Weekend pertama yang bisa Lyra nikmati dengan santai setelah hari jum'at kemarin ia memilih lembur untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.
Bukan tanpa alasan, ia akan pergi mengunjungi makam Mamah Rahayu sekaligus memenuhi undangan reuni yang Habibi kirim untuknya via email.
Rasanya sudah cukup untuk menghindar. Toh dirinya sekarang juga bekerja dibawah kepemimpinan Gemy.
Sore ini Lyra menggunakan dres selutut berwarna maroon, memoles bibirnya dengan lipmate kemudian beranjak setelah memastikan dompet dan ponsel yang ada di dalam clucthbag aman.
"Mas, Mbak, Ira berangkat dulu yah. Mbak jangan tidur dulu, nanti Ira bawain oleh-oleh?"
"Mbak pengen cilok yang digoreng pake telur itu lho Dek, yang ada cetakannya. Apasih namanya lupa! Tapi Mbak kepengen itu."
Lyra berdiam sejenak menerka permintaan Syifa, sebelum akhirnya ia ingat jajanan jaman SD nya dulu.
Tapi di jam segini mana ada coba!
"Mbak, konsepnya saya tuh mau bawain Mbak oleh-oleh, bukan buka jastip. Jadi terserah saya dong."
"Nanti keponakan Kamu ileran lho Dek," beritahu Syifa. Berharap Lyra bersedia membelikannya.
Lyra mengerucutkan hidungnya, "ya mirip Mas Deva berarti, kata Mamah tuh Mas Deva ileran sampe umur empat tahun," sahut Lyra santai yang langsung mendapat pelototan Deva.
"Dek, jangan buka kartu dong Dek," protes Deva tak terima.
"Lagian nih ya Mbak, anak bayi ngeces itu mah normal. Kan belum ada giginya. Belum ada penahan liurnya," jelas Lyra dengan raut wajah serius.
"Nah iya Mah. Nggak apa, kalaupun ngeces pasti tetea ganteng kayak aku," ucap Deva menimpali.
Namun Syifa masih bergeming. Wanita itu benar-benar ingin makan jajanan tersebut saat ini juga. Bahkan hidungnya pun sudah mencium aroma khas cetakan panas yang diatasnya ada potongan cilok yang berbalut telur.
"Tapi ...."
"Iya, iya ... nanti kalau ketemu Ira beliin ya Mbak. Kalau nggak ada, Ira adain pokoknya."
Lyra tak tega untuk mendebat iparnya lagi, mata Syifa sudah siap menumpahkan beningnya dan Lyra tak ingin perkerjaannya menjadi doubel kill. Padahal dulu Syifa tak secengeng ini, tapi entah semenjak hamil anak kedua watak Syifa malah cenderung berubah. Lebih sensitif dan cengeng.
Lyra bergidik, ternyata hamil semenakutkan itu. Bisa merubah pribadi seseorang.
****
Sebuah panggilan begitu nyaring kala Lyra baru turun dari mobil. Di depan sana sudah ada Habibie.
"Cosplay jadi Kang Tunggu Pak?" Sapa Lyra memberikan tosnya.
"Oh a-iya. Lagi nunggu yang lain. Lu masuk duluan aja," sahut Habibie gugup.
"Hm, gue ke sana dulu yah bentar." Lyra menunjuk sebuah mini market di depan sekolah karena memang acara reuni diadakan di auditorium SMA mereka untuk memudahkan teman yang lain.
Lyra menepuk bahu Habibie sebelum pergi. Wanita itu harus menyebrang jalan raya lebih dahulu untuk mencapai mini market, Lyra membeli rokok juga pemantiknya serta minuman dan permen mint yang akan menghilangkan aroma nikotin pada mulutnya setelah ia selesai merokok.
Dengan santai Lyra duduk di kursi yang berada di depan toko, menghadap langsung pada gerbang sekolahnya yang terbuka lebar. Maniknya juga dengan teliti melihat siapa saja yang hadir ke acara tersebut mengingat baru kali ini Lyra memenuhi undangan reuni SMA nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemy Vs Lyra
RomansaBagi Lyra, Gemy adalah salah satu makhluk bangsul bangsul mempesona yang mampu meluluh lantakkan jiwa para kaum hawa, dan sembilan persepuluh wanita menyetujuinya. Jangan tanya Lyra ada dibagian mana. Tentu saja masuk dalam jajaran wanita plus manta...