🥀
Dia tidak pernah mengajarkanmu cara mencintainya tapi dengan santainya kamu menginginkan dia mengajarimu cara melupakannya? Sungguh jenakanya hidup ini.Alvina_ptr
🥀~~~
Lovi terbangun dengan tubuhnya yang panas. Mau tidak mau hari ini dia harus berangkat untuk tampil diacara ulang tahun sekolah. Ibu terbangun melihat Lovi yang pucat itu pun langsung mengobati Lovi.
"Bagaimana kalau kamu ngga berangkat dulu? Apa kalau kamu ngga berangkat dimarahin temen?" Tanya Ibu yang sudah paham dengan pertemanan Lovi sedari kecil yang selalu tidak baik-baik saja. Ada saja yang diributkan dengan teman.
Ibu tidak tau jika kali ini anaknya bagaikan budak berjiwa robot dibawah naungan baginda ratu yang agung. Lovi mengangguk jujur.
"Minum obatmu habis itu siap-siap. Bentar lagi kamu mau kumpul, kan, sebelum jam lima pagi."
Lovi menerima obat itu dan berusaha menguatkan dirinya. Begini rasanya menjadi robot.
~~~
Jam setengah lima pun Lovi berangkat dengan Yumna yang sudah menunggunya di depan gang.
"Ayo ke rumah Ehan. Sudah siapkan?" Tanya Yumna tanpa melihat ke arah wajah Lovi yang sedikit pucat. Mereka akan berkumpul di rumah Ehan.
Lovi mengangguk lalu menggandeng Yumna berangkat bersama lalu dia mengingat sesuatu. "Kamu tau rumah Ehan?"
Yumna menggeleng, "Setauku sih rumahnya dipinggir jalan raya. Sekarang Ehan lagi menunggu teman-temannya di luar. Mentri yang baik bukan?"
Lovi terkekeh mendengar ucapan Yumna yang apa adanya itu. Tidak ada salahnya juga Yumna berbicara seperti itu.
~~~
Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sampai di rumah Ehan. Rumahnya kini penuh dengan asap rokok yang dibuat oleh teman-teman laki-laki yang kini sedang memainkan permainan diponsel masing-masing.
"Masuklah semua sudah menunggu kalian," kata Ehan sambil menunjuk beberapa teman yang sudah berkumpul.
"Ngga semua hanya beberapa saja," sanggah Lovi lirih. Dia hanya membenarkan apa yang dikatakan oleh Ehan.
Lovi dan Yumna segera mencari baju yang akan dipakainya.
"Kalian bagian pemain kentong?" Tanya pelatih yang diangguki oleh Yumna dan Lovi. Lalu pelatih itu menyerahkan beberapa baju kentong. "Apa ukuran baju kalian?"
"M," jawab Lovi datar.
Lovi dan Yumna mengambil baju sesuai ukuran mereka. Mereka harus memutar otak bagaimana cara mereka memakainya.
"Ini sih gimana caranya pake ini?" Tanya Lovi sambil menyerahkan kain berwarna kuning kepada pelatih.
"Kamu pakai saja baju dan celananya nanti saya bantu memasangkan pernak-perniknya," jawab pelatih yang diangguki kembali oleh kedua gadis bermuka pucat itu. Udara sedang dingin.
"Ganti di mana?" Tanya Yumna.
Lovi mengangkat bahunya lalu berjalan menuju Ehan yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Di mana kamar ganti?"
Ehan menunjuk salah satu kamar tidur yang diubah menjadi kamar ganti untuk teman-temannya. "Penari masih banyak yang belum ganti baju. Kalian tunggu sebentar lagi daripada berdesakan." Ehan pun pergi dari sana.
Lovi memandang Yumna yang sedang kebingungan. "Tunggu di sini terlebih dahulu saja."
Yumna mengikuti Lovi yang duduk di depan kamar ganti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana yang Enggan Menjadi Nyata
Teen FictionBayangan tentangmu terekam di benakku. Caramu tertawa, tersenyum, berbicara masih tersimpan di benakku. Namun, hal tersebut luntur saat mendengar kabar dari seorang kawan. Sakit? Jangan tanyakan hal tersebut. Sebelum seorang kawan menyampaikan kabar...