🥀
Pelangi itu jahat. Dia datang hanya sebentar lalu menghilang. Tidak ada yang tau kemana perginya dan kapan dia kembali.Alvina_ptr
🥀~~~
Lovi merebahkan tubuhnya yang lelah. Baskara menyinari bentala dengan sekuat tenanganya hingga anila pun segan padanya.
Keringat yang bercucuran tidak kalah lelah dengan Lovi. Dia terus menetes dari dahi Lovi. Sungguh sangat panas hari ini.
"Baru selesai latihan?" Tanya Ibu yang diangguki oleh Lovi. "Makan dulu," tambah Ibu yang berlalu pergi.
Saat ini dia tidak ingin makan pun menggeleng lalu bangun dari tidurnya. Dia hanya ingin air dingin saja. Dia benci makan. Makan hanya akan membuat berat badannya naik, itu merepotkan dia untuk diet dikemudian hari.
Lovi kembali masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian dan tidur.
Sebuah pesan masuk membuatnya Kembali terbangun. Pesan dari Enisa untuk mengambil selendang pun dijawab oleh Lovi. 'Besok saja' ketik Lovi untuk menjawab pesan Enisa.
Lovi pun menutup matanya perlahan lalu memasuki dunia mimpi yang sudah menunggunya tanpa gangguan apapun.
~~~
Lovi terbangun dengan kompresan didahinya, badannya lemas tak berdaya, mulutnya terasa pahit. Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Dia tidak mengerti mengapa dia bisa jatuh sakit seperti ini.
"Makan dulu," ujar Ibu yang siap untuk menyuapi anak sulungnya itu.
Lovi pun menerima suapan besar dari Ibunya. Mulutnya kini penuh dengan nasi dan sup. Lezat, namun ini terlalu penuh dimulutnya.
"Besok jangan berangkat latihan dulu. Badanmu panas," saran Ibu yang memandang sendu anaknya yang sakit itu.
Lovi menggeleng. Ibunya tidak tau jika dia sekarang adalah robot dibawah naungan raja dan ratu. Lebih tepatnya hanya ratu. Mereka tidak tau jika tenaga Lovi kini habis. Jika dia bicara pada teman-temannya maka akan dicap sebagai teman yang pemalas.
"Izin dulu pasti diizinkan."
Ibu pergi meninggalkan Lovi yang dilanda rasa takut yang besar. Dia mengotori kelompoknya.
Lovi pun mengabari teman-teman dekatnya dan Aeleasha. Hanya ucapan 'get well soon' dari Aeleasha. Menurut Lovi dia sudah izin. Mari kita lihat apa yang terjadi pada hari Senin.
Jika boleh memilih, Lovi akan memilih untuk mati daripada menjadi robot untuk baginda ratu yang agung. Selamat anda telah membunuh mental anak yang mudah rapuh.
~~~
Keesokan paginya Lovi sudah sembuh walaupun sebuah ranjang harus tetap menemaninya hingga benar-benar sembuh. Bisa dibilang sembuh lima puluh persen.
Suara ketukan pintu membuat Lovi bangkit dari tidurnya. Enisa, teman yang akan meminjam selendang itu tersenyum. "Apa kabar?"
Lovi tersenyum baru saja bangun tidur sudah ada yang menyapanya. "Seperti yang terlihat," ujar Lovi sambil menyerahkan selendang hijau miliknya kepada Enisa.
"Nanti aku yang ngomong ke baginda ratu yang lagi siap-siap mengomel gara-gara robotnya harus beristirahat. Mukamu pucat," kata Enisa sambil menilep rapih selendang Lovi yang sedikit berantakan.
"Terima kasih, Enisa."
Enisa mengangguk lalu berpamitan untuk pergi berlatih. Dia bagian dari tari sedangkan Lovi memegang alat musik kentong yang berat. Melihat badan Enisa yang lentur membuat Lovi menyetujuinya untuk menjadi penari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana yang Enggan Menjadi Nyata
Genç KurguBayangan tentangmu terekam di benakku. Caramu tertawa, tersenyum, berbicara masih tersimpan di benakku. Namun, hal tersebut luntur saat mendengar kabar dari seorang kawan. Sakit? Jangan tanyakan hal tersebut. Sebelum seorang kawan menyampaikan kabar...