akan terus memperhatikanmu, Seraphina. Malaikat kecil yang akan aku patahkan sayapnya. aku ingin tahu sejauh mana kau akan tinggal di rumah ini " Ucap Dylan dengan smirk di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CHANDLE
RomansaSeraphina Chandler, seorang wanita muda dengan hati yang mulia dan kepedulian yang tulus, hidup dengan prinsip bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting daripada kebahagiannya sendiri. Seperti lilin kecil yang menerangi orang lain namun membakar di...