🌺
Dia lengkara untuk didapatkan, namun dia amerta dalam sebuah prosa
Alvina_ptr
🌺~~~
Lovi berangkat ke sekolah dengan wajah malasnya. Hari ini hanya upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan.
Dalam perjalanannya, dia melihat Prisa yang berjalan sendirian. Lovi pun memilih untuk menemaninya.
"Prisa, ke sekolah bareng ya," ujar Lovi yang diangguki oleh Prisa.
Perempuan dengan rambut di cepol itu selalu menundukkan pandangannya. Entah karena malu atau canggung sekarang. Memang mereka tidak dekat sama sekali hanya mengenal nama saja. Padahal mereka teman sekelas.
Lovi mendudukan dirinya di kursi. Dia lelah setelah berjalan sekitar delapan meter. Sekolahnya memang masuk ke dalam gang sebelah persawahan.
"Ayo ke lapangan," ajak Desya yang masih sibuk dengan ponselnya. Lovi memandang ke luar jendela. Mentari sedang bersemangat sekarang.
Cuaca yang panas membuat keringat bercucuran pun kami hiraukan agar cepat selesai.
"Kapan selesainya?" Tanya Fila pada Lovi yang sedangmenyeka keringatnya.
Lovi menggelengkan kepalanya. Ini sangat panas bahkan untuk berbicara pun dia tidak kuat.
Fila Zumena Aiza, perempuan dengan rambut yang digelung itu mengelap keringatnya. Sudah sepuluh kali dia mengelap keringatnya.
"Ketua kelas harap berkumpul." Guru perempuan bertampang galak itu berdiri di podium dengan tangan yang mengepal. Ketua kelas berlari ke arahnya dengan cepat, seperti hari ini adalah hari terakhir bagi mereka.
Mendengar pengumuman tersebut membuat para siswa mengeluh lirih bahkan tanpa suara agar para guru tak mendengarnya. Sepertinya para guru sangat kuat terhadap panas yang menerjang ini.
"Aku cari tempat berteduh," ujar Lovi sambil berjalan menuju tempat yang menurutnya mengurangi panas. Dia melihat bayangan teman-temannya yang sangat pas untuk berteduh.
Desya dan Fila mengangguk lalu kembali bercerita yang entah apa Lovi pun tidak tau.
Tiba-tiba tangan Lovi ditarik oleh Desya. "Galen."
Lovi pun mengikuti arah netra temannya itu. Namun dia ragu akan ucapan Desya. 'Benarkah dia Galen?' batinnya. Dia sedang mengabsen teman-temannya. Ketua kelas disuruh untuk mencatat teman-temannya yang tidak berangkat hari ini.
Hari ini laki-laki itu tampak berbeda. Bukan seperti yang kalian pikirkan. Hari ini dia tampan. Tapi, sudahlah Lovi pun bingung mendeskripsikannya.
"Galen berjalan di depan kita," kata Desya sambil menaik turunkan alisnya. "Cepat jalan disampingnya."
Lovi menggeleng cepat. Dia terlalu takut untuk berjalan di sebelahnya. Lovi barumengenalnya kemarin.
Desya yang begitu kejam pun mendorong Lovi agar berjalan disebelah Galen.
Amorfati yang bergejolak dalam kalbu tidak akan pernah tergantikan. Nestapa yang bergelut dengan amorfati kini sudah terkalahkan oleh harsa. Namun, nayanika tidak mengetahui epilog dari kehidupan asmaralokanya.
Lovi memandang laki-laki disampingnya itu. Dia terkejut saat Galen meliriknya dan membuatnya memalingkan wajahnya.
Sesampainya dilantai dua mereka berpisah dengan Lovi yang masih menyembunyikan senyum harsanya.
"Ayo pulang," ujar Desya yang sudah berpamitan kepada teman-teman yang lain. Ya, saatnya pulang.
Elizha menghentikan Langkah Lovi dan Desya yang hampir sampai di depan gerbangsekolah. "Kalian ngga boleh pulang dulu. Kita akan berfoto dengan wali kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana yang Enggan Menjadi Nyata
Fiksi RemajaBayangan tentangmu terekam di benakku. Caramu tertawa, tersenyum, berbicara masih tersimpan di benakku. Namun, hal tersebut luntur saat mendengar kabar dari seorang kawan. Sakit? Jangan tanyakan hal tersebut. Sebelum seorang kawan menyampaikan kabar...