Chapter 1 : Huru-hara Pagi

1.4K 124 13
                                    

Jangan lupa Vote, Komen, dan Share.

Lapak ini tersedia gratis, jadi feedback kalian sangat dibutuhkan.

Bantu koreksi typo yaa.

|🌻 Happy Reading 🌻|

Pagi hari di tengah kota Jakarta, tepatnya di komplek perumahan yang asri dengan fasilitas yang sangat megah tidaklah luput dari kegaduhan.

Ada saja keributan dari keluarga yang beranggotakan empat kepala sebagaimana yang tercantum di Kartu  Keluarga.

“Kakak! Aku mau pakai tas kakak!” Seru gadis kecil dengan rambut kuncir kudanya.

“Nggak boleh! Adek, kan, punya tas sendiri.”

“Huaaa, Mama Prada.”

Pekikan serta tangis putri kecil Prada di luar kamar membuatnya yang masih bergulung diselimut, mau tidak mau harus bangun.

“Ya ampun, bocil kematian.” Gumam Prada segera bangkit dari ranjang, karena pintu yang terus digedor tanpa henti.

Setelah pintu benar-benar dibuka, seorang anak berusia lima tahun yang disebut Prada 'bocil kematian' dengan sigapnya langsung memeluknya.

“Kak Juna nakal, Mama.” Lihatlah betapa lucunya anak perempuan yang tengah mengadu disertai tangis isaknya.

“Maaf Bu, saya sudah mencegah, tapi—”

“Nggak papa, sus. Kamu lanjutin aja pekerjaan yang lain.” Sela Prada membiarkan pengasuh putrinya untuk menyerahkan masalah ini padanya.

Prada menggendong putrinya untuk dibawa masuk ke dalam kamar. Dia turunkan di pinggir ranjang. Meringis melihat tampilan putrinya yang tidak begitu rapi.

Khas anak kecil, penampilan mereka setelah menangis terkadang sedikit acak-acakan.

“Heran deh, tiap pagi selalu nangis. Bisa nggak sih dikurangin hobi nangisnya?” Tanya Prada lembut. Menghadapi sang putri saat menangis lebih sulit. Dia perlu menurunkan egonya untuk tidak mengeraskan suara.

“Juna nyebelin, Mama!” Prada dibuat meringis saat nama putra sulungnya tidak dipanggil dengan embel-embel 'kak'.

“Siapa yang ngajarin bicara tidak sopan?” Suara baritone Nakula menginterupsi keduanya. Prada mengalihkan pandangan ke arah suaminya yang keluar dari walk in closet—setelan rapi dengan jas hitam yang sudah siap untuk berangkat kerja.

Susah payah Prada menelan ludah, pasalnya tidak banyak yang berubah dengan Nakula. Suaminya tetap dengan kepribadiannya.

“Aku nggak ngajarin.” Bela Prada saat pandangan mereka bertemu dengan Nakula yang menuntut jawaban.

“Lain kali jangan berlaku tidak sopan.” Entah ditujukan kepada siapa, Prada pun mengiyakan. Sedangkan putrinya terus menatap sang papa dengan pandangan polosnya.

“Papa hobi banget bikin Mama takut.”

Prada melirik tajam pada sang putri. Dia tidak setakut dulu, tapi aura sang suami memang menyeramkan kalau sudah menanyakan yang berkaitan dengan kedua anaknya. Apalagi setelah dia melahirkan anak bungsunya ini.

Gonjang-Ganjing Rumah Tangga Nakula PradaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang