MT: [8]

384 47 9
                                    

Seorang pemuda terbangun karena mimpi buruknya. Keringatnya bercucuran dengan nafas yang terengah-engah, pemuda itu kini melirik ke arah seseorang yang terbaring nyenyak di sisinya. Ia memandang orang itu dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

Rindu yang menggebu pada sosok di sampingnya itu ia rasakan. Ingatannya, semua ingatan dirinya di dunia sebelumnya, ia telah ingat semuanya.

"Tuan, kau kah itu?", gumam sang pemuda. Pemuda itu mengambil salah satu lengan pria di sampingnya, ia mencium telapak tangan dari pria itu, dengan air mata yang terus mengalir.

Seorang pemuda lainnya bernama Noa, kini terbangun karena merasakan sensasi basah di tangannya. Saat matanya terbuka, dia segera terkejut saat melihat Rai, suaminya yang sedang menangis. Tidak biasanya pemuda itu menangis.

"Apa kau tidak ingat apa-apa?", tanya Rai. Ia berharap jika Noa mengingat sedikit kenangannya di dunia sebelumnya, namun pemuda itu malah nampak kebingungan.

"Apa maksudmu? kurasa dari aku kecil sampai sekarang, tidak ada yang kulupakan deh", balas Noa merasa aneh.

Rai terdiam mendengar itu. Dia sudah tau jawabannya, tapi dia tetap saja berharap lebih.

"Hei, berhentilah menangis. Kau jelek tau", ujar Noa sembari jari-jari tangannya bergerak untuk mengusap air mata yang berjatuhan di kedua pipi Rai.

"Meski kita baru bertemu selama 2 hari ini, jika kau ada masalah ceritakan saja padaku. Jangan khawatir, aku tidak akan menyebarkan apa yang kau ceritakan padaku kepada yang lain. Jadi jangan sungkan", jelas Noa dengan kedua pipinya yang memerah entah kenapa.

Terkejut?

Tentu saja!

Rai terdiam saking terkejutnya. Noa yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Rai, ia menjadi malu sendiri.

"Ji.. jika kau_", ucapannya terpotong dengan pelukan dari Rai yang terjadi tanpa adanya aba-aba.

Noa menerima semua itu karena dia yakin jika Rai saat ini sedang tidak dalam kondisi baik. Entah kenapa rasa simpatinya pada pemuda itu begitu besar, bukan hanya rasa itu sebenarnya, tapi dia menepis perasaan lainnya. Meski Rai pernah bicara kasar, tapi dia tidak pernah bertindak kasar padanya, jadi dia tetap menghargai Rai.

"Meski kau tidak ingat apapun. Aku akan kembali mendapatkan hatimu, Tuan. Tolonglah, biarkan aku bersamanya di sini, Tuhan. Jangan pisahkan aku kembali, ku mohon jangan rebut dia seperti sebelumnya kembali", batin Rai di sela-sela pelukannya dengan Noa.

Ia telah diberikan kesempatan kedua untuk hidup bersama Noa. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu kembali dan tidak akan membiarkan Noa untuk pergi begitu cepat seperti sebelumnya. Ia janji itu.

"Aku bingung sebenarnya. Tapi yasudah lah", batin Noa kebingungan saat merasakan sensasi yang menggelitik perutnya, setelah mendapatkan pelukan hangat oleh Rai. Ia sungguh bingung saat ini.

"Kakak sangat menyedihkan".

"Hm, kini Rai sudah mengingat semuanya kembali. Menurut kalian gimana?", tanya Azelia pada adik-adiknya.

"Kuharap itu bisa membuat kak Noa kembali ingat dengan kehidupan sebelumnya".

"Ya, lebih baik seperti itu. Kak Noa sungguh sangat menyedihkan dan tidak peka, lihatlah wajahnya! itu wajah dari orang yang sangat dan sangat tidak peka dengan situasi, aku menjadi kesal sendiri sekarang", balas Riska

"Yah, asal kan mereka dapat hidup bahagia. Omong-omong, kapan keduanya mau melepas pelukan? ini sudah 15 menit lamanya woy!".

Noa mendengar pembicaraan kedua adiknya dan kakaknya, dia sejujurnya agak tersinggung dengan perkataan Riska, tapi dia lebih bingung dengan topik yang ketiganya bicarakan, apa maksudnya dengan 'Rai yang mengingatkan kembali'. Dia tidak mengerti semua itu, jujur saja.

Omong-omong, benar juga apa yang dikatakan sang kakak. Kapan pelukannya akan berakhir? entah mengapa dia merasa begitu nyaman hingga enggan untuk mengakhirinya. Sampai, dia tersadar jika Rai sudah tertidur pulas di sela-sela pelukan keduanya, mungkin dia begitu merasa aman dan nyaman tidur di tengah-tengah pelukan istrinya.



.....................



Noa kembali ke kamarnya bersama dengan Rai, nampak Rai yang sedang memainkan ponselnya sembari bersender di bantalnya yang empuk. Ya, Noa memang belum memiliki kamar sendiri karena kamar itu sedang dalam pembangunan, jadi kemungkinan dia akan tinggal bersama dengan Rai selagi kamarnya dibangun.

Rai melihat istrinya yang sudah kembali dari makan malamnya, lekas menyuruh Noa untuk berbaring di sampingnya.

Sudah seminggu berlalu, sejak itu pula, hubungan keduanya menjadi lebih dekat, meski hubungan Noa dengan seluruh saudaranya masih terbilang dingin.

"Kemarilah", ujar Rai menepuk tempat di sampingnya.

Noa lekas melangkah dan segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang besar itu. Ia nampak penasaran dengan apa yang sedari tadi dilihat oleh Rai di ponselnya, namun segera ia tepis dan memutuskan untuk mengambil ponselnya juga.

Kebiasaan sejak beberapa hari yang lalu, Rai selalu memeluk Noa ketika sedang bermain ponsel ataupun sedang berniat untuk tidur. Tidak tau mengapa, dia sangat menyukai wangi khas dari tubuh istrinya tersebut yang begitu harum.

Sang empu tidak memperdulikan itu dan tetap bermain ponselnya. Ia sedang melihat-lihat postingan terbaru yang di-posting oleh teman-temannya di akun insangnya itu.

"Berhenti bermain ponsel dan usap kepalaku!", tuntut Rai pada Noa yang kini terkejut. Pada akhirnya Noa memutuskan untuk mematikan ponselnya dan melakukan apa yang diminta oleh suaminya yang paling muda.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi sih? aku masih bingung", batin Noa di saat dirinya mengusap lembut kepala Rai.





......................




To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Modern's TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang