Admirer

219 20 4
                                    

Liburan adalah waktu terbaik bagi Hyunjin. Hari dimana ia tak perlu bangun pagi untuk bekerja ataupun berlatih, hari dimana ia bebas melakukan apa yang ia mau, bersantai dan memanjakan diri di rumahnya sendiri. Sungguh ia sangat menantikan hari ini.

"Kkami! Kemari!"

Sebuah gonggongan terdengar bersamaan dengan suara langkah kecil yang bergerak menuju ke arahnya. Kkami, anjing chihuahua miliknya itu datang dan melompat ke atas tempat tidurnya.

"Arf!"

"Aww, dasar menggemaskan," ia mengangkat anjing kecil itu dan menghujaninya dengan ciuman. Hyunjin tak berhenti mencium kepala.hewan berbulu itu, hingga akhirnya anjing kecil itu mulai kehilangan kesabaran, sebuah geraman mengancam menjadi tanda bahwa pemiliknya itu harus menghentikan aksinya.

"Oh, oh! Baiklah jangan marah," Hyunjin menurunkan Kkami ke lantai. Anjing itu langsung berlari keluar kamar tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya.

"Mau apa ya hari ini?" Gumamnya sembari kembali merebahkan diri di atas tempat tidurnya.

Sebenarnya Hyunjin tengah dilanda kebosanan yang luar biasa. Ia tidak memiliki rencana apapun untuk dilakukan. Terlebih suhu di luar terlalu dingin jika ia ingin melakukan aktivitas di luar. Belum lagi keberadaan pandemi yang membuatnya tak bisa berinteraksi dengan banyak orang sekaligus. Yah, untuk itu ia sedikit bersyukur sih, jiwa introvertnya tidak akan mampu jika ia menemui terlalu banyak manusia.

"Ah, aku bosannnnnn."

Ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap tembok. Tak sengaja matanya justru menangkap keberadaan dua buah standee di sudut ruangannya. Standee dirinya yang berusia 19 dan juga Bang Chan.

Kira-kira bagaimana ia bisa memiliki kedua benda itu di kamarnya?

Jawabannya adalah, orang tuanya lah yang membelinya. Pada era survival, para orang tua membeli segala macam pernak-pernik sebagai bentuk dukungan untuk debut mereka. Standee ini juga menjadi salah satu dari puluhan benda yang dikoleksi ibunya. Sebenarnya jika orang tuanya membeli dan memajang album ia masih bisa memakluminya, terlihat masih cukup normal. Tapi entah mengapa dari sekian banyak merchandise ibunya justru membeli standee, hanya Chan dan dirinya pula. Hyunjin pun sempat merasa malu karena menyimpan benda itu. Namun, pada akhirnya sampai detik ini ia belum menyingkirkan benda itu dari kamarnya.

Hyunjin bangkit dari tidurnya dan berjalan cepat menuju kedua standee itu. Papan itu sangat bersih, ibunya pasti sering membersihkannya ketika dirinya tinggal di asrama. Ia menatap potongan papan dengan gambar wajah Chan itu. Leadernya itu terlihat masih sangat muda, tubuhnya juga masih kecil, tak berotot seperti apa yang biasa dirinya lihat belakangan ini.

Pemuda itu mengingat-ingat kembali masa-masa trainee. Dulu ia sangat takut kepada Chan. Atau mungkin lebih tepatnya segan? Sang leader memiliki aura yang seolah membatasi orang agar tak mendekat ke arahnya. Ia terlihat menakutkan dan keren secara bersamaan.

Meski demikian, Hyunjin sangat mengagumi dan menghormati Chan, dimana hal itu sudah menjadi rahasia umum di antara para member. Bagaimana mungkin Hyunjin tidak mengidolakan Chan ketika lelaki itu begitu sempurna? Memiliki bakat diberbagai bidang, baik seni maupun olah raga, otaknya juga pintar dengan kreativitas tanpa batas. Belum lagi Dewi Fortuna yang seolah selalu mengiringinya dan membawa kemenangan bagi lelaki itu. Hyunjin pun ingin menjadi sepertinya.

Tanpa ia sadari rasa kagum itu secara perlahan berubah menjadi rasa suka. Entah sejak kapan ia mulai memperhatikan segala hal soal Chan. Kebiasaan yang dilakukannya, makanan apa yang disukainya, apa yang ia sukai, apa yang ia benci. Ia selalu penasaran dengan apapun yang berkaitan dengan Chan. Dan mungkin rasa suka itulah yang membuatnya masih menyimpan standee Chan di dalam kamarnya hingga detik ini.

No Eggplant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang