MT: [5]

348 40 5
                                    

"Kau nampak lesuh Dik. Ada apa kah gerangan?".

"Bukan hal besar. Kak, di mana Riska dan Andre? kenapa hanya kakak yang muncul", tanya Noa balik pada sosok yang melayang-layang di hadapannya itu.

"Ngapain cariin kami? kangen yak?".

Noa mendengus pelan saat mendengar ucapan dari hantu adik bungsunya. Kedua hantu itu tiba-tiba saja muncul saat Noa bertanya. Membuat Noa terkejut sedikit tentunya.

"Siapa yang kangen. Orang tiap hari ketemu", ketus Noa. Azelia tertawa terbahak-bahak saat melihat ekspresi wajah adiknya tersebut.

"Sudah-sudah. Berhenti menggoda kak Noa. Jadi Kak.. ada hal yang membuatmu bersedih? ceritakan saja pada kami".

Noa tertunduk ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh adik pertamanya.

"Kalian sudah tau tentang pernikahan ku kan?", tanya Noa menatap ketiga saudaranya.

"Ya, memang nya kenapa? jika dilihat-lihat, kalian cocok kok!".

Noa menghela nafas ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh kakaknya.

"Pernikahan ini sungguh mendadak, aku bahkan tidak mengenal mereka sepenuhnya. Tapi.. kenapa ada perasaan aneh ketika bersitatap dengan mereka? rasanya jantungku berdebar kencang dan hatiku terasa seperti diremas. Aku tidak tau apa yang terjadi padaku saat itu", ujar Noa menundukkan kepalanya.

"Kau sudah lama mengenal mereka Dik! hanya saja bukan di kehidupan ini, tapi di kehidupan sebelumnya. Semakin berjalannya waktu, kau akan mengetahui semua kebenarannya".

Ucapan ambigu yang dilayangkan oleh sang kakak membuat Noa kembali berfikir. Apa maksud dari mengenal di dunia sebelumnya? dan bagaimana bisa kakaknya itu tau?

"Suasananya sungguh tidak seru! ayolah! kak Noa! ayo bermain denganku", pinta arwah adik bungsunya tersebut.

Pada akhirnya Noa terkekeh geli melihat jika adiknya cemberut, termasuk Riska yang juga ikut terkekeh kecil melihat tingkah adiknya. Azelia tersenyum tipis saat melihat adik-adik yang sangat dia sayangi, kini tertawa bersama meski sudah berbeda alam.

"Kok kalian malah tertawa sih!", protes sang bungsu kembali.

Jika saja Noa tidak ingat kalau dia tidak berada di rumah suami-suami nya, mungkin dia sudah tertawa kencang. Apalagi ketika ingat jika orang-orang mungkin akan menganggapnya gila karena mengobrol sendiri dan tertawa sendiri, biarlah.

....................

Noa berjalan ke luar kamarnya. Ketika ia sampai di depan dapur, matanya tidak sengaja menatap ke arah Luna ibu mertuanya yang sedang sibuk mengobrak-abrik kulkas.

"Mom?", pada akhirnya pun Noa memutuskan untuk menghampiri ibu mertuanya tersebut.

"Ya", saat hendak menutup pintu kulkas, salah satu jarinya malah tidak sengaja tertinggal dan berakhir terjepit.

"Aww!", Noa lekas menghampiri ibu mertuanya yang sedang meringis meniup-niup jarinya yang baru saja terjepit pintu kulkas.

"Mom, mommy tidak apa?", tanya Noa khawatir.

"Hehe.. tidak papa kok menantu! hanya bengkak sedikit saja", balas Luna dengan cengiran khasnya.

Memang usia wanita itu sudah tidak lagi muda, tapi tingkahnya yang kekanakan dan wajahnya yang awet muda, pasti membuat orang-orang yang tidak tau akan mengira Luna masih berusia 20 tahunan.

"Syukurlah kalau begitu. Omong-omong mommy Luna sedang buat apa?", tanya Noa penasaran.

"Karena ini hari pertama Noa jadi menantu di keluarga ini, mommy ingin sekali menyambut kedatangan mu dengan membuatkan cookies buatan mommy sendiri. Atau Noa mau mengajukan makanan yang lain? apa saja boleh", ujar Luna menerangkan.

"Tidak, cookies saja sudah cukup. Apa mau Noa bantu membuatnya?", tawar Noa.

"Tidak perlu. Serahkan semuanya pada ibu mertuamu ini! aku pasti akan membuat cookies terenak untuk mu menantu!", balas Luna dengan penuh semangat.

Noa tersenyum tipis melihat tingkah rondom ibu mertuanya. Mungkin tinggal di sini tidak terlalu buruk. Karena meski dia agak tidak nyaman, Luna tetap bekerja keras untuk membuatnya betah bahkan sampai susah-susah membuat cookies untuk menyambutnya.

"Noa nonton TV saja gih! biar urusan cookies, mommy saja yang kerjakan", ucap Luna meyakinkan menantunya.

"Um, baiklah. Noa pergi dulu Mom!", pamit Noa sebelum meninggal Luna yang mulai berkutit dengan bahan-bahan untuk membuat cookies.

..................


Noa sampai di ruang santai dan melihat salah satu ibu mertuanya juga yang sedang berkutat dengan rajutan benang nya. Ia perlahan menghampiri Zara yang sedang sibuk menonton siaran di tv dengan tangannya yang sibuk menyulam kain.

"Mom? boleh Noa duduk di sini?", tanya Noa meminta izin. Zara segera menoleh, ia melihat menantu kecilnya yang kini berdiri di sampingnya entah sejak kapan. Dia tidak menyadarinya karena dari tadi asik dengan sulaman benang di tangannya dan tentunya dengan siaran TV yang dia tonton.

"Tentu. Tidak perlu meminta izin, Noa", balas Zara.

Noa lekas mendudukkan dirinya tepat di samping Zara. Ia diam-diam melirik ke arah rajutan yang sedang dibuat oleh salah satu ibu mertuanya tersebut.

"Mau merajut bareng?", tawar Zara yang segera diangguki Noa.

Selain bermain komputer, Noa sering sekali merajut hanya untuk menghilangkan stres yang dialaminya. Ia sering kali merajut untuk menenangkan suasana hatinya ataupun jika memang sedang tidak ada kerjaan.

Zara menyerahkan bahan-bahan untuk merajut ke menantunya tersebut. Keduanya pun kini sedang sibuk menyulam benang masing-masing menjadi sebuah topi  dan sarung tangan. Saat sedang asyik-asyiknya menyulam, tiba-tiba saja Zara bertanya pada nya.

"Omong-omong, apa kau tau di mana Luna sekarang?", tanya Zara yang sedari tadi tidak melihat keberadaan sahabat kecilnya itu.

"Oh, mommy Luna sedang ada di dapur. Katanya dia mau membuat cookies", balas Noa yang seketika membuat gerakan tangan Zara yang sedari awal fokus dalam rajutan kini berhenti.

"Gawat!", ia lekas menghentikan kegiatannya dan berlari menuju dapur. Noa yang kebingungan, hanya bisa mengikuti langkah Zara dari belakang.






....................

To be continued

Modern's TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang