MT: [2]

598 59 0
                                    

"Aku tidak mau menikah, Bunda. Aku masih mau sama bunda dan ayah!", rengek Noa. Yah, sudah berlalu beberapa hari semenjak kejadian itu. Hari ini adalah harinya untuk dia menikah, dengan calon suami-suami nya.

"Ini sudah resiko kamu. Sudah, jangan seperti ini lagi. Nanti riasan kamu luntur, lagi!", jawab sang bunda. Sejujurnya, dia juga tidak ingin putra nya satu-satunya, harus menikah dengan usia yang begitu muda.

"Sayang, sudah waktunya..",

Sang bunda, menatap putranya dengan berlinang air mata. "Bunda melepaskan mu. Hiduplah bersama para suami mu itu dengan bahagia. Bunda harap, kau bisa segera memiliki momongan dengan mereka. Bunda sayang Noa, selalu dan selamanya..",

Memeluk erat tubuh anaknya. Seakan enggan untuk melepasnya. Waktu berlalu dengan cepat, rasanya seperti baru kemarin anaknya itu lahir ke dunia, sekarang ia harus merelakan anaknya akan dibawa pergi meninggalkan keduanya.

"Tira..", menepuk pelan pundak istrinya, sang ayah mengingatkan jika waktunya sudah mepet. Tira lantas melepaskan pelukannya dengan sedikit enggan.

"Pergilah, sayang. Temui calonmu itu..", ucap Tira. Noa lantas mengangguk, sebelum akhirnya dia dibawa pergi oleh sang ayah, menuju pelaminan.

"Noa tau? ayah pernah memimpikan akan bisa mengantar mu menuju dunia mu yang baru. Tapi ayah tidak pernah menyangka, jika akan secepat ini kau ayah antarkan", ucap sang ayah. Noa seketika menoleh, melihat ke arah wajah sang ayah yang menyendu.

"Maafkan Noa, Yah", batin Noa. Sejujurnya ia juga tidak menyangka, tapi demi keselamatan kedua orangtuanya, biarkan Noa yang berkorban kali ini.

Sejujurnya ia masih tidak paham dengan alasan mengapa Tuan Ozarld, mau menikahkannya dengan seluruh putranya. Lagi pula, dia tidak punya banyak waktu untuk menanyakan itu langsung pada calon ayah mertuanya. Selama 2 hari yang lalu, Noa hanya sibuk untuk menyiapkan mentalnya. Bahkan dia belum tahu bagaimana wajah calon suaminya, serta calon ibu mertuanya. Dengar-dengar sih, kalau ia akan memiliki 3 ibu mertua sekaligus.

.............

Berjalan di atas karpet merah yang elegan. Noa bisa melihat calon suaminya sedang berdiri di dekat pendeta. Namun, mengapa hanya seorang? Noa dengar ia akan menikah dengan 12 orang sekaligus. Lalu, mana sebelas orang lainnya?

Pandangan antara Noa dan calon suaminya bertemu sejenak. Entah mengapa, detak jantung Noa semakin bertambah cepat. Ada bagian yang juga dirasanya sakit. Apa yang terjadi? memutuskan untuk mengalihkan pandangannya kembali. Tidak ingin menunda waktu.

Pernikahan ini hanya didatangi oleh keluarga saja, jadi tidak banyak orang yang hadir dan Noa bersyukur dengan hal itu. Bisa gawat jika banyak orang yang hadir. Apalagi jika ada awak medianya, pasti langsung heboh karena mendengar berita mendadak ini. Jujur saja, Noa belum siap untuk menerima ejekan dari semua penggemar anak-anak dari calon ayah mertuanya.

Noa akhirnya sampai di hadapan salah satu calon suaminya. Ayahnya menyerahkan tangan Noa, pada pria itu. Sebagai tanda pelepasan terhadap sang anak, pada calon pendamping hidup anaknya.

"Sangat menyebalkan jujur..", batin Noa. Pendeta mulai membacakan perjanjian antara kedua pengantin. Noa mengikuti semua itu, sesuai yang ia pelajari seharian penuh kemarin.

Sedangkan seorang remaja pria yang ada di samping Noa. Nampaknya juga malas untuk melakukan pernikahan ini. Padahal, dia saja belum lulus SMA.

_RAI POV_

Menyebalkan, mengapa aku yang harus menggantikan kakak-kakak ku? lagipula mengapa ayah begitu tega untuk menikahkan anak-anaknya secara tiba-tiba, dengan seorang pria lagi. Padahal aku saja sudah punya kekasih, semua kakakku yang lain juga sudah punya.

Dengan terpaksa, aku akhirnya mewakili kakak-kakakku yang tidak hadir. Aku tahu alasan mereka. Sejujurnya mereka juga seperti ku, namun dengan mudahnya mereka membuat alasan, sehingga harus aku yang mewakili.

Berdiri di atas pelaminan, menunggu calon pengantin datang. Sungguh lama, asal kalian tahu, jika aku paling tidak suka jika disuruh untuk menunggu lama.

Akhirnya setelah sekian lama, datang juga. Padahal rencananya itu, di saat liburan sekolah, aku mau berkencan dengan kekasihku. Tapi malah harus terjebak di sini.

DEGG!

Pandangan kami saling bertemu, mengapa hatiku rasanya sakit sekali? mengapa pula ada perasaan nyaman saat menatap matanya? jantungku berdetak kencang. Bahkan dengan kekasihku saja tidak seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi?

Ia mengalihkan pandangannya, membuatku tersadar kembali. Memutuskan untuk tidak berpikir banyak, ia menghampiriku.

_POV END_

..................

Ceklekk..

Pintu kamar mandi terbuka, menapakkan sosok remaja dengan handuk di pinggangnya. Ia melihat ke arah seseorang yang sudah menjadi 'suaminya' itu yang masih sibuk dengan laptopnya.

Remaja itu bergidik tidak peduli. Ia segera melangkah untuk berganti ke sebuah piyama. Suhu AC sangatlah dingin, hingga membuatnya tidak tahan jika lama-lama bertelanjang dada.

Setelah selesai memakai piyama. Ia segera melangkah menuju kasur dan segera membaringkan tubuhnya di atasnya. Tidak lupa untuk memasang selimut tebal karena dia kedinginan.

Rai telah selesai dengan tugas sekolahnya. Ia mengintip sebentar, melihat jika sosok yang sudah menjadi 'istrinya' itu, sudah berbaring di ranjang dan nampak, menggigil?

Ia beranjak dari tempatnya, melangkah menuju kasur. Sesampainya di sana, ia dikejutkan dengan tubuh istrinya yang menggigil, di balik mata yang sudah tertutup itu.

Melirik ke arah AC yang terdapat di ruangan itu. Ia lupa jika sekarang ada yang tidur dengannya, dan pasti berbeda dengannya yang nyaman dengan suhu dingin. Mengambil remot AC, kemudian mulai menaikkan suhunya.

Kamar itu menjadi lebih hangat dari pada yang sebelumnya. Nampak tubuh istrinya yang juga sudah tidak menggigil seperti tadi. Rai menghela nafasnya, kemudian mulai membaringkan tubuhnya, membelakangi sang istri.

Tiba-tiba saja tubuhnya dipeluk dari belakang. Membuatnya terkejut dan berniat untuk membangunkan istrinya itu.

"Dingin..", gumaman lirih dari sosok remaja yang sudah menjadi istrinya, terdengar jelas di pendengarannya. Pada akhirnya Rai tidak memberontak sedikit pun, dan lebih memilih membiarkan remaja itu untuk memeluknya.

Mencoba untuk memejamkan matanya. Rai menghela nafasnya kembali, ia sungguh tidak nyaman dengan posisi seperti ini. Akhirnya ia membalikkan badannya, dan mendekap tubuh istrinya dalam pelukan.

Setelah beberapa saat, ia mulai memasuki alam mimpinya. Di bawah pelukan hangat sang istri juga.



..................

To be continued

Modern's TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang