Sesampainya di dapur, terlihat dapur yang awalnya rapi saat terakhir kali Noa menginjakkan kakinya di sana, kini sudah terlihat berantakan dengan tepung yang berserakan di mana-mana. Terlihat juga sosok wanita cantik yang rambut, apron, serta wajahnya penuh dengan tepung. Wanita itu nampak baru saja mengeluarkan loyang berisi cookies buatannya.
"Huh? ah kalian sudah di sini. Ayo coba! aku baru saja buat cookies ini dan baru matang loh", ujar sang wanita yang tidak lain adalah Luna pada sahabatnya serta menantunya yang berdiri mematung.
Kedua orang berbeda gender dan usia tersebut nampak memandang prihatin pada cookies yang tersaji di loyang hadapan mereka.
Meski cookies yang tersaji terlihat sangat tidak mengunggah selera mereka, keduanya tetap mengambil satu cookies yang masih hangat tersebut.
Tekstur cookies yang keras serta rasa yang nanonano, membuat keduanya tidak lanjut memakan cookies tersebut.
"Enak kan?", tanya Luna penuh harap.
"E.. enak kok ibu mertua", jawab Noa bohong. Padahal terlihat sangat jelas di ekspresi wajahnya tentang rasa dari cookies tersebut.
"Wah benarkah? kalau menurut Zara gimana?".
"Enak kok! saking enaknya sampai mau ku bagi-bagi ke tetangga haha..", jawab Zara dengan penuh kebohongan juga.
"Hoho.. siapa dulu dong yang buat? Luna gitu loh", ujar Luna menyombongkan dirinya. Tidak menyadari senyuman penuh keterpaksaan yang ditunjukkan oleh kedua orang yang sudah menyantap cookies buatannya.
"Omong-omong, gimana rasanya?", tanya Luna kembali penasaran.
"Rasakan saja sendiri Lun. Aku tidak bisa mendeskripsikan rasanya", balas Zara.
Pada akhirnya Luna mengambil satu buah cookies buatannya untuk dicoba. Tapi begitu dia memasukkannya ke dalam mulutnya, ia langsung memuntahkan nya kembali. Manis, pahit, asam, pokoknya nanonano, tercampur menjadi satu.
"Ga enak banget!", ujar Luna setelah memuntahkan cookies yang baru dia masukkan ke mulutnya.
Noa yang melihat Luna hanya bisa tersenyum canggung. Apalagi Zara yang juga ikut tersenyum canggung di sampingnya.
"Huh.. padahal niatnya mau bikin buat nyambut menantu. Tapi sekarang berantakan karena aku tidak bisa memasak", keluh Luna.
"Tidak masalah Lun, setidaknya kamu sudah berusaha. Kita bertiga kan memang sedari dulu tidak bisa memasak, jadi jangan dipaksakan jika tidak ingin seperti ini lagi", sarkas Zara tanpa sadar.
Memang ketiga istri dari ayah mertua Noa itu tidak bisa memasak. Makanya urusan dapur biasanya diselesaikan oleh koki khusus yang diperkerjakan di sana.
"Um, Mom? apa Noa boleh buat ulang cookies nya? lagian bahan-bahan untuk membuat cookies nya masih tersisa banyak, sayang jika dibuang begitu saja", pinta Noa pada kedua mertuanya.
Luna dan Zara sontak saling memandang sebelum dengan kompak mengangguk. Tidak ada salahnya mencoba, ya kan?
"Terimakasih! mommy Luna dan mommy Zara tunggu saja di ruang santai. Aku akan segera membuatkan cookies untuk kalian!", ujar Noa dengan semangat.
Ia mendorong pelan Luna dan Zara supaya keluar dari dapur karena dia tidak ingin diganggu jika sedang masak. Kedua orang itu hanya dapat pasrah dan menerima permintaan menantu mereka untuk menunggu di ruang santai. Lagian tidak ada salahnya untuk menunggu.
Saat kedua mertuanya sudah pergi, Noa segera mengenakan apron supaya pakaian yang digunakannya tetap bersih. Ia mulai menata bahan-bahan untuk membuat cookies kembali.
Jangan salah. Meski dia seorang hacker, dia itu pandai memasak dan menu andalannya adalah cookies yang tidak dapat diragukan lagi kelezatannya. Ia pandai memasak turunan dari ibunya, berbanding terbalik dengan seluruh saudaranya yang sama sekali tidak bisa memasak.
"Nah, waktunya mengasah skill ku kembali!", ujar Noa sebelum memulai kegiatannya membuat cookies.
....................
Luna dan Zara menikmati siaran televisi yang sedang berlangsung selama menunggu cookies buatan menantu mereka jadi. Keduanya sebenarnya tidak sabar untuk mencicipi masakan dari menantunya tersebut. Mereka harap hasilnya tidak terlalu buruk.
"Mommy!", teriakkan dari anak bungsu Zara seketika membuat kedua wanita yang tengah asik dengan siaran TV itu seketika menoleh. Terlihat beberapa orang pemuda di sana, salah satunya adalah bungsu dari Zara.
"Ren kesel banget Mom! masa tadi manajer Ren ga ngebolehin Ren buat liburan sih? kan Ren juga mau liburan", keluh remaja bernama Rendri tersebut pada ibunya yang sangat dia sayangi.
Kenzie, Zuya, Kiruko, Alan, Riko, Fasha, Zino, Zrie, Eric, Rai, dan Zeanel, duduk di sofa yang tersedia di sana. Jarang-jarang mereka dapat berkumpul bersama seperti ini.
"Mana manajer nya? biar mommy Luna marahin!", timpal Luna yang tidak terima jika salah satu anaknya meski tidak dilahirkan olehnya harus menderita.
"Aa!!! mommy Luna memang mommy yang paling pengertian!", dari yang awalnya duduk di sisi Zara, kini berpindah ke sisi Luna. Dari dulu dia memang sering bermanja dengan ibu sambungnya itu.
"Khm!", sebuah suara membuat semua yang ada di sana seketika menatap ke arah seorang pemuda yang baru saja datang dengan apron yang masih dipakainya serta kedua tangannya yang membawa sepiring penuh cookies buatannya.
Remaja itu meletakkan piring berisi cookies tersebut di atas meja.
"Cobalah selagi masih hangat", ujar remaja yang tidak lain adalah Noa.
Luna yang memang sudah terlalu penasaran, segera menyomotnya lebih dulu. Ia lekas memasuki cookies dengan bau yang harum itu ke dalam mulutnya.
Luar biasa!
Rasa cookies yang lezat kini dirasakannya. Sensasi renyah dan manis yang sangat pas itu, serta ada sedikit rasa gurih, membuatnya seakan melayang kala menyantapnya. Belum pernah dia merasakan cookies seenak ini sebelumnya.
"Enak!".
..................
Hanya sebagai pemanis.
Jadi mau cookies dah.
Yang, mau ku kiss?
Ngarep betul dah. Ayang aja ga punya.
Yo wes lah.
Tetap slayy selalu.💅
Bye!
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Modern's Time
RomanceVinoa Alaskay Stellar, itulah namanya. Seorang pemuda yang ceria dan aktif. Handal dalam menjadi seorang peretas. Suatu hari, ia harus terjebak karena data dirinya, tidak sengaja diketahui oleh pemilik perusahaan yang segala informasi nya sudah dire...