Premature 2

1 0 0
                                    


"Lho Mbak mau kemana?"

Lyra panik melihat Syifa yang berjalan santai ke arah kamar mandi. Jelas ia segera meninggalkan laptop dan berlari menghampiri Syifa kemudian merangkulnya, berniat membantu iparnya itu.

Habis operasi biasanya kan agak kesusahan buat beraktivitas, karena itulah malam kemarin Lyra dan Deva memutuskan untuk bergantian menjaga Syifa untuk membantu wanita itu jika butuh apa-apa.

Deva akan menjaga Syifa di siang hari kemudian diganti Lyra malam harinya.

"Mbak udah sehat Dek, nih nih!" jelas Syifa sembari berjalan cepat mengelilingi ruangan.

Sedang Lyra malah semakin panik, takut-takut jahitan wanita itu lepas karena tingkah bar bar Syifa.

"Bisa nggak sih Mbak, jangan bikin panik Aku! Sini ... abis operasi bukannya hati-hati malah makin bar bar," omelnya yang disambut cekikikan dari Syifa.

Lyra melotot tak suka. Tangannya segera meraih lengan Syifa, "ayo kalau mau pipis ... tapi emang sama dokter nggak dipasang kateter Mbak? Biasanya kan harus pake dulu," tanya Lyra bingung.

Kedua matanya yang berbingkai bulu mata lentik terlihat penasaran hingga membuat Syifa kembali cekikikan.

"Ih, gitu terus deh Mbak. Nanti dikintilin kunti baru tahu!" sergah Lyra karena tak mendapat jawaban atas rasa penasarannya.

"Mbak kan nggak operasi Dek," beritahu Syifa, "Baru masuk ruang operasi tiba-tiba hidung Mbak gatel, terus bersin eh ... debay malah ikutan keluar."

"What?"

"Maksudnya what?"

"Jadi Mbak lahiran normal! Terus Mas Deva bohong!"

Sumpah demi apapun ia tak suka jika dibohongi. Manusia mana sih yang suka dibohongi! Apalagi hal genting seperti dua hari yang lalu.

"Ssstttt! Mas Deva nggak sepenuhnya bohong. Kan Mbak emang masuk ruang operasi ya meskipun nggak jadi sih hahaha," jelas Syifa dengan tawa renyah diakhirnya.

Rasa kesal Lyra masih tak berubah. Itu karena Deva memiliki kesempatan untuk meralat ucapan pria itu ck! Memang pada dasarnya saja saudaranya itu tak ingin menjelaskan yang sebenarnya.

Lyra tak lagi menanggapi kalimat demi kalimat penjelasan Syifa, ia memilih melepaskan tangannya pada lengan Syifa dan beranjak menjauh.

Mendekati sofa tempatnya tadi berkutat dengan laptop kemudian meraih cardigan yang tersampir di sana.

"Ra, maafin Mas sama Mbak yah."

Syifa tahu Lyra kecewa dan marah ... melihat bagaimana Lyra mengambil sikap diam. Ya ... harusnya memang Deva menjelaskan selengkapnya atas keadaan Syifa pada Lyra. Bukan malah mendorong Syifa untuk menjelaskan sendiri keadaan yang sebenernya.

Hah ....

Syifa semakin tak enak karena Lyra hanya berdeham kemudian keluar ruangan.

Wanita itu Memilih turun untuk pergi ke area taman yang berada tepat di samping rumah sakit.

Di tangannya sudah ada kopi americano. Pahit sih, tapi Lyra suka. Sebodo amat dengan dag dig dug yang akan Lyra alami karena efek minuman berkafein tersebut, ia terus menyesap sedikit demi sedikit sembari membiarkan wajahnya dibelai angin malam.

Ingin merokok namun ia lupa tak membeli lintingan nikotin tersebut.

Menghela napas pelan, bibir Lyra sesekali mengumpat. Namun itu hanya sebentar karena rasa debar mulai terasa.

"Kok udah deg degan sih. Padahal kopinya juga belum abis separuh ck!" desahnya.

Lyra meletakkan cup kopi di samping, ia sedikit merasa aneh karena rasa berdebarnya sedikit berlebihan.

Gemy Vs LyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang