♡♡♡
Ini sudah jalan seminggu Reshel dan Aklan menikah, tak ada yang berubah setiap hari Aklan hanya mengomeli Reshel, menyakiti Reshel, dan bahkan hal pertama kali yang terjadi saat Reshel dan Aklan menikah terjadi lagi.
Reshel tak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri, dia sebelum berangkat kerja pasti ia memasak untuk Aklan, walau Aklan kadang tak memakan masakannya.
Reshel tidak pernah melawan perkataan Aklan, ia selalu menurut bahkan sekalipun Aklan membentaknya dan memakinya Reshel selalu sabar.
"Sudah selesai." katanya dengan hidangan sarapan di meja makan.
Ekor mata Reshel melirik arah tangga, tumben sekali jam segini Aklan belum keluar dari kamarnya.
Waktu sudah menunjukan pukul enam pagi, biasanya Aklan sudah keluar dari kamar jam lima pagi entah melakukan apa pria itu?
Semenjak menikah Reshel bisa berangkat kerja pukul setengah tujuh, jarak Restoran dari rumah Aklan tidak terlalu jauh, jadi Reshel masih bisa memungkinkan sampai tepat waktu menggunakan sepedanya.
Reshel sudah berada di depan kamar Aklan, ia mengetok pintu sebanyak dua kali. Tak ada sahutan, dengan berani Reshel membuka pintu kamar Aklan.
Yang di lakukan Reshel sangatlah baik, ia tahu hari ini Aklan ada jadwal untuk ke kampus. Reshel takut Aklan telat, dan ia akan terkena imbas marahnya Aklan.
"Aklan maaf ya, aku izin masuk." Pintu terbuka menampilkan Aklan yang tertidur pulas di atas kasur.
"Aklan," lirihnya menghampiri tempat tidur Aklan.
"Aklan, udah jam segini kamu ngga berangkat kuliah?"
Aklan berdehem seraya membuka matanya susah payah "Gue sakit."
Punggung tangan Reshel reflek ditaruh ke kening Aklan, sangat panas.
"Kamu demam Aklan?" tanyanya tak ada jawaban dari Aklan.
Buru-buru Reshel beranjak ke dapur mengambil kompresan dan mengambil beberapa obat yang ada.
Ia duduk di tepi kasur "Maaf ya Aklan kalo ngga sopan."
Reshel menaruh kompresan tersebut di kening Aklan, ia memeriksa suhu tubuh Aklan setelahnya ia berusaha membujuk Aklan untuk minum obat.
"Aklan, bangun dulu di minum obatnya."
Aklan tidak banyak gerak, bahkan matanya masih terpejam sempurna.
"Di minum dulu obatnya biar enakan," bujuk Reshel.
Jika Aklan dalam keadaan waras, sudah pasti Reshel akan di bentak habis-habisan karna memaksanya.
"Suhu badan kamu tiga puluh sembilan Aklan, itu tinggi banget. Kalo kamu ngga minum obatnya, kamu nanti semakin parah."
"Nanti."
Reshel menghembuskan nafasnya, ia masih setia berada di samping Aklan bermain ponsel menghubungi Catrin untuk bertanya bagaimana menghadapi Aklan jika sedang demam seperti ini.
YOU ARE READING
RESHEL
Teen Fiction"Kenapa kamu mau menikahi saya?" Wanita centil dan periang yang nasibnya berubah kala harus menikah dengan pria asing guna menebus semua hutang peninggalan kedua orangtuanya. "Pelampiasan." Menikah dengan pria tersebut sebuah kehancuran besar untuk...