🌸
"Jangan bermain-main dengan Sang Aksara maka kau akan amerta selamanya"
Alvina_ptr
🌸Hawa dingin menusuk hingga ke tulang Lovi. Padahal dia sudah mengenakan pakaian hangatnya. Ini hawa dingin yang aneh baginya. Nabastala menampilkan baswara yang lelah memancarkan kirana hangat miliknya.
Lovi sedang mencari lagu dengan genre pop Canadian untuk menemaninya membaca novel romansa di ponselnya. Sesekali dia mengeratkan pakaian hangatnya.
Mata Pelajaran sosiologi yang diajarkan oleh Bu Wafaa selaku wali kelas kini kosong yang membuat siapapun bersemangat untuk tidur pagi dihari akhir sekolah minggu ini dan pergi ke kantin untuk mengisi perut yang kosong. Beliau sedang rapat pagi dengan beberapa guru yang kemungkinan besar banyak kelas yang sedang kosong sekarang.
"Lovi, aku mau cerita soal waktu kerja kelompok kemarin. Mereka menyebalkan." Desya menaruh ponsel dengan casing berwarna coklat milik temannya itu.
Lovi menyamankan duduknya. "Mereka kenapa?"
"Kemarin Azkia menanyakan sesuatu padaku mengenai group chat yang kita miliki." Desya berkata dengan serius. "Azkia ngomong dengan nada yang sok."
"Dia ngomong apa sama kamu?" Tanya Lovi yang hanyut dalam cerita yang Desya lontarkan.
"Jika kalian membuat circle sendiri silakan karena kalian sudah punya group chat," ujar Desya sambil meniru logat Azkia.
Lovi terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Desya. Padahal group itu hanya untuk menyebarkan jawaban tugas dari guru. Kenapa mereka marah karena itu? Apa karena mereka tidak diajak? Memang aslinya mereka tidak diajak.
"Aku bingung nanggapinya, ya, karena aku ngga paham sama omongan mereka dan darimana mereka tau mengenai group itu, Lovi," ujar Desya yang terlihat sangat panik.
"Kamu jawab apa?" Tanya Lovi menenangkan Desya. Namun, sepertinya itu percuma.
"Aku cuma jawab 'ngga tau soal itu'. Bisa jadi mereka lihat isi pesan yang disebarkan oleh Inez dan Ece." Desya menatap Lovi dengan mata yang sendu.
"Lebih baik kamu ngomong sama Inez dan Ece biar masalah cepat selesai," ujar Lovi kembali menenangkan Desya yang berusaha menutupi wajah paniknya.
"Ini ngga bisa membaik, Lovi. Percayalah padaku." Kali ini wajahnya terlihat panik.
"Mencoba apa salahnya. Tunggu, langit terbagi menjadi dua sisi kah? Yang satu terang dan yang satunya lagi mendung?" Tanya Lovi yang terheran-heran dengan kejadiaan ini.
Desya menyentuh paha Lovi yang didepannya.
"Kenapa?"
Desya menunjuk kearah jendela menggunakan dagunya sambil menahan senyumnya.
Perasaan Lovi seketika berubah menjadi tidak enak. Hal buruk akan terjadi. Lovi pun mengikuti dagu Desya yang menunjuk kearah jendela yang tepat diatasnya.
Dan itu bukan hal buruk atau pertanda hujan yang akan jatuh membasahi bentala tercinta, namun itu adalah Galen yang mencari Fauzan, teman sekelas Lovi, untuk berkumpul di kelasnya. Dia menutupi cahaya yang akan masuk ke dalam kelas dan membuat pencahayaan minim seolah rinai akan turun kapan saja.
Mata Lovi melebar dan senyuman yang tak bisa lepas dari wajahnya. Kejutan yang diinginkan oleh Lovi setiap harinya. Rasa ingin berteriak pun menjadi-jadi, namun tertahan oleh keadaan yang ramai. Bisa jadi teman sekelasnya mengecapnya menjadi gila.
"Fauzan, kamu dicariin sama Ishan di kelas. Ayo ke kelas," teriak Galen yang masih di jendela.
Lovi memajukan duduknya. Suara Galen menggema di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatamorgana yang Enggan Menjadi Nyata
Fiksi RemajaBayangan tentangmu terekam di benakku. Caramu tertawa, tersenyum, berbicara masih tersimpan di benakku. Namun, hal tersebut luntur saat mendengar kabar dari seorang kawan. Sakit? Jangan tanyakan hal tersebut. Sebelum seorang kawan menyampaikan kabar...