Dylan terlelap dalam tidurnya, tidak menyadari sepenuhnya apa yang terjadi di sekelilingnya. Dia terjebak dalam mimpinya sendiri, meskipun pikirannya terkadang terganggu oleh efek obat tidur yang masih tersisa.
Sementara itu, Seraphina berusaha memejamkan matanya dengan hati yang berat. Pikirannya masih terpenuhi dengan kejadian yang baru saja terjadi antara dia dan Dylan.
Di sisi lain, Liam merasa hampa. Perasaannya yang rumit terhadap Dylan dan Seraphina membuatnya merasa terjebak di antara dua dunia yang berbeda. Dia mencintai Dylan, tetapi pada saat yang sama, dia merasa bertanggung jawab untuk melindungi Seraphina.
Saat Liam meninggalkan paviliun, dia tidak menyadari bahwa ayahnya, Miller Scot, telah menyaksikan segalanya. Wajah Miller Scot dipenuhi dengan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam. Dia merasa hancur melihat putranya terjerumus dalam situasi yang rumit dan tidak bermoral.
Namun, di balik kemarahannya, Miller Scot juga merasa prihatin. Dia tahu bahwa situasi ini tidak akan berakhir dengan baik jika tidak segera diatasi. Dan sebagai seorang ayah, dia merasa bertanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi kedua anaknya.
Dengan hati yang berat, Miller Scot memutuskan bahwa tindakan harus diambil. Dia tidak bisa membiarkan situasi ini terus berlanjut tanpa pengawasan. Keesokan paginya, dia akan mengambil langkah-langkah untuk menghadapi masalah ini dengan tegas.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Keesokan paginya, Dylan terbangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa pening. Ia mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dan sekelebat bayangan muncul menciptakan senyum tipis di wajah tampannya itu.
"Sera" Ucap Dylan memanggil Seraphina dengan suara khas bangun tidur.
Kemudian Dylan beranjak dari tempat tidurnya untuk membersihkan diri. Ia berjalan ke kamar mandi dengan langkah yang masih sedikit goyah akibat efek sisa obat tidur yang dirasakannya.
"Liam sialan" Umpatan kecil terdengar dari bibir Dylan.
Sementara itu, Seraphina duduk sendirian di ruang tamu, merenungkan segala yang telah terjadi. Hatinya terasa berat dan bingung, tidak tahu apa langkah selanjutnya yang harus diambil. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Pria dingin itu yang tidak memiliki ketertarikan terhadapnya tiba-tiba menciumnya. Hanyut dalam pikirannya Seraphina tidak menyadari bahwa Dylan kini berada di hadapannya. Duduk santai sambil memerhatikannya.
Tiba tiba Seraphina mengalihkan atensinya ke depan dan kini matanya bertemu dengan Dylan yang menatapnya dengan intens. Seketika Wajah Seraphina memerah ketika ia mengingat kejadian semalam.
"Dylan" Ucap Seraphina tanpa suara. Dylan menaikan sebelah alisnya melihat Seraphina yang tidak bergeming. Seraphina terduduk kaku seperti orang terkejut yang melihat hantu disiang bolong.
Dylan beranjak dari duduknya menghampiri Seraphina yang masih tidak bergeming. Dylan berjongkok mengsejajarkan dengan Seraphina. Ia menatapnya cukup intens membuat Seraphina kelabakan dibuatnya.Kini jarak diantara keduanya cukup dekat.
"Aw" Ringis Seraphina ketika Dylan menyentil dahinya.
"Apakah sakit? Aku rasa tadi aku menyentuhnya pelan" Ucap Dylan dengan wajah tanpa dosanya
Seraphina mengerutkan dahinya Ia masih meringis mengusap usap keningnya. Dylan menatapnya datar. Ia pikir gadis di depannya ini sangat lebay.
"Sini biar aku obati" Dylan berinisiatif untuk mengusap kening Seraphina. Namun Seraphina menolaknya.
"Tidak perlu, ini tidak sakit"
Dylan menatapnya datar "Tidak ada penolakan" Seraphina mendelikan matanya. Pria ini menguji kesabarannya. Namun tanpa aba aba Dylan mengecup kening Seraphina yang Ia sentil tadi. Membuat Seraphina menatapnya dengan perasaan terkejut. Kenapa pria ini jadi menempel kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LITTLE CHANDLE
Roman d'amourSeraphina Chandler, seorang wanita muda dengan hati yang mulia dan kepedulian yang tulus, hidup dengan prinsip bahwa kebahagiaan orang lain lebih penting daripada kebahagiannya sendiri. Seperti lilin kecil yang menerangi orang lain namun membakar di...