Ketua MORCANT

13 10 3
                                    

"Ini serius jamkos nih? Asik nih. Cabut yuk, ke kantin. Laper gue, pengen sarapan." Ajak seorang gadis dengan rambut pendek potongan wolfcut itu.

"Ini gue jual kue nyet. Gue seluncurin di toge juga lo, bantu jualan gue kek. Lumayan, lo kenyang gue senang." Balas temannya, sambil mengipasi wajahnya. Rambut yang digerai indah, bibir merah cerah yang dia sebut dengan 'natural'

"Gue makan kue lo emang kenyang. Tapi udah hafal rasanya kali Git. Dahlah lo pada mau ikut ga? Gak mau ikut yaudah." Dia pergi, membuat kedua temannya sontak berdiri dari duduknya.

Ketiganya berjalan santai mencapai batas pintu kelas, sebelum melihat seseorang dari kejauhan.

"Ah elak, ganggu aja. Balik." Mengurungkan niatnya melihat seorang guru mendekat ke arah kelas mereka.

Sudah terlalu jelas tujuannya ke kelas mereka yang letaknya memang paling pojok.

"Ayo anak-anak duduk. Kamu masuk." Semua murid sontak diam. Memberikan fokus mereka seratus persen pada guru killer fisika di depannya.

"Bu, bukannya mapel ibu masih besok ya? Masa udah di dahuluin aja bu. Ibu kecapean lho nanti." Bu Rosetta, guru 35 tahun, seorang single parent yang cantik, hot, se hot ucapan dan hukumannya.

Bu Ros panggilannya, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan gadis di pojok belakang sana, April.

"Saya nggak mau ngisi kelas kalian hari ini. Saya mau antarkan dia kesini. Jadi, dia ini murid baru di sekolah ini. Kebetulan dia masuk di kelas kalian. Ayo perkenalkan dirinya." Ucap Bu Ros.

Semua mata menatap kearah gadis di depan sana. Tampilan yang jauh dari kata rapi, dan terkesan kelelahan. April menurunkan kelopak matanya beberapa senti, menatap curiga.

"Huh.. satu dua tarik nafas, jangan lupa senyum huh... " Ia bergumam lirih, seperti merapalkan mantra di depan sana.

"Hai, nama gue, eh aku Nadine Elsa Denilla, panggil aja Nadin or Adin atau Adine juga boleh. Dine boleh, kadang ada yang panggil Dina juga sih. Kalau penulisannya Nadine, use e ya. Aku pindahan dari SMA Adita, salam kenal ya semua." Diakhiri dengan senyuman, membuat semua orang terpana.

Gummy smile yang lucu, datangnya semilir angin yang tepat mengenai poni gadis itu. Gadis tanpa name tag itu terkesan lucu sekali.

Namun kegemasan itu berganti bisikan-bisikan halus di kelas XI IPA 3. Membuat Nadin menurunkan senyumnya beberapa senti.

"IYA NADINE SALAM KENAL. GUE ALVIN."

"Kalo gue Rian dipanggil sayang juga boleh sih Din."

"Daripada panggil sayang ke Rian mending panggil baby ke gue, gue Robi Din."

Ketiga serangkai kelas XI IPA 3 itu benar benar bersemangat melihat cewek cantik di mata mereka. Membuat Nadin sedikit kikuk di depan sana. Namun lega, setidaknya ketiga cowok itu menerimanya dengan lucu juga.

"Heh kamis, gausah ganjen ya lo. Ntar anak barunya sawan lihat lo. Diem aja mulut lo bertiga. Gangguin Nadin, di smekdon April tahu rasa lo." Ucap gadis ber name tag Regina Amellya Hadifa. Lengkap dengan wajah julid dan alis menukik serta tatapan sinisnya.

"Yaelah Mell, galak amat. Cinta gue cuma buat lo kok Mell." Balas Robi dengan permainan alis yang dibuat menggoda. Dibuat ya, bukan menggoda sungguhan.

"Najis lo, kayak adudu." Nadin tertawa kecil di depan sana, membuat Melly ikut tertawa di tempatnya.

"Udah udah, kok malah ribut. Robi, Rian, Alvin, kalian jangan buat ulah. Kalo ibu tahu kalian ganggu Nadin, ibu buat kalian jemur di lapangan, paham?" Tegas Bu Ros dengan wajah galak namun tetap jelita.

The Second PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang