Interview

161 25 0
                                    

Mereka bilang spontanitas adalah bentuk kejujuran. Jawaban yang kita lontarkan begitu saja adalah sebuah pemikiran yang murni tanpa dibuat-buat. Kini Hyunjin menyadari bahwa perkataan itu adalah fakta.

Hari ini, ia bersama para member tengah melakukan sebuah interview. Acara dadakan yang disiapkan oleh agensi dengan sang PD yang menjadi pewawancara. Meski sudah lewat 2 tahun semenjak ia resmi debut, Hyunjin masih belum terbiasa dengan acara tanpa skrip. Ia tak tahu pertanyaan apa yang akan muncul nanti. Ia takut apabila jawaban yang ia beri malah tidak sesuai dengan pertanyaan.

Biasanya Chan lah yang bertanggung jawab menjawab semua pertanyaan dalam interview. Tapi ia menyadari, ia tak boleh terus-terusan membebani sang leader, apalagi untuk masalah semacam ini. Toh dia telah berjanji untuk meringankan beban dari anggota tertua dalam grupnya itu.

Dan disinilah Hyunjin, menatap was-was ke arah jajaran para kru yang menyiapkan peralatan shooting. Berulang kali ia mengetukkan telapak kakinya pada lantai untuk menghilangkan rasa gugup. Ditambah sang PD yang belum hadir di tempat membuat perutnya terasa melilit. Dia bisa melakukannya dengan baik bukan?

"Oi," sebuah tepukan di bahu membuatnya menoleh. Minho muncul di dibelakangnya sembari tersenyum tipis. Tak seperti dirinya, Minho nampak sedikit santai.

"Oh, kak. Member yang lain?"

"Masih menyelesaikan make up," ucapnya sembari menyedot es kopi di tangannya.

"Tidak gugup?" Tanyanya pada Minho.

"Tidak, kenapa harus?"

Berani sumpah Hyunjin iri setengah mati dengan kepercayaan diri dari dari sang kakak tertua nomor 2 itu. Ia menghela nafas pelan sembari menatap ke arah jajaran kursi di depannya.

Tepat setelah itu, satu persatu member masuk ke lokasi shooting sembari membungkuk sopan  pada para kru. Chan yang muncul paling terakhir bahkan sempat menyalami para staff satu persatu sembari memamerkan senyumnya yang menawan.

Tipikal social butterfly sekali.

"Gugup?" Tanya Chan pertama kali ketika lelaki itu menghampirinya. Ia menggelengkan kepalanya kecil, egonya menolak mengakui bahwa ia merasa kurang percaya diri.

"Tidak, biasa saja."

Chan tertawa kecil mendengarnya, ia tahu yang dirasakan Hyunjin. Saat itulah Hyunjin menyadari Chan mengenal anggotanya terlalu baik. Rasanya ia tak dapat menyembunyikan apapun dari leadernya itu.

"Santai saja, tidak ada jawaban yang salah dalam interview ini. Lakukan apapun yang kau mau."

Cengkeraman singkat di kedua lengannya membuat Hyunjin merasa sedikit relaks. Ia mengangguk kecil untuk mengiyakan perkataan Chan. Lantas Chan mendorongnya maju untuk bersiap di kursi.

Setelah sang PD datang, interview langsung dimulai tanpa menunda waktu lagi. Sang PD memulainya dengan menjelaskan awal mula terbentuknya group mereka, mengenai keputusan untuk mempercayai Chan memilih anggota dan melatihnya untuk debut bersama. Chan pun mejelaskan satu persatu alasan ia memilih para member.

"Sejak dulu aku melihat passion Hyunjin untuk menari. Aku melihat potensinya untuk terus berkembang. Tidak hanya itu, talent nya di atas panggung, ku rasa itu sangat mempesona dan membuat mataku fokus kepadanya melebihi siapapun. Jadi aku merasa ingin bersama Hyunjin untuk jangka waktu yang lama."

Sial.

Pada dasarnya Bang Chan memiliki mulut yang manis, pemilihan kata yang ia pakai entah mengapa terdengar menggoda sekali. Pantas saja fans selalu menggila tiap kali sang leader berucap kata.

"Aku cukup senang mendengar pujian dari Kak Chan setelah sekian lama," perkataan dari Jisung itu disambut dengan tawa dari para member, termasuk Chan. Sejenak, para kru dan sang PD seolah menghilang di dari tempat itu, menyisakan mereka berdelapan dengan candaan di keseharian mereka.

"Yah, karena aku bukan tipikal orang yang memuji orang lain," balas Chan sembari tertawa.

"Sebenarnya kami tidak bergabung hanya karena Kak Chan memilih kami. Tapi kami juga cukup menyukai Kak Chan, jadi begitulah-"

Sorakan para member membuat kalimatnya terputus. Ketika ia melirik ke arah Chan, sang leader nampak sedang tertawa malu sembari mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Uh, apakah agak canggung kalau aku mengatakan ini?"

"Tidak tidak, kerja bagus," Chan langsung menanggapi ucapannya. Maka ia lanjut mengungkapkan semua yang ada di otaknya. Kata demi kata mengalir begitu saja tanpa henti.

"Saat aku masih trainee, mungkin karena Kak Chan menjadi trainee lebih lama, makanya aku sedikit takut kepadanya. Tapi di sisi lain ketika aku berada di tim yang berbeda dengan Kak Chan di evaluasi bulanan, tim ku selalu berada di bawah tim milik Kak Chan. Maka dari itu orang-orang selalu bilang kalau kau masuk tim milik Kak Chan, kau sudah pasti menang."

Hyunjin baru menyadari ia terlalu banyak bicara. Padahal ia hanya ingin memberikan satu pujian, tapi ceritanya justru menunjukkan seberapa kagumnya dirinya pada Chan, bahkan sejak sebelum debut.

"Lalu saat mendekati waktu debut, Kak Chan membentuk timnya sendiri dan aku termasuk di dalamnya, aku ingat aku sangat senang waktu itu."

Ia akhirnya mengakhiri ceritanya. Dengan canggung ia mengembalikan mic kepada Chan. Rasanya telinganya panas sekali, ia juga tak dapat menatap Chan tepat di matanya. Interview kembali berjalan dengan para member yang menjawab pertanyaan secara bergantian.

Wawancara panjang itu akhirnya selesai. Mereka memberikan salam sekaligus ucapan kepada para kru atas pekerjaan mereka. Setelahnya mereka pamit untuk melanjutkan jadwal yang telah disiapkan oleh manajer.

"Apa-apaan itu tadi? Kau sebegitu sukanya dengan Kak Chan ya?"

Jisung yang tiba-tiba merangkulnya membuatnya sedikit berjengit kaget. Sontak telapak tangannya bergerak untuk membungkam mulut dari Jisung itu agar tidak mengatakan hal aneh. Namun, si quokka itu cukup cerdik, ia menggigit jari Hyunjin untuk melepaskan diri. Hyunjin balas memukul lengan atas Jisung hingga menimbulkan bunyi nyaring.

"Hei," tegur Chan yang berada di barisan terdepan ketika mendengar suara perkelahian keduanya. Hyunjin dan Jisung mengucapkan maaf sebelum saling melirik dengan tatapan tajam.

"Diam kau!" Ucap Hyunjin dengan nada mengancam.

"Aku hanya asal menjawab tadi."

"Jawaban spontan itu adalah jawaban paling jujur dan tulus loh. Dan kau tertangkap basah," Jisung tertawa kecil melihat ujung telinga Hyunjin yang memerah malu, "Tapi aku paham perasaanmu. Lagipula siapa yang tidak kagum pada Kak Chan."

Entah mengapa tangannya terasa gatal untuk mencekik leher Jisung. Tapi ia mengurungkan niatnya ketika mendengar tawa Chan. Nampaknya sang leader tengah bercanda dengan manajer mereka. Hyunjin tak bisa melihat ekspresinya. Ia hanya bisa melihat punggung dan bahu lebar milik Chan. Sontak memorinya ketika ia masih menjadi trainee terlintas di otaknya. Ia mengingat setiap kali ia berada di tim yang berbeda dengan Chan, diam-diam ia selalu melirik ke arah lelaki itu, berharap Chan akan datang kepadanya dan memilihnya untuk bergabung. Ia juga masih ingat dengan jelas rasa bahagianya setiap kali Chan memilihnya. Hyunjin kembali mengingat setiap kalimat dari Chan yang menjelaskan alasannya memilih dirinya untuk bergabung.

"Sepertinya aku harus bekerja lebih keras," ucapnya pelan yang nyaris terdengar seperti bisikan.

'Dengan begitu kedua mata mu akan selalu tertuju kepadaku,' lanjutnya dalam hati sembari menatap punggung Chan yang berada di depan sana.


================================

Dari interview ini :

Berhubung anak-anak mau comeback, jangan lupa install aplikasi buat vote guys. Pokoknya comeback kali ini harus totalitas. Streaming gila-gilaan! Promosiin terus! Vote kalau ada vote! Semangat!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No Eggplant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang