Malam sudah larut. Nuansa sepi terasa tenang sekaligus mendebarkan bagi perempuan dengan rambut panjang bergelombang yang masih berkutat dengan buku-buku tebal juga kalkulator yang berserakan di atas meja belajar.
Sorot matanya terkadang menampilkan kebingungan hingga beberapa detik kemudian menjadi lepas lagi. Bolpoint tak lepas dari genggamnya menandai beberapa deretan kalimat penting yang harus ia ingat.
"Belum tidur Mbak?" Sebuah suara lembut memecah konsentrasi Lyra.
Ia segera menoleh dan tersenyum meskipun tak mampu menutupi rasa lelah diwajahnya, "Ira berisik yah Mah? Maaf Mah."
"Nggak." Rahayu mendekat membawa segelas susu hangat dan roti panggang yang baru saja ia buat, "ini, tadi Mbak nggak makan malam. Makan dulu," ucapnya mengingatkan.
"Makasih banyak Mah." Lyra hampir lupa jika ia belum makan malam. Pantas saja perutnya terasa perih.
Perhatian Rahayu beralih pada ponsel Lyra yang menampilkan seorang pria yang sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya juga kertas yang berserakan.
Rahayu mengernyit. Bergantian menatap sang putri dan layar ponsel milik Lyra.
"Itu siapa Mbak?" bisik Rahayu pelan.
Lyra mendongak dengan mulut sibuk mengunyah roti tak menyadari arah pandang Rahayu. Roti panggang yang masih hangat buatan Mamahnya memang juara.
"Siapa?"
Rahayu menunjuk dengan dagunya tanpa bersuara. Takut mengganggu karena pria yang sedang melakukan videocall dengan putrinya itu nampak sibuk itu.
"Astaghfirullah!" Lyra membalik layar ponselnya pada buku di depannya, kemudian menatap Rahayu linglung. Bukankah mereka tak ada hubungan! Kenapa juga Lyra harus panik.
Kalau sudah begini pasti Mamah Rahayu semakin curiga.
"Gu-guru aku Mah," ucap Lyra tanpa melihat wajah Rahayu. Antara malu gugup dan takut menjadi satu hingga ia tak mampu mendongakkan kepala barang sedikitpun.
"Oh guru? Hmmm ... perhatian yah," sahut Rahayu, "ya sudah. Mamah keluar yah."
Lyra hanya mampu bergumam dan menganggukkan kepalanya pelan, "makasih rotinya Mah."
"Hm, jangan lupa gurunya diingetin makan. Kasian kurus gitu," sahut Mamah menggerlingkan matanya.
Lyra tertawa canggung kemudian mengiyakan ucapan Mamah. Karena tak ingin mengganggu acara diskusi anaknya Mamah Rahayu segera berlalu meninggalkan Lyra.
"Maaf Pak," lirih Lyra pelan setelah posisi ponselnya kembali seperti semula.
"Mamah ya?"
Alis Lyra bertaut, "iya, Mamah aku."
"Ya berarti Mamah saya juga," sambar Gemy membuat Lyra mengerjapkan maniknya.
Sejak kapan pula Mamahnya nikah sama Papah Gemy? Sampai-sampai Gemy harus memanggil Mamahnya dengan panggilan serupa.
"Masih ada yang mau Kamu tanyakan Libra?" tanya Gemy menahan tawa melihat ekspresi muridnya itu.
Lyra lantas menggeleng cepat menciptakan riak kecil pada rambut gelombangnya, "sudah Pak. Cukup."
"Good girl. Karena saya sudah membantu kamu memecahkan beberapa soalan yang kurang Kamu mengerti. Sekarang saya minta imbalan."
"Uang? Jangan Pak. Minta sama Aisyah saja," ceplos Lyra.
"Bukan!"
"Kuota? Kotak bekal?"
"Yak sedikit lagi, sedikit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemy Vs Lyra
RomanceBagi Lyra, Gemy adalah salah satu makhluk bangsul bangsul mempesona yang mampu meluluh lantakkan jiwa para kaum hawa, dan sembilan persepuluh wanita menyetujuinya. Jangan tanya Lyra ada dibagian mana. Tentu saja masuk dalam jajaran wanita plus manta...